Kaskus

Entertainment

act.idAvatar border
TS
act.id
Hikayat Cinta Kefayat dan Nur Kolima
Hikayat Cinta Kefayat dan Nur Kolima

ACEH UTARA – Cinta Kefayat Ullah (18) tak bertepuk sebelah tangan. Cintanya diterima dengan gembira oleh pujaan hatinya, Nur Kolima (18). Sejoli anak remaja dari etnis Rohingya itu pun berikrar janji setia sebagai suami istri di bawah bimbingan ustadz mereka sendiri, Mohamad Yunus. “Penghulu dadakan” yang ditunjuk ACT selaku penggagas pernikahan massal itu pun menyatakan sah Kefayat –Nur Kolima sebagai suami istri.

Kefayat dan Kolima, resmi jadi suami istri bersama lima pasangan lainnya, yang dinikahkan pada Sabtu malam, (29/8) di Masjid Arakan, Komplek Integrated Community Shelter (ICS), Blang Adoe, Kuta Makmur, Aceh Utara. Ratusan saudara-saudara mereka sesama etnis Rohingya menyaksikan sebuah momen suci bagi anak manusia berlainan jenis yang sudah saling mencinta.

Kefayat berasal dari kampung Buzzidong, sementara Kolima dari kampung Mondu, keduanya ada di Arakan, Myanmar. Keduanya satu kapal sejak berlayar sekira tiga bulan lalu, namun saat itu mereka belum saling kenal. Cinta mereka mulai bersemi saat keduanya ditampung di BLK. Setelah sekian lama saling kenal, baik melalui telpon maupun bertemu langsung. Kefayat pun tak tahan lagi untuk menyatakan cintanya.

“ Attur tore ador lage,” ungkap Kefayat dalam satu kesempatan komunikasi via ponsel. Kolima pun tak ragu menerimanya. Itulah ungkapan cinta dalam bahasa Rohingya, yang kira-kira artinya sama dengan kalimat “aku cinta padamu”.

Pasangan dengan usia sama itu melonjak gembira, saat ACT mengumumkan akan menikahkan remaja-remaja Rohingya yang sudah memenuhi syarat untuk menikah. Gagasan ACT ini sendiri telah didukung berbagai pihak, termasuk didukung Abati (gelar tokoh agama yang sangat dihormati di Aceh) Tengku H Muhammad Nuruddin, yang juga anggota Majelis Permusyawaratan Ulama (MPU) Aceh Utara. Bahkan Abati rela menghadiri prosesi pernikahan massal yang digelar di Masjid Arakan, Komplek ICS untuk memberi selamat, mendoakan, sekaligus memberi nasehat-nasehat terkait pernikahan massal itu.

Berbaurnya anak-anak muda, laki-laki dan perempuan, dalam satu komplek memang dapat menimbulkan problem sendiri. Tengku H Muhammad Nuruddin, mengatakan berbagai kemungkaran sangat mungkin terjadi.

" Siapa yang akan mengawasi mereka selama 24 jam bahwa mereka tidak akan melakukan hal-hal yang dilarang agama?" kata Tengku. Oleh karena itu dibawah dalil ushul fikih dar ul mafasid muqaddam ala jal bil maslahah, yang artinya mencegah kemungkaran daripada mencari kemaslahatan.

" Ketika maslahah sulit kita dapatkan, maka mencegah kemungkaran harus diutamakan," ujar Tengku.


Proses pernikahan sendiri penuh keprihatinan. Mahar yang diberikan Kefayar, beberapa gram emas plus uang Rp 500 ribu, hasil pinjaman dari kawan-kawannya, yang diterima dengan baik Kolima.

Keduanya, jelang nikah, berusaha tampil beda dengan para hadirin. Namun upaya itu gagal, karena tak ada baju pengantin. Keduanya, dan juga pasangan nikah massal yang lain, menikah dengan busana apa adanya. Bahkan jika mereka tidak dipisahkan dengan para hadirin, niscaya tak diketahui siapa yang akan menikah. Karena yang dipakai adalah busana sehari-hari sama dengan para hadirin.

Baik Kefayat maupun Kolima, keduanya mengaku pasangannya adalah cinta pertamanya. Setelah sah menjadi suami istri, Kefayat berjanji akan mencari kerja untuk menafkahi istrinya. Kefayat ingin menyusul kakaknya, Jubaez (23), yang sudah tinggal dan bekerja di Australia selama tujuh tahun. Ayah Kefayat sendiri sudah meninggal, sementara ibunya tinggal di kampung dengan sejumlah kerabatnya.

“ Kami ingin punya anak dua saja. Cewek dan cowok,” ujar Kefayat dalam bahasa Rohingya, yang diterjemahkan kawannya Sakeer, yang cukup lancar berbahasa Indonesia.

Ditinggal oleh nakhoda dan kru kapal yang orang Thailand, Kefayat dan Kolima beserta orang-orang Rohingya terkatung-katung di laut. Seorang Rohingya yang mempunyai jiwa kepemimpinan, Husein, mencoba mengendalikan kapal yang kini kehilangan arah itu. Pada Mei 2015, orang-orang Rohingya ditolong nelayan Aceh, ditampung di Kuala Cangkoi, lalu di BLK, dan akhirnya ditampung di tempat yang lebih nyaman, yakni Komplek ICS yang dibangun ACT untuk menampung orang-orang Rohingya yang malang itu, demi mendapatkan tempat tinggal yang lebih layak. *ajm
sumber
0
1.2K
8
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan