- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Pangdam Pattimura 'Beri' Emas Hijau dan Biru untuk Warga Ambon, Apa Itu?


TS
InRealLife
Pangdam Pattimura 'Beri' Emas Hijau dan Biru untuk Warga Ambon, Apa Itu?
http://news.detik.com/berita/3017629...-ambon-apa-itu

Pangdam Pattimura Mayjen Doni Monardo
Minggu 13 Sep 2015, 19:57 WIB
Pangdam Pattimura 'Beri' Emas Hijau dan Biru untuk Warga Ambon, Apa Itu?
Elza Astari Retaduari - detikNews
Jakarta - Wilayah Maluku dan Maluku Utara memiliki potensi sumber daya alam yang melimpah. Sayangnya belum tergarap maksimal. Kodam XVI/Pattimura pun mulai menginisiasi program-program yang dapat bermanfaat untuk masyarakat dengan start awal dari Kota Ambon.
"Program di Ambon memberdayakan lingkungan untuk masyarakat yang tertarik dengan emas hijau dan emas biru. Emas hijau itu nanam pohon, emas biru itu (budidaya) ikan," ujar Panglima Kodam XVI/Pattimura Mayjen TNI Doni Monardo di Ambon saat berbincang dengan detikcom, Sabtu (12/9/2015).
Program ini memang memerlukan waktu dan ketelatenan. Namun menurut Doni jika warga mau belajar dan berusaha, hasil yang didapatnya akan sangat signifikan.
"Nanam pohon manfaatnya bisa dipetik bertahun-tahun kemudian. Memang perlu waktu, tapi hasilnya bagus. Contoh jabon (jati kebon) merah banyak di sini, itu kayunya lurus-lurus. Baru berapa tahun aja sudah besar, perawatannya nggak susah," jelas Doni.
Bukan hanya itu, Kodam Pattimura juga sudah memulai program pelatihan pembibitan untuk warga. Saat ini pelatihan sudah di mulai di 2 desa yakni Negeri Mamala dan Negeri Morella di Kecamatan Leihitu dengan mengajak sejumlah ahli dari Yayasan Budi Asih.
"Morella dan Mamala yang sudah, nanti dikembangkan hingga ke pulau-pulau besar di Maluku dan Maluku Utara. Khususnya untuk pembibitan sasama (jabon merah) dan tanaman endemik setempat seperti pala, cengkeh, Gandaria. beberapa Gaharu. Jadi tergantung warga maunya apa," Doni menuturkan.
Jenderal bintang 2 yang dikenal sangat peduli lingkungan ini juga peduli akan sumber daya alam laut. Terutama di Ambon dan sekitarnya sangat kaya akan ikan dan hasil laut lainnya.
"Di Teluk Jakarta air lautnya keruh, tapi ada ribuan karamba dan bagan. Bisa banyak menghidupi orang. Tapi di Teluk Ambon yang airnya bersih, bahkan kita bisa lihat ikan berenang-renang dari permukaan, karamba sedikit bahkan nyaris tidak ada," ujar Doni.
Hal tersebutlah yang lalu menginspirasi Doni untuk membuat pelatihan budidaya ikan dan hasil laut untuk warga Ambon bekerjasama dengan PT BRI. Setelah Doni mengungkapkan pemikirannya, Direktur Utama BRI Asmawi Syam menyambut positif dan mau membantu program ini sebagai salah satu bentuk CSR BRI.
Pemerintah sendiri memiliki program menjadikan Maluku sebagai lumbung ikan nasional. Namun berdasarkan data yang ada, masyarakat setempat baru memanfaatkan hanya dengan ikan tangkapan. Itu pun baru 26 persen dari total 1,6 juta ton potensi ikan laut per tahunnya.
"Kalau tangkapan kurang, makanya ikan ditanam. Caranya ya salah satunya dengan karamba jaring apung di laut. Dipelihara dengan baik biar hasilnya punya kualitas yang bagus juga. Makanya masyarakat antusias ikut pelatihan," ucap Doni.
Tak hanya itu, perikanan laut di Ambon sebenarnya memiliki potensi lebih besar. Seperti yang disebut oleh Kepala Seksi Uji Terap Teknis dan Kerjasama Balai Perikanan Budidaya Laut (BPBL) Ambon, Heru Salamet, yang melakukan budidaya ikan Kerapu dan ikan Kakap Putih.
"Ikan Kerapu ada yang jenisnya kerapu bebek, kerapu macan, dan ikan kakap putih tahun 2014 produksi telurnya lebih dari 600 juta butir," ungkap Heru saat dihubungi, Minggu (13/9).
Sayangnya dari 600 juta butir itu, BPBL Ambon hanya mampu memelihata 10 juta telur karena keterbatasan fasilitas. Sisanya dibuang ke laut. Jika beruntung, terlur-telur tersebut akan menetas. Jika tidak, telur akan rusak atau dimakan ikan.
"Ya karena bak tampung dan sarana lainnya kurang. Nah dari 10 juta butir telur itu yang jadi cuma 120 ribu bibit dengan ukuran sekitar 7 cm. Kalau dijual harga lokal, bibit itu per cm untuk kerapu bebek Rp 1.500, kerapu macan Rp 1000, Kakap Rp 500. Itu harga yang harus disetor ke BNPT," terang Heru.
Bibit selanjutnya dipelihara untuk pembesaran di keramba jaring apung di laut. Beberapa ada yang mati. Namun juga ada yang diambil untuk pemberdayaan, dan juga ada yang dibeli baik di tingkat lokal maupun nasional. Kerapu yang dikenal rasanya yang enak ini pun juga berpotensi untuk diekspor.
"Kalau siap konsumsi yang diekspor itu harus 500 gram ke atas. Kalau untuk tingkat lokal ke agen bisa 250 gram. Harganya juga beda-beda," ucap Heru.
Untuk harga jual kerapu bebek di agen lokal menurut Heru berkisar antara Rp 250-300 ribu, sementara Kerapu macan Rp. 82.500-85.000 dan Kakap Putih Rp 50-60 ribu. Jika terus dikembangkan dengan dukungan yang tinggi, kerapu disebut Heru mampu mengalahkan Salmon.
"Kita masih kembangkan terus, karena kerapu dan kakap putih cocok di Ambon ini. Tapi kalau dengan kondisi sekarang ini hanya mampu 120 juta benih. Kalau mau lebih dari itu harus memperbaiki sarana, memperbanyak fasilitas seperti tempat pemeliharan larva, benih, filter air, sarana produksi. Juga memproduksi kualitas benih dengan berbagai teknologi," beber Heru.
"Kalau ada dukungan, kerapu bisa mengalahkan salmon di tingkat dunia. Apalagi kita punya komunitas banyak seperti kakap ikan. Kalau diekspor bisa menghasilkan banyak keuntungan untuk negara," sambungnya.
Budidaya kerapu ini sendiri bisa membuat untung maupun rugi besar bagi yang mengembangkannya. Itu dikarenakan masalah pakan di mana 70 persen dari budidaya Kerapu ada pada pakannya. Sehingga jika ingin menjadikan Maluku sebagai lumbung ikan nasional, pemerintah juga diharap untuk memikirkan adanya teknologi pakan ikan laut. Itu berguna jika cuaca tidak memungkinkan untuk mencari ikan sebagai bahan pakan. Indonesia sendiri baru memiliki pabrik pakan ikan darat.
"Budidaya Kerapu itu 70 persen di pakannya. Jadi bisa rugi atau untung besar. Sementara kami masih mengandalkan pakan ikan segar. SDM juga perlu ditambah dan kualifikasinya ditingkatkan," kata Heru.
Mayjen Doni sendiri juga mendapat penjelasan serupa dari Heru. Mantan Danjen Kopassus ini membuat program-program yang memiliki nilai guna tinggi tersebut karena dapat bermanfaat untuk masyarakat.
"Bisa dibayangkan, jika digarap dengan baik, 600 juta telur ikan itu bisa milyaran hasilnya per tahun. Pelatihan budidaya ikan yang kami lakukan sendiri bisa juga dilakukan ke daerah lain di Maluku dan Maluku Utara seperti Tual dan Halmahera," tukas Doni sebelumnya.
"Itu bisa membuat lapangan pekerjaan baru, dan membantu warga meningkatkan perekonomian mereka. Jika lapangan kerja dan ekonomi terjamin, keamanan pun akan terjaga," pungkas Doni.
(elz/erd)
Ekonomi adalah strategi hankam juga, karena rakyat yang kenyang dan pegang uang tidak akan rusuh. Semoga proyeknya terwujud dan membikin warga Ambon tambah makmur!

Pangdam Pattimura Mayjen Doni Monardo
Quote:
Minggu 13 Sep 2015, 19:57 WIB
Pangdam Pattimura 'Beri' Emas Hijau dan Biru untuk Warga Ambon, Apa Itu?
Elza Astari Retaduari - detikNews
Jakarta - Wilayah Maluku dan Maluku Utara memiliki potensi sumber daya alam yang melimpah. Sayangnya belum tergarap maksimal. Kodam XVI/Pattimura pun mulai menginisiasi program-program yang dapat bermanfaat untuk masyarakat dengan start awal dari Kota Ambon.
"Program di Ambon memberdayakan lingkungan untuk masyarakat yang tertarik dengan emas hijau dan emas biru. Emas hijau itu nanam pohon, emas biru itu (budidaya) ikan," ujar Panglima Kodam XVI/Pattimura Mayjen TNI Doni Monardo di Ambon saat berbincang dengan detikcom, Sabtu (12/9/2015).
Program ini memang memerlukan waktu dan ketelatenan. Namun menurut Doni jika warga mau belajar dan berusaha, hasil yang didapatnya akan sangat signifikan.
"Nanam pohon manfaatnya bisa dipetik bertahun-tahun kemudian. Memang perlu waktu, tapi hasilnya bagus. Contoh jabon (jati kebon) merah banyak di sini, itu kayunya lurus-lurus. Baru berapa tahun aja sudah besar, perawatannya nggak susah," jelas Doni.
Bukan hanya itu, Kodam Pattimura juga sudah memulai program pelatihan pembibitan untuk warga. Saat ini pelatihan sudah di mulai di 2 desa yakni Negeri Mamala dan Negeri Morella di Kecamatan Leihitu dengan mengajak sejumlah ahli dari Yayasan Budi Asih.
"Morella dan Mamala yang sudah, nanti dikembangkan hingga ke pulau-pulau besar di Maluku dan Maluku Utara. Khususnya untuk pembibitan sasama (jabon merah) dan tanaman endemik setempat seperti pala, cengkeh, Gandaria. beberapa Gaharu. Jadi tergantung warga maunya apa," Doni menuturkan.
Jenderal bintang 2 yang dikenal sangat peduli lingkungan ini juga peduli akan sumber daya alam laut. Terutama di Ambon dan sekitarnya sangat kaya akan ikan dan hasil laut lainnya.
"Di Teluk Jakarta air lautnya keruh, tapi ada ribuan karamba dan bagan. Bisa banyak menghidupi orang. Tapi di Teluk Ambon yang airnya bersih, bahkan kita bisa lihat ikan berenang-renang dari permukaan, karamba sedikit bahkan nyaris tidak ada," ujar Doni.
Hal tersebutlah yang lalu menginspirasi Doni untuk membuat pelatihan budidaya ikan dan hasil laut untuk warga Ambon bekerjasama dengan PT BRI. Setelah Doni mengungkapkan pemikirannya, Direktur Utama BRI Asmawi Syam menyambut positif dan mau membantu program ini sebagai salah satu bentuk CSR BRI.
Pemerintah sendiri memiliki program menjadikan Maluku sebagai lumbung ikan nasional. Namun berdasarkan data yang ada, masyarakat setempat baru memanfaatkan hanya dengan ikan tangkapan. Itu pun baru 26 persen dari total 1,6 juta ton potensi ikan laut per tahunnya.
"Kalau tangkapan kurang, makanya ikan ditanam. Caranya ya salah satunya dengan karamba jaring apung di laut. Dipelihara dengan baik biar hasilnya punya kualitas yang bagus juga. Makanya masyarakat antusias ikut pelatihan," ucap Doni.
Tak hanya itu, perikanan laut di Ambon sebenarnya memiliki potensi lebih besar. Seperti yang disebut oleh Kepala Seksi Uji Terap Teknis dan Kerjasama Balai Perikanan Budidaya Laut (BPBL) Ambon, Heru Salamet, yang melakukan budidaya ikan Kerapu dan ikan Kakap Putih.
"Ikan Kerapu ada yang jenisnya kerapu bebek, kerapu macan, dan ikan kakap putih tahun 2014 produksi telurnya lebih dari 600 juta butir," ungkap Heru saat dihubungi, Minggu (13/9).
Sayangnya dari 600 juta butir itu, BPBL Ambon hanya mampu memelihata 10 juta telur karena keterbatasan fasilitas. Sisanya dibuang ke laut. Jika beruntung, terlur-telur tersebut akan menetas. Jika tidak, telur akan rusak atau dimakan ikan.
"Ya karena bak tampung dan sarana lainnya kurang. Nah dari 10 juta butir telur itu yang jadi cuma 120 ribu bibit dengan ukuran sekitar 7 cm. Kalau dijual harga lokal, bibit itu per cm untuk kerapu bebek Rp 1.500, kerapu macan Rp 1000, Kakap Rp 500. Itu harga yang harus disetor ke BNPT," terang Heru.
Bibit selanjutnya dipelihara untuk pembesaran di keramba jaring apung di laut. Beberapa ada yang mati. Namun juga ada yang diambil untuk pemberdayaan, dan juga ada yang dibeli baik di tingkat lokal maupun nasional. Kerapu yang dikenal rasanya yang enak ini pun juga berpotensi untuk diekspor.
"Kalau siap konsumsi yang diekspor itu harus 500 gram ke atas. Kalau untuk tingkat lokal ke agen bisa 250 gram. Harganya juga beda-beda," ucap Heru.
Untuk harga jual kerapu bebek di agen lokal menurut Heru berkisar antara Rp 250-300 ribu, sementara Kerapu macan Rp. 82.500-85.000 dan Kakap Putih Rp 50-60 ribu. Jika terus dikembangkan dengan dukungan yang tinggi, kerapu disebut Heru mampu mengalahkan Salmon.
"Kita masih kembangkan terus, karena kerapu dan kakap putih cocok di Ambon ini. Tapi kalau dengan kondisi sekarang ini hanya mampu 120 juta benih. Kalau mau lebih dari itu harus memperbaiki sarana, memperbanyak fasilitas seperti tempat pemeliharan larva, benih, filter air, sarana produksi. Juga memproduksi kualitas benih dengan berbagai teknologi," beber Heru.
"Kalau ada dukungan, kerapu bisa mengalahkan salmon di tingkat dunia. Apalagi kita punya komunitas banyak seperti kakap ikan. Kalau diekspor bisa menghasilkan banyak keuntungan untuk negara," sambungnya.
Budidaya kerapu ini sendiri bisa membuat untung maupun rugi besar bagi yang mengembangkannya. Itu dikarenakan masalah pakan di mana 70 persen dari budidaya Kerapu ada pada pakannya. Sehingga jika ingin menjadikan Maluku sebagai lumbung ikan nasional, pemerintah juga diharap untuk memikirkan adanya teknologi pakan ikan laut. Itu berguna jika cuaca tidak memungkinkan untuk mencari ikan sebagai bahan pakan. Indonesia sendiri baru memiliki pabrik pakan ikan darat.
"Budidaya Kerapu itu 70 persen di pakannya. Jadi bisa rugi atau untung besar. Sementara kami masih mengandalkan pakan ikan segar. SDM juga perlu ditambah dan kualifikasinya ditingkatkan," kata Heru.
Mayjen Doni sendiri juga mendapat penjelasan serupa dari Heru. Mantan Danjen Kopassus ini membuat program-program yang memiliki nilai guna tinggi tersebut karena dapat bermanfaat untuk masyarakat.
"Bisa dibayangkan, jika digarap dengan baik, 600 juta telur ikan itu bisa milyaran hasilnya per tahun. Pelatihan budidaya ikan yang kami lakukan sendiri bisa juga dilakukan ke daerah lain di Maluku dan Maluku Utara seperti Tual dan Halmahera," tukas Doni sebelumnya.
"Itu bisa membuat lapangan pekerjaan baru, dan membantu warga meningkatkan perekonomian mereka. Jika lapangan kerja dan ekonomi terjamin, keamanan pun akan terjaga," pungkas Doni.
(elz/erd)
Ekonomi adalah strategi hankam juga, karena rakyat yang kenyang dan pegang uang tidak akan rusuh. Semoga proyeknya terwujud dan membikin warga Ambon tambah makmur!
0
1.7K
Kutip
7
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan