Kaskus

Entertainment

xenovalkryiumAvatar border
TS
xenovalkryium
Mimpi Kerja Bergaji Dolar, Yukka Anak ITB Nyasar Jadi Pengusaha Sepatu
 Mimpi Kerja Bergaji Dolar, Yukka Anak ITB Nyasar Jadi Pengusaha Sepatu
Yukka Harlanda bersama rekannya Putera Dwi Karunia sukses memproduksi, memasarkan, dan mengembangkan produk sepatu Brodo yang kini diganderungi kaula muda. Yukka yang merupakan CEO PT. Brodo Ganesha Indonesia salah satu startup yang terbilang sukses di bisnis sepatu.

Yukka secara khusus akan hadir di acara d'Preneur yang diselenggarakan oleh detikFinance, dan siap berbagi ilmu kesuksesannya.

Tahukah Anda, pengusaha kelahiran Jakarta 18 Juli 1988 ini ternyata nyasar menjadi pengusaha. Sebagai sarjana lulusan ilmu teknik, apalagi Institut Teknologi Bandung (ITB), Yukka sama seperti kebanyakan dengan teman-temannya di kampus bermimpi bekerja di perusahaan minyak dan gas (migas) dengan gaji dolar AS, setelah lulus kuliah.‎

Namun nasib berkata lain, kini justru Yukka jadi pengusaha, tak bekerja di perusahaan migas atau pun bergaji dolar. Namun justru kini, ia merasa beruntung bisa menjadi pengusaha, setidaknya sudah punya 100 lebih karyawan.

"Jadi pengusaha tak direncanakan, biasanya kan kalau lulusan teknik sipil kalau lulus ingin kerja di perusahaan oil and gas, bergaji dolar. Itu juga yang saya incar waktu itu," kenang Yukka kepada detikFinance pekan lalu.

Kisah awal tersasarnya Yukka jadi pebisnis sepatu, terjadi di masa-masa akhir kuliah tahun 2007. Saat itu, dia sulit mencari sepatu buatan lokal yang berkualitas bagus, nyaman dipakai, model menarik, dan harganya cocok. Kondisi ini mendorong Yukka membuat sendiri sepatu buatan lokal yang diidamkannya.

Rasa penasarannya ingin membuat sepatu tersalurkan, ketika iseng-iseng berjalan ke sentra sepatu Cibaduyut, Bandung, Jawa Barat. Di Cibaduyut, Yukka menemukan fakta, produk-produk sepatu terkenal merek global yang dibuat di Tangerang bahan baku kulitnya dari Garut, Jawa Barat.

"Waktu itu saya pikir pasarnya ada, tapi kok tidak ada brand Indonesia," kenang Yukka.

Yukka menuturkan, periode awal saat mengembangkan usaha sepatu saat terjadi booming media sosial pada tahun 2010, pada waktu itu banyak anak muda yang menggunakan Facebook. Pengguna internet pun terus bertambah di Indonesia. Kondisi ini sangat menguntungkan bagi bisnisnya, termasuk dalam hal pemasaran yang murah meriah dan efektif ke pasar yang dituju.

"Customer yang kami tuju adalah pengguna internet," katanya.

Yukka dan Putera mengembangkan pembuatan sepatu, belajar dari perajin di Cibaduyut, kegagalan demi kegagalan dalam membuat sepatu harus ia telan, seperti produk sepatu yang cacat alias tak sesuai standar. Saat itu, mereka masih berpikir untuk iseng-iseng membuat sepatu, bahkan setelah lulus sebagai sarjana Teknik Sipil ITB.

Banyak proses kegagalan yang mereka lewati untuk bisa membuat sepatu yang mereka inginkan. Bahkan Yukka harus terus menempel beberapa perajin sepatu untuk bisa mendapatkan ilmu membuat sepatu yang baik.

"Dapat ilmunya ngajak ngobrol perajin agar dapat ilmu, membangun hubungan baik, lalu setelah itu terbuka network," katanya.

Menurut Yukka, nama Brodo terinspirasi dari cerita komik tentang masakan Italia. Tokoh utama dalam komik itu memasak kaldu ayam, yang di Italia biasa disebut Brodo. Kaldu ayam ini juga menginspirasinya membuat logo Brodo yang bentuknya seperti gambar ayam.

"Kaldu ayam adalah esensi dari masakan Italia. Ibaratnya kalau ada seseorang pakai sepatu jelek, tapi pakaiannya bagus, tetap saja penampilannya ada yang kurang," jelas Yukka.

Filosofi ini juga diterapkan Yukka dalam membangun kultur kerja di perusahaan. Menurutnya untuk membangun merek dan membuat produk bagus juga harus didukung dari cara perusahaan menjalankan menajemen yang bagus termasuk dalam hal layanan customer service kepada pelanggannya. Pelanggannya saat ini seluruhnya para pengguna sepatu pria, menjadi fokus bisnisnya, karena pasarnya cukup besar dan menjanjikan.

Yukka mengaku belum puas dengan apa yang sudah dicapainya, meski terbilang sukses Yukka masih merendah soal pendapatannya. Ia bahkan mengaku sempat diolok-olok, karena seorang yang berlatar sarjana teknik malah nyasar jadi pembuat dan pedagang sepatu.

"Tanggapan teman-teman di kampus dulu, lucu-lucu ngapain kamu belajar kalkulus, fisika akhirnya jualan sepatu, buka toko sana toko sini," kenang Yukka sambil tertawa.

Yukka Harlanda bersama rekannya Putera Dwi Karunia sukses memproduksi, memasarkan, dan mengembangkan produk sepatu Brodo yang kini diganderungi kaula muda. Yukka yang merupakan CEO PT. Brodo Ganesha Indonesia salah satu startup yang terbilang sukses di bisnis sepatu.

Yukka secara khusus akan hadir di acara d'Preneur yang diselenggarakan oleh detikFinance, dan siap berbagi ilmu kesuksesannya.

Tahukah Anda, pengusaha kelahiran Jakarta 18 Juli 1988 ini ternyata nyasar menjadi pengusaha. Sebagai sarjana lulusan ilmu teknik, apalagi Institut Teknologi Bandung (ITB), Yukka sama seperti kebanyakan dengan teman-temannya di kampus bermimpi bekerja di perusahaan minyak dan gas (migas) dengan gaji dolar AS, setelah lulus kuliah.‎

Namun nasib berkata lain, kini justru Yukka jadi pengusaha, tak bekerja di perusahaan migas atau pun bergaji dolar. Namun justru kini, ia merasa beruntung bisa menjadi pengusaha, setidaknya sudah punya 100 lebih karyawan.

"Jadi pengusaha tak direncanakan, biasanya kan kalau lulusan teknik sipil kalau lulus ingin kerja di perusahaan oil and gas, bergaji dolar. Itu juga yang saya incar waktu itu," kenang Yukka kepada detikFinance pekan lalu.

Kisah awal tersasarnya Yukka jadi pebisnis sepatu, terjadi di masa-masa akhir kuliah tahun 2007. Saat itu, dia sulit mencari sepatu buatan lokal yang berkualitas bagus, nyaman dipakai, model menarik, dan harganya cocok. Kondisi ini mendorong Yukka membuat sendiri sepatu buatan lokal yang diidamkannya.

Rasa penasarannya ingin membuat sepatu tersalurkan, ketika iseng-iseng berjalan ke sentra sepatu Cibaduyut, Bandung, Jawa Barat. Di Cibaduyut, Yukka menemukan fakta, produk-produk sepatu terkenal merek global yang dibuat di Tangerang bahan baku kulitnya dari Garut, Jawa Barat.

"Waktu itu saya pikir pasarnya ada, tapi kok tidak ada brand Indonesia," kenang Yukka.

Yukka menuturkan, periode awal saat mengembangkan usaha sepatu saat terjadi booming media sosial pada tahun 2010, pada waktu itu banyak anak muda yang menggunakan Facebook. Pengguna internet pun terus bertambah di Indonesia. Kondisi ini sangat menguntungkan bagi bisnisnya, termasuk dalam hal pemasaran yang murah meriah dan efektif ke pasar yang dituju.

"Customer yang kami tuju adalah pengguna internet," katanya.

Yukka dan Putera mengembangkan pembuatan sepatu, belajar dari perajin di Cibaduyut, kegagalan demi kegagalan dalam membuat sepatu harus ia telan, seperti produk sepatu yang cacat alias tak sesuai standar. Saat itu, mereka masih berpikir untuk iseng-iseng membuat sepatu, bahkan setelah lulus sebagai sarjana Teknik Sipil ITB.

Banyak proses kegagalan yang mereka lewati untuk bisa membuat sepatu yang mereka inginkan. Bahkan Yukka harus terus menempel beberapa perajin sepatu untuk bisa mendapatkan ilmu membuat sepatu yang baik.

"Dapat ilmunya ngajak ngobrol perajin agar dapat ilmu, membangun hubungan baik, lalu setelah itu terbuka network," katanya.

Menurut Yukka, nama Brodo terinspirasi dari cerita komik tentang masakan Italia. Tokoh utama dalam komik itu memasak kaldu ayam, yang di Italia biasa disebut Brodo. Kaldu ayam ini juga menginspirasinya membuat logo Brodo yang bentuknya seperti gambar ayam.

"Kaldu ayam adalah esensi dari masakan Italia. Ibaratnya kalau ada seseorang pakai sepatu jelek, tapi pakaiannya bagus, tetap saja penampilannya ada yang kurang," jelas Yukka.

Filosofi ini juga diterapkan Yukka dalam membangun kultur kerja di perusahaan. Menurutnya untuk membangun merek dan membuat produk bagus juga harus didukung dari cara perusahaan menjalankan menajemen yang bagus termasuk dalam hal layanan customer service kepada pelanggannya. Pelanggannya saat ini seluruhnya para pengguna sepatu pria, menjadi fokus bisnisnya, karena pasarnya cukup besar dan menjanjikan.

Yukka mengaku belum puas dengan apa yang sudah dicapainya, meski terbilang sukses Yukka masih merendah soal pendapatannya. Ia bahkan mengaku sempat diolok-olok, karena seorang yang berlatar sarjana teknik malah nyasar jadi pembuat dan pedagang sepatu.

"Tanggapan teman-teman di kampus dulu, lucu-lucu ngapain kamu belajar kalkulus, fisika akhirnya jualan sepatu, buka toko sana toko sini," kenang Yukka sambil tertawa.
0
2.7K
6
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan