- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Pedagang Tanah Abang: Sekarang Rp 2 Juta juga Susah Masuknya


TS
ketek..basah
Pedagang Tanah Abang: Sekarang Rp 2 Juta juga Susah Masuknya
Quote:
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika seperti sekarang ini tidak memberi berkah bagi Helmy, pedagang pakaian di Pasar Tanah Abang, Jakarta. Padahal, saat nilai tukar rupiah anjlok pada 1998 lalu, ia meraup untung besar. Bahkan menurutnya bisa dibilang, kaya mendadak.
"Padahal dulu waktu rupiah melemah, kami bisa kaya mendadak. Sekarang walaupun rupiah tembus Rp 14 ribu, belum ada orang luar negeri yang borong barang," kata Helmy.
Kamis (3/9/2015) jelang tengah hari, lelaki asal Pasar Kliwon Solo, Jawa Tengah itu, mencoba menghubungi beberapa pelanggannya di luar negeri. Dia biasa mengekspor pakaian jadi ke sejumlah negara di Asia dan Afrika.
"Sepi sekali, saya coba hubungi pelanggan saya di Afrika, Filipina dan Kamboja. Tak satupun yang merespons. Katanya lagi krisis," kata Helmy yang kiosnya di Blok A Lantai II Los B.
Ia menunjuk pakaian yang menumpuk di kios miliknya yang berukuran 6x4 meter. Ratusan kodi pakaian masih terbungkus plastik tersusun rapi hingga setinggi sekitar 1,2 meter.
Di sisi lain, pakaian-pakaian disusun di dinding-dinding kios. Di sebuah kios yang dijadikan sebagai gudang, pakaian yang masih terbungkus karung bertumpukan.
"Biasanya kalau dollar menguat, barang di kios tidak bersisa. Pelanggan dari luar negeri datang semua," kata Helmy.
Ia membandingkan saat krisis 1998, dengan kondisi saat ini. Menurutnya saat ini lebih terasa. Saat itu, Helmy bisa menaikkan harga dagangannya. Sebagai contoh, ketika itu dia bisa mengambil keuntungan hingga dua kali lipat, namun pembeli dari luar negeri tetap membeli dagangannya.
"Mungkin ini masalah global. Soalnya pelanggan saya mengaku krisis semua, jadi saya bingung," kata dia.
Omzet dagangan Helmy menurun cukup drastis. Sebelumnya, dalam setahun, omzet Helmy sekitar Rp 2,5 miliar, kini hanya kisaran Rp 1 miliar.
"Harusnya dolar begini kami bisa kaya. Tetapi mungkin pengaruh krisis global daya beli menurun," ujarnya.
Penurunan omzet juga dialami pedagang pakaian jadi impor di Pasar Tanah Abang. Daus yang berdagang busana muslim dari Tiongkok terdampak penurunan nilai rupiah terhadap dolar. Permintaan dari daerah-daerah di Indonesia mengalami penurunan lebih dari 50 persen. Sebelum rupiah melemah, Daus bisa meraup keuntungan hingga Rp 6 juta.
"Kalau sekarang, Rp 2 juta juga susah masuknya. Karena itu banyak tawaran yang saya tolak," ujar Daus.
Penurunan lebih drastis dirasakan oleh Teddy yang berdagang baju impor dari Tiongkok. Teddy mengaku omzetnya menurun dari Rp 10 juta per hari menjadi Rp 2 hingga 3 juta per hari.
Menurut Teddy, sejak rupiah melemah, pembeli cenderung mengurangi pembelian pakaian. Hal tersebut membuat Teddy mengurangi pembelian dari importir. Sebelum rupiah melemah, dia biasa membeli minimal lima kodi pakaian per hari dari importir. Saat ini, Teddy maksimal membeli dua sampai tiga kodi per hari.
Untuk menekan kerugian, Teddy menjual stok busana impor yang ada di kiosnya. Beberapa busana dari stok itu sudah mengalami penyusutan kualitas. Dia menunjukkan jaket yang kulitnya mulai terkelupas.
"Kalau seperti ini sudah tidak bisa kami jual lagi. Terpaksa dibuang," kata Teddy.
sumur
0
2.2K
Kutip
24
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan