Jakarta -Kepastian dimulainya mega proyek National Capital Integrated Coastal Development (NCICD) atau tanggul laut garuda raksasa di pesisir utara Jakarta masih menunggu 2 tahun lagi. Kini, tim pemerintah yang dibantu Belanda dan Korea Selatan akan melakukan studi kelayakan proyek ini.

Hasil studi kedua negara ini akan digunakan sebagai dasar pembuatan keputusan dan penetapan desain tahap B dan C proyek tanggul raksasa‎ tersebut. Proses studi ini akan memakan waktu 2 tahun lamanya.

"Para ahli kedua negara akan melakukan studi kurang lebih dua tahun. Data hasil studi ini akan digunakan untuk kita menetapkan desain apa yang cocok untuk membangun tahap B dan C," ujar Deputi Percepatan Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah Kemenko Perekonomian Luky Eko Wuryanto di Kantor Kementerian PUPR, Jakarta, Kamis (3/9/2015).

Usai pelaksanaan studi ini, pemerintah akan langsung memutuskan desain yang cocok untuk pembangunan tahap B dan C proyek NCICD. Artinya, tindak lanjut pembangunan NCICD baru bisa dilakukan pada 2017.

Ia tidak bisa memastikan apakah nantinya tahap B dan C ini nantinya akan dilanjutkan dibangun atau tidak. Ia menjelaskan, bila proyek ini tidak dilanjutkan pembangunannya, maka akan dilaksanakan dengan jalan keluar lain, karena proyek ini sangat penting untuk menanggulangi banjir Jakarta di masa depan dan turunnya permukaan tanah di Ibu Kota.

"2017 pemerintah baru ambil keputusan desain apa yang mau dipakai atau jalan keluar lainnya sesuai hasil rekomendasi dari hasil penelitian," kata Lucky.

Sebelumnya, ‎Pemerintah Korea lewat Korea International Cooperation Agency (KOICA) dan Belanda menyatakan keseriusan untuk berpartisipasi dalam program tanggul laut raksasa di utara Jakarta yang dikenal dengan National Capital Coastal Development (NCICD).

Pihak Korea akan memnggelontorkan dana sekitar US$ 9,5 juta atau Rp 133 miliar (kurs Rp 14.000/US$), sedangkan pihak Belanda akan menggelontorkan dana Rp 8,5 juta Euro atau Rp 85 miliar, totalnya sebesar Rp 218 miliar berbentuk hibah.

Proyek National Capital Integrated Coastal Development (NCICD)/Pengembangan Terpadu Pesisir Ibukota Negara (PTPIN) atau yang dikenal dengan 'Tanggul Laut Garuda Raksasa' merupakan pengendali banjir Jakarta ini akan membangun bendungan di tengah laut sehingga di Teluk Jakarta akan terbentuk waduk baru berukuran sangat besar.

Berdasarkan dokumen NCICD, pembangunan tanggul raksasa di utara Jakarta dibuat dalam 3 tahap:

Pertama atau tahap A,‎ yaitu penguatan garis pantai Jakarta sudah dimulai pada tahun 2014. Rencananya dilakukan hingga 2018 atau 4 tahun ke depan.

Pada fase ini mencakup penguatan tanggul dan pemasangan stasiun pompa. Total investasinya mencapai US$ 1,9 miliar.

Kedua atau tahap B‎, pembangunan tanggul laut luar dan reklamasi laut (pulau buatan) seluas 1.250 hektar hingga 4.000 hektar pada periode 2018-2022. Pada fase ini juga akan dikembangkan jalan tol dari Tangerang dan Bekasi. Termasuk pembangunan Mass Rapid Transit (MRT) dari pusat kota ke Jakarta.

Pada fase ini, selain pembangunan tanggul laut luar, juga ada pembangunan stasiun pompa, pintu air, pemindahan jaringan pipa, restorasi hutan bakau dengan perkiraan biaya US$ 4,8 miliar.

Ketiga alias tahap C‎, ini merupakan fase pembangunan tanggul luar di sisi timur Jakarta, namun sampai saat ini belum bisa ditentukan apakah tanggul laut di sisi luar bagian timur diperlukan. Alasannya penurunan muka tanah di kawasan timur masih relatif lambat dan sungai-sungai utama masih mengalir bebas.

Konsep tanggul laut 'Garuda Raksasa' di perairan Teluk Jakarta dianggap sebagai opsi terbaik untuk mencegah Jakarta Utara tenggelam di 2050. Konsep ini banyak punya manfaat seperti adanya tanggul dan waduk raksasa di Teluk Jakarta. Proyek ini sempat di-groundbreaking pada 9 Oktober 2014.

Diperkirakan butuh anggaran hingga Rp 500 triliun (pemerintah dan swasta) untuk menyelesaikan proyek ini secepatnya pada 2022 atau paling lambat 2030.

Sumur