- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Mimpi Pilot Perempuan, Ingin Penerbang RI Tak Kalah dengan Asing


TS
ayah.rojak
Mimpi Pilot Perempuan, Ingin Penerbang RI Tak Kalah dengan Asing

Pangkalpinang - Dengan rambut tergelung dan langkah tegap, Priska Fatma Rudrayana ikut dalam barisan siswa di National Aviation Management (NAM) Flying School di Pangkalpinang, Bangka Belitung, Jumat (4/9/2015). Perempuan berusia 22 tahun ini masih menempuh pendidikan di sekolah pilot yang berada di naungan PT Sriwijaya itu.
Priska yang sempat kuliah di London School ini akhirnya memilih untuk mengikuti jejak sang ayah. Ia pun keluar dari kampus dan bersama kakak kembarnya menempuh pendidikan di sekolah pilot. Gadis cantik ini adalah satu-satunya siswa perempuan untuk angkatannya di NAM Flying School.
"Ya awalnya karena memang ada background dari keluarga, papa kan pilot juga. Terus akunya juga pengen apalagi kakak aku udah lebih dulu masuk duluan di sini," ujar Priska saat berbincang dengan detikcom usai acara wisuda di NAM Flying School, Jumat (4/9/2015).
Terlepas dari itu, Priska mengaku tertantang untuk bisa berkarier di dunia kerja yang kebanyakan dilakukan pria itu. Ia pun penasaran ingin mencoba dan tak mau kalah dari laki-laki. Bahkan pilihan pramugari yang biasa diminati perempuan pun tak diliriknya.
"Kalau pramugari ya cuma gitu aja, tapi pilot lebih menantang. aku udah bisa nyetir mobil, terus kepikiran bisa nggak ya nyetir pesawat. Pengen melakukan apa yang biasanya dilakukan cowok. Aku pikir kenapa nggak bisa? Lagian sekarang zamannya emansipasi, cewek nggak harus di rumah aja. Tapi bisa bekerja seperti laki-laki," ujar perempuan yang menyukai warna merah itu.
Masuk ke NAM sendiri tidaklah mudah. Setelah lolos administrasi dan tes termasuk harus mengantongi student licence pilot (SLP), Priska pun harus menjalani pendidikan semi militer dengan pelatih prajurit TNI sebelum benar-benar belajar tentang penerbangan. Tak ada pengecualian meski ia adalah perempuan.

"Tapi yang paling susah pelajaran rumus kayak flight planning. Itu kan sebelum (belajar) terbang ada ground school, dasarnya. Tapi aku nggak nyerah, belajar terus lah pokoknya," ucap Priska.
Pemudi kelahiran 16 Desember 1992 ini pun sedang belajar terbang dengan simulator dan sebentar lagi bisa mulai melakukan latihan terbang dengan pesawat jenis single engine land, Piper Warrior III. Ia bersama siswa NAM lainnya tinggal dalam asrama yang tak jauh dari sekolah.
"Aku sebentar lagi udah 15 jam terbang. Sebentar lagi udah bisa terbang sendiri solo. Kalau terbang dengan pesawat latih sih udah sebenarnya. Udah 10 jam sama instruktur, tapi udah sempet exercise," jelas Priska yang mengaku tak takut berkarier menjadi pilot meski risikonya tinggi.
"Awalnya ngeri banget pas terbang. Antara senang dan takut, tapi ya jalani aja. Kalau praktek paling susah landing, ini lagi belajar terus aku di simulator," sambungnya.
Menjadi satu-satunya perempuan di kelas awalnya sempat membuat Priska minder. Namun atas support dan semangatnya untuk belajar, Priska mampu melewatinya. Ia berharap ketika lulus nanti ia bisa bekerjad di maskapai Garuda dan masuk menambah daftar penerbang wanita Indonesia yang terbilang masih sedikit itu.
"Kesulitan karena aku cewek sendiri, secara tenaga beda, kekuatan beda juga. Jadi lebih ke mental sih. Apalagi kalau cowok kan soal mesin dasarnya emang udah banyak yang paham. Cewek kan agak sulit. Sempet ngerasa minder kadang-kadang. Down gitu, tapi temen-temen support dan kasih bantuan juga," tutur bungsu dari 2 bersaudara itu.


Jika kelak bekerja di maskapai penerbangan, Priska berharap bisa menerbangkan pesawat Airbus. Ia pun berharap agar pemerintah membatasi pilot asing yang bekerja di Indonesia sebab banyak pilot lokal yang kesulitan mendapat kerja karena airlines tak sedikit menerima pilot dari luar negeri.
"Aku semangat pengen di airlines, apalagi di Indonesia pilot cewek sedikit. Pengen nerbangin Airbus dari Prancis, karena pesawatnya gede terus rutenya jauh juga. Keren kan cewek bisa bawa pesawat besar. Terus rutenya jauh-jauh, jadi bisa nerbangin sampai ke luar negeri juga," harapnya.
"Terus aku berharap penerimaan airlines dari Jakarta kurangi untuk tenaga asing supaya bisa ambil dari lokal. Pemerintah harusnya kasih batasan. Pilot asing gaji mereka juga lebih besar daripada kita. Padahal kemampuan kita juga mumpuni, apalagi kita dilatih semi militer juga. Jangan mau kalah lah sama orang asing di negeri sendiri," tambah Priska yang mengaku sudah punya pacar itu.
Hal senada juga disampaikan oleh presiden Indonesia Aviation and Aerospace Watch (IAAW) Capt. Soenaryo Yosopranoto. Ia mengaku prihatin dengan banyaknya pilot Indonesia yang tidak bisa langsung bekerja di maskapai karena kalah saing dengan pilot asing di Indonesia.
"Dari data yang ada, pilot asing di Indonesia ada 900 orang. Kapan kita bisa tempati itu. Pesawat perintis kebanyakan bule pilotnya. FIR kita juga dikuasai Singapore, kita ibaratnya mau ke dapur sendiri tapi susah, harus ijin ke negara lain," tutur Soenaryo di lokasi yang sama.
Pria yang sempat menjadi penerbang TNI AL di Skuadron 100 itu pun mengatakan budaya 'ngalah' menjadi kelemahan Indonesia dalam hal ini. Itu membuat maskapai-maskapai kini dibanjari oleh penerbang asing dengan gaji yang lebih besar.
"Dari data yang, pilot kita selesai sekolah harus setahun atau 2 baru bisa dapat kerja. Itu karena pilot asing banyak. Pemerintah harus perhatikan itu," ungkap Soenaryo yang sudah menjadi pilot sejak 1960 dan memiliki 15.000 jam terbang tersebut.
Keadaan seperti ini sebenarnya kontradiksi dengan program pemerintah yang ingin menelurkan 600 penerbang setiap tahunnya karena merasa kekurangan tenaga pilot. Di Indonesia sendiri kini sudah ada 24 sekolah penerbang di mana 2 di antaranya di bawah pembinaan pemerintah.
Dari banyaknya pilot Indonesia masih sedikit perempuan di dalamnya. Salah seorang siswa NAM yang hari ini baru saja diwisuda karena sudah mengantongi licence, Nova Atyra Fellani (18) menjadikan alasan itu sebagai motivasinya menjadi penerbang.

"Karena masih jarang pilot cewek dan aku mau buat perubahan. Sudah dari kecil mau apalagi papaku pilot. Sejak kecil suka diajak papa terbang," kisah Nova dalam kesempatan yang sama.
Selain itu, Nova pun memiliki role model penerbang perempuan yang ia idolakan. Yakni penerbang Garuda, Sarah Widyanti. Nova juga merupakan satu-satunya perempuan di kelasnya selama belajar di NAM.
"Kalau tantangan nggak banyak juga, hampir sama ya. Walau satu-satunyanya perempuan di base, instruktur sama aja, nggak ada perlakuan khusus untuk aku," kata gadis asli Jakarta ini.
Sang ayah, M Djunaedi yang sudah 30 tahun menjadi pilot mengaku bangga dengan anak perempuannya itu. Ia yang tak pernah memaksakan Nova untuk mengikuti jejaknya pun juga mengaku tak khawatir dengan pilihan karier anaknya meski dunia penerbangan memiliki risiko kerja tinggi.
"Saya nggak mau maksain anak, mau jadi apa terserah. Ternyata mau ikut jejak saya ya saya dukung. Namanya kerjaan semua pasti berisiko, itu akan tumbuh dengan profesional masing-masing, wajar aja," ucap Djunaedi yang hadir dalam wisuda anaknya.
"Lagipula pilot kerjaan asik, sambil kerja sambil main. Yang penting profesional dalam kerjaan. Namanya umur semua sudah ada yang atur," tutup pria yang pernah berdinas di AURI dengan 20 ribu jam terbang itu.
http://m.detik.com/news/berita/30107...h-dengan-asing
Keren dan salut

Diubah oleh ayah.rojak 05-09-2015 09:18
0
2.7K
14


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan