Kita mulai dari sisi ekonomi. 60 tahun lalu, Asia Tenggara dan Asia Timur memiliki kondisi ekonomi yang sama. Baik negara Asia Tenggara seperti Indonesia, Thailand, dan Vietnam maupun negara Asia Timur seperti Korea Selatan, Jepang, dan Tiongkok tergolong negara miskin. Negara-negara tersebut, kecuali Thailand, mengalami kehancuran akibat Perang Dunia II maupun perang di negara masing-masing dan ekonominya jauh tertinggal dibandingkan Barat seperti Amerika Serikat. Sekarang, keadaannya berubah. Korea Selatan, Jepang, dan Tiongkok telah berubah menjadi kekuatan ekonomi dunia dan memiliki standar kehidupan hampir seperti di Barat. Tiongkok, sebagai contoh, telah menjadi negara dengan ekonomi terbesar kedua di dunia setelah AS dan kebijakan ekonominya memiliki dampak besar pada dunia. Tiga negara utama Asia Timur telah masuk dalam 20 negara dengan ekonomi terbesar di dunia. Sementara itu, negara-negara di Asia Tenggara masih saja belum mampu menuntaskan persoalan ekonomi mendasar seperti stabilitas ekonomi, birokrasi yang rumit, korupsi, dan inflasi dan masih tergolong negara berkembang. Kalaupun ada negara maju di Asia Tenggara, itu hanya negara kecil seperti Singapura dan Brunei Darussalam. Di Asia Tenggara, hanya Indonesia yang masuk dalam daftar 20 negara dengan ekonomi terbesar di dunia.

Kemudian, kita beralih ke sepakbola. Seperti yang kita tahu, 3 September 2015 adalah hari yang sangat buruk bagi negara-negara yang bernaung di bawah ASEAN Football Federationatau AFF. Sebab, 5 dari 10 anggotanya yang berlaga di putaran kedua Kualifikasi Piala Dunia 2018 zona AFC(Salah satu anggotanya, Indonesia tidak ikut karena mendapat sanksi FIFA)mengalami kekalahan yang sangat telak. Dimulai dari kekalahan telak Malaysia dari Uni Emirat Arab dengan skor 0-10, kemudian Timor Leste dibantai Arab Saudi 7-0, lalu Kamboja kalah 0-3 dari Jepang, Laos yang dilibas 8-0 oleh Korea Selatan, dan Myanmar yang disikat Kuwait 9-0. Yang masih memiliki tenaga antara lain Singapura yang hanya kalah 0-1 dari Suriah. Total pada 3 September 2015, negara-negara Asia Tenggara kebobolan 38 gol tanpa mencetak satu gol pun! Harapan AFF kini ada di pundak Thailand yang mampu memuncaki grup F setelah imbang 2-2 melawan Irak pada 8 September juga Australia yang merupakan juara Asia dan anggota AFF termuda. Sepakbola Asia Tenggara belum mampu berbicara banyak di pentas dunia atau pun melahirkan bakat-bakat sepakbola kelas dunia. Hanya 2 anggota AFF yang pernah berlaga di Piala Dunia : Indonesia(sebagai Hindia Belanda)pada 1938 dan Australia. Itu pun pencapaian terbaiknya hanya Australia yang mencapai 16 besar pada 2006. 4 negara Asia Timur(Jepang, Korea Selatan, Tiongkok, dan Korea Utara)telah ikut Piala Dunia minimal 1 kali. Korea Selatan bahkan sanggup mencapai semifinal dan meraih juara ke-4 pada 2002. Seperti yang kita lihat, banyak pemain Jepang dan Korea Selatan yang bermain di liga-liga Eropa. Bahkan, klub-klub Tiongkok sanggup mendatangkan pemain kelas dunia. Hanya sedikit pemain sepakbola dari negara-negara ASEAN yang bermain di liga-liga top Eropa.

Sebentar lagi, Masyarakat Ekonomi ASEAN atau ASEAN Economic Communityakan diberlakukan. Marilah kita menjadikannya bukan sebagai ajang untuk menguasai atau mendominasi perekonomian negara lain, tetapi sebagai jalan memperkuat kerja sama ekonomi antarnegara ASEAN sehingga Asia Tenggara dapat meningkatkan daya saing dan mengejar kertertinggalannya dari Asia Timur. Marilah kita berdoa dan berharap, semoga bangsa-bangsa di Asia Tenggara, khususnya Indonesia, di masa mendatang akan menjadi bangsa yang makmur, kuat, adil, dan mampu berbicara banyak di dunia internasional.