- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
6 Langkah Terjadinya Transfer Pemain Sepakbola


TS
jibon.507.96
6 Langkah Terjadinya Transfer Pemain Sepakbola



Quote:
Mumpung lagi hot nih gan, soal bursa transfer pemain sepakbola 
tapi sebelum baca yg inti nya mari kita simak yang ini dulu

tapi sebelum baca yg inti nya mari kita simak yang ini dulu
Spoiler for :
Quote:
Kenapa Semua Orang (Pecinta Sepakbola) Menyukai Transfer?
Penjabaran Keuntungan Transfer
Mari Kembangkan Akademi Saja Kalau Begitu
Transfer di Sepakbola Tidak akan Ada Habisnya
Quote:
Tidak ada keraguan bahwa setiap awal musim jendela transfer jadi bagian paling menarik dari seluruh berita tentang sepakbola. Awal tahun 2015 ini, setelah Tahun Baru, ketika liga-liga di Eropa sedang membuka kembali jendela transfernya, sementara di Indonesia juga sedang dalam persiapan musim baru, seolah menjadi kombinasi yang pas dan top markotop.
Apakah Anda tertarik membaca berita transfer? Berita transfer liga di Eropa atau berita “transfer” di Liga Indonesia? Jika Anda bilang “tidak tertarik”, Anda adalah salah satu manusia langka di planet bumi ini.
Mungkin itu wajar. Dalam liga, di manapun liganya, di mana keserakahan seolah menjadi kebajikan, maka tebal dompet adalah faktor yang paling relevan untuk menentukan klub tertentu akan mengakhiri kompetisi di peringkat berapa.
Untuk mengawalinya, ambil saja salah satu contoh mencolok di Liga Prancis di suatu musim panas di tahun 2011. Paris Saint Germain yang bukan merupakan klub bertradisi juara, yang seumur-umur baru dua kali meraih gelar juara League 1, tiba-tiba kedatangan raja minyak dari Qatar. Uang sejumlah 87 juta euro digelontorkan untuk membeli pemain.
Lihat di mana posisi mereka sekarang? Dua musim berturut-turut, pada 2013 dan 2014, mereka jadi kampiun.
Di Prancis, mereka adalah juara dua musim berturut-turut. Di dunia, jumlah fans mereka dilaporkan naik tiga kali lipat sejak 2011. Di Indonesia, sekarang kita sudah melihat banyak seragam PSG (baik orisinal ataupun KW) dijual di lapak-lapak dan dipakai banyak orang yang, jika kita tanya siapa pemain PSG di tahun 2000, mungkin mereka tidak bisa menyebut satu saja.
Kemudian nanti tibalah hari tenggat waktu atau deadline transferyang tampak menjadi puncak dari semua drama ini.
Ya, mau tidak mau, patut diakui bahwa hampir seluruh liga sepakbola di dunia telah menjadi tempat dimana solusi untuk semua masalah adalah membeli lebih banyak pemain (bagus).
Semua orang memang suka rumor transfer, menemukan diri mereka terpaku pada layar komputer, laptop, telepon genggam, gadget mereka, koran, televisi, dan lain-lain, berusaha mendapatkan berita terbaru, meskipun hanya sebuah gosip tidak jelas.Pada waktu-waktu khusus dan khusyuk, terutama tadi, yaitu di deadline transfer, twitter sudah biasa untuk kebanjiran refresh dengan harapan klub yang mereka bela mendatangkan pemain baru.
Tanyalah pada setiap penggemar Manchester United bagaimana mereka menghabiskan hari-hari mereka setelah deadline transfer di awal musim ini. Mereka mungkin akan memberitahu Anda bahwa mereka menghabiskan hari dengan rasa marah, gelisah, malu, kecewa, atau malah ada yang bahagia, sementara mereka berharap bisa mendatangkan bek baru, klub malah mendatangkan Falcao.
Apakah Anda tertarik membaca berita transfer? Berita transfer liga di Eropa atau berita “transfer” di Liga Indonesia? Jika Anda bilang “tidak tertarik”, Anda adalah salah satu manusia langka di planet bumi ini.
Mungkin itu wajar. Dalam liga, di manapun liganya, di mana keserakahan seolah menjadi kebajikan, maka tebal dompet adalah faktor yang paling relevan untuk menentukan klub tertentu akan mengakhiri kompetisi di peringkat berapa.
Untuk mengawalinya, ambil saja salah satu contoh mencolok di Liga Prancis di suatu musim panas di tahun 2011. Paris Saint Germain yang bukan merupakan klub bertradisi juara, yang seumur-umur baru dua kali meraih gelar juara League 1, tiba-tiba kedatangan raja minyak dari Qatar. Uang sejumlah 87 juta euro digelontorkan untuk membeli pemain.
Lihat di mana posisi mereka sekarang? Dua musim berturut-turut, pada 2013 dan 2014, mereka jadi kampiun.
Di Prancis, mereka adalah juara dua musim berturut-turut. Di dunia, jumlah fans mereka dilaporkan naik tiga kali lipat sejak 2011. Di Indonesia, sekarang kita sudah melihat banyak seragam PSG (baik orisinal ataupun KW) dijual di lapak-lapak dan dipakai banyak orang yang, jika kita tanya siapa pemain PSG di tahun 2000, mungkin mereka tidak bisa menyebut satu saja.
Kemudian nanti tibalah hari tenggat waktu atau deadline transferyang tampak menjadi puncak dari semua drama ini.
Ya, mau tidak mau, patut diakui bahwa hampir seluruh liga sepakbola di dunia telah menjadi tempat dimana solusi untuk semua masalah adalah membeli lebih banyak pemain (bagus).
Semua orang memang suka rumor transfer, menemukan diri mereka terpaku pada layar komputer, laptop, telepon genggam, gadget mereka, koran, televisi, dan lain-lain, berusaha mendapatkan berita terbaru, meskipun hanya sebuah gosip tidak jelas.Pada waktu-waktu khusus dan khusyuk, terutama tadi, yaitu di deadline transfer, twitter sudah biasa untuk kebanjiran refresh dengan harapan klub yang mereka bela mendatangkan pemain baru.
Tanyalah pada setiap penggemar Manchester United bagaimana mereka menghabiskan hari-hari mereka setelah deadline transfer di awal musim ini. Mereka mungkin akan memberitahu Anda bahwa mereka menghabiskan hari dengan rasa marah, gelisah, malu, kecewa, atau malah ada yang bahagia, sementara mereka berharap bisa mendatangkan bek baru, klub malah mendatangkan Falcao.
Penjabaran Keuntungan Transfer
Quote:
Sebuah contoh lain ketika MU mengalahkan Liverpool 3-0 musim ini, tidak satu pun pemain baru mereka di musim panas yang bermain dari awal pertandingan. Mereka mengalahkan Liverpool dengan skuat yang sama yang dulu dipimpin David Moyes dan terbukti hancur lebur. Louis van Gaal berujar, “Ini bukanlah soal pemain baru, tapi ini adalah soal organisasi.”
Bisa dibilang Van Gaal benar, mungkin bursa transfer adalah penipuan terbesar di mana hampir semua pihak di sepakbola terlibat. Mungkin saja, sih, sebagian besar pemain tidak benar-benar berbeda satu sama lainnya. Termasuk di Indonesia saat ini yang masih ramai membicarakan “transfer” pemain.
Pertanyaan pamungkasnya adalah: “Kenapa semua orang menyukai transfer?”
Pertama dan yang paling utama, yaitu untuk pemain. Pemain dapat menggunakan alasan ini secara terus-menerus untuk menegosiasikan kesepakatan yang lebih baik, biasanya soal gaji. Jika tidak, mereka bisa saja melakukan manuver dari klub mereka.
Kenapa? Banyak alasan tentunya. Alasan yang paling klise, yang tidak banyak diakui tentunya, adalah masalah uang (gaji). Alasan lainnya bisa jadi karena mereka tidak cocok dengan pelatih, waktu bemain mereka yang sedikit, cuaca di kota tersebut tidak bersahabat, rindu kampung halaman, dan lain-lain.
Kemudian kita beralih ke agen. Agen cinta transfer. Karena itulah cara mereka menghasilkan sebagian besar pendapatan mereka.
Obsesi seorang agen dengan transfer adalah jika mereka bisa mendapatkan klien mereka, yaitu pemain, untuk terjual dengan nilai yang tinggi. Maka mereka akan mendapatkan persenan. “Jika kita bisa menambahkan dua atau tiga pemain, klub kita pasti bisa lebih baik,” adalah bisikan godaan setan dari para agen kepada manajer dan pelatih klub.
Lalu berikutnya bagi para pemandu bakat (scout), direktur sepakbola, dan orang-orang misterius yang duduk di komite transfer, jendela transfer adalah surga. Ini terjadi karena transfer dan perpindahan pemain merupakan bagian dari jobdeskmereka.
Transfer juga sangat bagus untuk media, tentu saja, karena memberikan kita sesuatu untuk dibicarakan. Seperti yang sudah disampaikan di awal artikel ini, transfer adalah pilar utama dari “sinetron” sepakbola modern.
Siapa konsumen atau penonton “sinetron” sepakbola? Jawabannya tentu adalah fans. Siapa itu fans? Ya, saya, Anda, dia (tunjuk saja sembarang orang di sekitar Anda), kita semua adalah fans. Kita adalah konsumen “sinetron”!
Fans menyukai transfer karena transfer adalah cerita yang segar, karena transfer menawarkan harapan bahwa semuanya akan baik-baik saja pada akhirnya nanti.
Jadi, siapa yang membenci transfer? Pemilik klub, deh, bagaimana? Mereka tidak mau tentunya uang mereka habis untuk mendatangkan dan menggaji pemain dengan sembarangan. Tapi ternyata dugaan tersebut salah.
Transfer adalah “cinta terlarang” bagi pemilik klub. Transfer adalah cara untuk menghasilkan pendapatan dan menjadi aktivitas pemasaran utama mereka. Real Madrid misalnya, mereka tampak terobsesi dengan rekor transfer dunia karena mereka selalu ingin menjadi klub yang memiliki pemain paling mahal di dunia.
Bisa dibilang Van Gaal benar, mungkin bursa transfer adalah penipuan terbesar di mana hampir semua pihak di sepakbola terlibat. Mungkin saja, sih, sebagian besar pemain tidak benar-benar berbeda satu sama lainnya. Termasuk di Indonesia saat ini yang masih ramai membicarakan “transfer” pemain.
Pertanyaan pamungkasnya adalah: “Kenapa semua orang menyukai transfer?”
Pertama dan yang paling utama, yaitu untuk pemain. Pemain dapat menggunakan alasan ini secara terus-menerus untuk menegosiasikan kesepakatan yang lebih baik, biasanya soal gaji. Jika tidak, mereka bisa saja melakukan manuver dari klub mereka.
Kenapa? Banyak alasan tentunya. Alasan yang paling klise, yang tidak banyak diakui tentunya, adalah masalah uang (gaji). Alasan lainnya bisa jadi karena mereka tidak cocok dengan pelatih, waktu bemain mereka yang sedikit, cuaca di kota tersebut tidak bersahabat, rindu kampung halaman, dan lain-lain.
Kemudian kita beralih ke agen. Agen cinta transfer. Karena itulah cara mereka menghasilkan sebagian besar pendapatan mereka.
Obsesi seorang agen dengan transfer adalah jika mereka bisa mendapatkan klien mereka, yaitu pemain, untuk terjual dengan nilai yang tinggi. Maka mereka akan mendapatkan persenan. “Jika kita bisa menambahkan dua atau tiga pemain, klub kita pasti bisa lebih baik,” adalah bisikan godaan setan dari para agen kepada manajer dan pelatih klub.
Lalu berikutnya bagi para pemandu bakat (scout), direktur sepakbola, dan orang-orang misterius yang duduk di komite transfer, jendela transfer adalah surga. Ini terjadi karena transfer dan perpindahan pemain merupakan bagian dari jobdeskmereka.
Transfer juga sangat bagus untuk media, tentu saja, karena memberikan kita sesuatu untuk dibicarakan. Seperti yang sudah disampaikan di awal artikel ini, transfer adalah pilar utama dari “sinetron” sepakbola modern.
Siapa konsumen atau penonton “sinetron” sepakbola? Jawabannya tentu adalah fans. Siapa itu fans? Ya, saya, Anda, dia (tunjuk saja sembarang orang di sekitar Anda), kita semua adalah fans. Kita adalah konsumen “sinetron”!
Fans menyukai transfer karena transfer adalah cerita yang segar, karena transfer menawarkan harapan bahwa semuanya akan baik-baik saja pada akhirnya nanti.
Jadi, siapa yang membenci transfer? Pemilik klub, deh, bagaimana? Mereka tidak mau tentunya uang mereka habis untuk mendatangkan dan menggaji pemain dengan sembarangan. Tapi ternyata dugaan tersebut salah.
Transfer adalah “cinta terlarang” bagi pemilik klub. Transfer adalah cara untuk menghasilkan pendapatan dan menjadi aktivitas pemasaran utama mereka. Real Madrid misalnya, mereka tampak terobsesi dengan rekor transfer dunia karena mereka selalu ingin menjadi klub yang memiliki pemain paling mahal di dunia.
Mari Kembangkan Akademi Saja Kalau Begitu
Quote:
Setelah kita membaca pembahasan di atas, tentunya pertanyaan lainnya bermunculan. Apa yang akan terjadi jika klub mengadopsi kebijakan untuk melepaskan diri dari ketergantungan transfer?
Ambil saja pengandaian, misalnya jika klub (atau bahkan pihak liga) membatasi diri mereka untuk hanya mengontrak tiga atau empat pemain saja setiap musimnya, maka pastinya mereka akan lebih fokus untuk mengembangkan akademi mereka.
Idealnya, jika klub bisa melakukan ini, maka klub akan memiliki utang yang rendah, atau bahkan tidak memiliki utang sama sekali. Keuangan mereka menjadi sehat, pemain-pemain mereka adalah didikan mereka sendiri yang tentunya mencintai klub, dan skuat pun akan harmonis.
Namun, itu kondisi ideal. Sekarang mari tengok Southampton. Akademi Southampton adalah akademi yang sangat produktif yang paling kelihatan akhir-akhir ini. Jika ada satu atau dua klub seperti Southampton, mereka mungkin akan survive pada satu musim. Tapi lihat musim selanjutnya. Bagaimana skuat mereka sekarang?
Luke Shaw sudah pindah ke United, Calum Chambers ke Arsenal, bahkan tiga pemain pilar mereka pindah ke Liverpool, yaitu Rickie Lambert, Adam Lallana, dan Dejan Lovren.
Meskipun Liverpool sendiri berada di bawah Southampton sekarang ini, tetapi mungkin hal di atas menunjukkan apa yang terjadi jika sebuah klub sukses melakukan pembinaan akademi mereka: tim kaya akan datang dan membeli bakat terbaik klub dan klub terpaksa untuk membeli dan menambal lubang dalam skuat yang rusak. Siklus klub pun akan berubah lagi.
Memusingkan memang. Tetapi Ronald Koeman sudah melakukannya dengan baik sejauh ini. Namun tetap saja, Koeman pasti melakukannya dengan penuh kepusingan. Fans The Saintspun pasti sempat khawatir dan depresi di awal musim.
Itulah cerminan terbaik tentang bagaimana tidak adanya kondisi ideal di sepakbola. Meskipun itu bisa saja terjadi jika pihak liga yang mengaturnya, misalnya, bahwa setiap klub (bukan hanya satu klub saja) hanya boleh membeli tiga atau empat pemain saja setiap musim sambil terus mengembangkan akademi mereka.
Ideal ataupun tidak, tanya saja kepada FC Barcelona dan Ajax Amsterdam.
Ambil saja pengandaian, misalnya jika klub (atau bahkan pihak liga) membatasi diri mereka untuk hanya mengontrak tiga atau empat pemain saja setiap musimnya, maka pastinya mereka akan lebih fokus untuk mengembangkan akademi mereka.
Idealnya, jika klub bisa melakukan ini, maka klub akan memiliki utang yang rendah, atau bahkan tidak memiliki utang sama sekali. Keuangan mereka menjadi sehat, pemain-pemain mereka adalah didikan mereka sendiri yang tentunya mencintai klub, dan skuat pun akan harmonis.
Namun, itu kondisi ideal. Sekarang mari tengok Southampton. Akademi Southampton adalah akademi yang sangat produktif yang paling kelihatan akhir-akhir ini. Jika ada satu atau dua klub seperti Southampton, mereka mungkin akan survive pada satu musim. Tapi lihat musim selanjutnya. Bagaimana skuat mereka sekarang?
Luke Shaw sudah pindah ke United, Calum Chambers ke Arsenal, bahkan tiga pemain pilar mereka pindah ke Liverpool, yaitu Rickie Lambert, Adam Lallana, dan Dejan Lovren.
Meskipun Liverpool sendiri berada di bawah Southampton sekarang ini, tetapi mungkin hal di atas menunjukkan apa yang terjadi jika sebuah klub sukses melakukan pembinaan akademi mereka: tim kaya akan datang dan membeli bakat terbaik klub dan klub terpaksa untuk membeli dan menambal lubang dalam skuat yang rusak. Siklus klub pun akan berubah lagi.
Memusingkan memang. Tetapi Ronald Koeman sudah melakukannya dengan baik sejauh ini. Namun tetap saja, Koeman pasti melakukannya dengan penuh kepusingan. Fans The Saintspun pasti sempat khawatir dan depresi di awal musim.
Itulah cerminan terbaik tentang bagaimana tidak adanya kondisi ideal di sepakbola. Meskipun itu bisa saja terjadi jika pihak liga yang mengaturnya, misalnya, bahwa setiap klub (bukan hanya satu klub saja) hanya boleh membeli tiga atau empat pemain saja setiap musim sambil terus mengembangkan akademi mereka.
Ideal ataupun tidak, tanya saja kepada FC Barcelona dan Ajax Amsterdam.
Transfer di Sepakbola Tidak akan Ada Habisnya
Quote:
Ada dua transfer yang umum yang kita ketahui di sepakbola, terutama di Eropa, yaitu transfer musim panas dan transfer musim dingin. Untuk yang sedang terjadi saat ini, yaitu transfer musim dingin, adalah transfer yang dinilai “nanggung”karena hanya berlangsung selama satu bulan.
Gary Neville pernah berkata bahwa transfer musim dingin (di Eropa) adalah “solusi jangka pendek untuk masalah jangka panjang”. Hal ini bisa jadi benar, bisa jadi tidak benar, tetapi kebanyakan adalah benar.
Sebuah contoh utama dari hal ini adalah Andy Carroll pada tahun 2011. Ia pindah ke Liverpool dari Newcastle United dengan mahar 35 juta poundsterling. Wow! Striker berkuncir kuda ini kemudian dijual ke West Ham United dengan kerugian uang transfer mencapai minimal 20 juta poundsterling.
Hal ini terjadi lantaran (katanya) Fernando Torres pindah ke Chelsea menjelang hari deadline transfer yang membuka pintu bagi Carroll untuk bergabung ke The Reds. Maaf untuk menghakiminya, tapi ini adalah bisnis yang buruk bagi jangka panjang Liverpool.
Torres sendiri pindah ke Chelsea dengan uang transfer mencapai 50 juta poundsterling. Di mana ia sekarang? Yang jelas bukan di Chelsea.
Tapi cukup sudah berbicara kejelekan transfer musim dingin, mari kita beralih ke hal yang positif. Pada musim dingin tahun 2006, Manchester United mengontrak Nemanja Vidic dan Patrice Evra pada transfer musim dingin.
Delapan tahun berlalu dengan banyak trofi, kemudian kedua pemain tersebut menjadi kapten dan wakil kapten klub, mereka berdua bahkan menjadi penghuni utama di empat bek MU.
Memang, untuk beberapa kesempatan, jendela transfer musim dingin adalah kesempatan untuk menyelamatkan setengah musim awal yang buruk. Tapi dengan tekanan yang semakin besar, transfer bisa saja menjadi bumerang yang merugikan.
Transfer mungkin sudah menjadi sebuah pabrik yang mengambil uang dan juga pemain atas nama investasi. Transfer dan perpindahan pemain adalah hal yang mendasar bagi struktur sepakbola dunia. Akan sulit melihat sepakbola tanpa transfer. Untuk Indonesia juga, meskipun banyak masalah keuangan, tetap saja banyak terjadi “perpindahan pemain” (alih-alih menyebutnya sebagai “transfer”).
Jadi, selamat Tahun Baru, selamat menikmati jendela transfer musim dingin liga Eropa, selamat menikmati perpindahan pemain menjelang Liga Indonesia bergulir lagi. Hari deadline masih panjang, kok.
Gary Neville pernah berkata bahwa transfer musim dingin (di Eropa) adalah “solusi jangka pendek untuk masalah jangka panjang”. Hal ini bisa jadi benar, bisa jadi tidak benar, tetapi kebanyakan adalah benar.
Sebuah contoh utama dari hal ini adalah Andy Carroll pada tahun 2011. Ia pindah ke Liverpool dari Newcastle United dengan mahar 35 juta poundsterling. Wow! Striker berkuncir kuda ini kemudian dijual ke West Ham United dengan kerugian uang transfer mencapai minimal 20 juta poundsterling.
Hal ini terjadi lantaran (katanya) Fernando Torres pindah ke Chelsea menjelang hari deadline transfer yang membuka pintu bagi Carroll untuk bergabung ke The Reds. Maaf untuk menghakiminya, tapi ini adalah bisnis yang buruk bagi jangka panjang Liverpool.
Torres sendiri pindah ke Chelsea dengan uang transfer mencapai 50 juta poundsterling. Di mana ia sekarang? Yang jelas bukan di Chelsea.
Tapi cukup sudah berbicara kejelekan transfer musim dingin, mari kita beralih ke hal yang positif. Pada musim dingin tahun 2006, Manchester United mengontrak Nemanja Vidic dan Patrice Evra pada transfer musim dingin.
Delapan tahun berlalu dengan banyak trofi, kemudian kedua pemain tersebut menjadi kapten dan wakil kapten klub, mereka berdua bahkan menjadi penghuni utama di empat bek MU.
Memang, untuk beberapa kesempatan, jendela transfer musim dingin adalah kesempatan untuk menyelamatkan setengah musim awal yang buruk. Tapi dengan tekanan yang semakin besar, transfer bisa saja menjadi bumerang yang merugikan.
Transfer mungkin sudah menjadi sebuah pabrik yang mengambil uang dan juga pemain atas nama investasi. Transfer dan perpindahan pemain adalah hal yang mendasar bagi struktur sepakbola dunia. Akan sulit melihat sepakbola tanpa transfer. Untuk Indonesia juga, meskipun banyak masalah keuangan, tetap saja banyak terjadi “perpindahan pemain” (alih-alih menyebutnya sebagai “transfer”).
Jadi, selamat Tahun Baru, selamat menikmati jendela transfer musim dingin liga Eropa, selamat menikmati perpindahan pemain menjelang Liga Indonesia bergulir lagi. Hari deadline masih panjang, kok.
Quote:
Quote:
1. Mengincar Pemain
Klub tidak ingin kehilangan pemain terbaiknya pada bulan Januari tanpa waktu yang cukup untuk mencari penggantinya, sehingga di sini harga pemain seringkali melambung. Tapi jika klub pintar, peluang akan muncul dengan sendirinya.
Misalnya liga yang sudah menjalankan musim mereka dengan kalender mereka sendiri (seperti Major League Soccer, liga-liga di Skandinavia, dll), mungkin memiliki pemain yang tersedia untuk dibeli: Clint Dempsey pindah dari MLS ke Fulham pada tahun 2007, sementara Nemanja Vidic meninggalkan Rusia (yang saat itu menjalankan musim penuhnya dari Maret ke November) untuk bergabung dengan Manchester United pada tahun 2006.
Klub juga dapat menemukan pemain yang kurang dihargai oleh klubnya saat ini dan mencoba untuk membujuk mereka. Contohnya adalah perpindahan Daniel Sturridge dari Chelsea ke Liverpool pada tahun 2013. Sturridge jarang dimainkan di Chelsea, kemudian Liverpool membujuknya.
Transfer Januari terbesar bisa dibilang adalah Fernando Torres yang sebaliknya, yaitu pindah dari Liverpool ke Chelsea, dengan biaya sebesar 50 juta poundsterling.
Quote:
Quote:
2. Klub mencari informasi dari pemain yang diincarnya
Pada saat Anda membaca pemain dihubungkan dengan sebuah klub, kenyataannya mungkin adalah klub memang sudah melacak pemain tersebut selama berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun sebelumnya.
Tottenham menghabiskan semusim penuh menonton pertandingan setiap minggunya sebelum mendekati Dimitar Berbatov. Untuk sebagian klub-klub besar, memantau kemajuan pemain adalah proses yang berkesinambungan dan mereka akan terus meng-update databasemereka.
Klub pastinya sudah memiliki daftar target, biasanya sesuai berdasarkan posisi, dan akan bergerak cepat ketika pemain tersebut sudah “tersedia” (Alexis Sanchez pada tahun 2014) atau ketika klub kehilangan salah satu pemain pilarnya.
Untuk melakukannya dengan baik, klub harus melakukan pekerjaan rumah mereka.
Quote:
Quote:
3. Klub melakukan pendekatan kepada pemain
Orang ini lah yang akan mengetahui apakah pemain mempertimbangkan untuk pindah dan jenis kesepakatan seperti apa yang si pemain inginkan (durasi kontrak dan gaji). Klub calon pembeli juga akan mendekati klub calon penjual untuk mendapatkan valuasi.
Ini adalah langkah penting. Klub tidak ingin malu dengan melakukan penawaran untuk pemain yang kemudian menolak mereka. Misalnya, Alexis pernah menolak untuk bergabung dengan Liverpool pada 2014.
Seringkali klub calon penjual juga akan mempekerjakan agen-perantara untuk diam-diam mengintip pemain mereka di sekitar klub, semua atas nama untuk mempertahankan kebijaksanaan dan keadaan yang “masuk akal”. Hanya kemudian apakah ada pendekatan resmi. Mengapa?
Klub bisa mengganggu ketenangan pemain klub itu sendiri jika klub mengakui secara go publicbahwa klub melakukan tawaran untuk pemain-pemain yang memainkan posisi yang sama di klub. Misalnya, Simon Mignolet pasti akan merasa terganggu jika Liverpool melakukan pendekatan secara terang-terangan dengan Petr Cech.
Selain itu, publisitas pendekatan ini juga dapat menjadikan klub yang lebih besar bisa terlibat. Semakin tinggi profil pemain, semakin banyak hal yang bisa menjadi salah. Maka, klub calon pembeli pasti akan ekstra hati-hati.
Quote:
Quote:
4. Klub melakukan negosiasi kepada pemain
Jika hal-hal di atas sudah dilakukan dengan baik, maka negosiasi resmi bisa dimulai. Dengan jawaban atas pertanyaan dasar, (berapa lama kontrak saat ini, berapa gaji sasarannya?) ada tiga negosiasi yang terjadi sekaligus:
- Klub calon pembeli dan agen pemain tentang apa yang pemain inginkan bagi dirinya sendiri,
- Klub dan agen tentang biaya agen, dan
- Kedua klub tentang biaya transfer.
Sangat sedikit sekali transfer gagal terjadi jika tiga negosiasi di atas sudah dilakukan, biasanya ada konsensus yang sudah cukup yang sudah terjadi selama pemantauan dan pendekatan untuk membuat negosiasi di atas menjadi sederhana.
Setelah ini, jika proses transfer tertahan, ini umumnya karena uang. Entah seseorang meminta lebih atau klub calon pembeli tiba-tiba kekurangan uang untuk transfer.
Quote:
Quote:
5. Tes medis
Setelah rincian yang telah disetujui, pemain berjalan melalui bagian akhir: tes medis yang komprehensif. Memang ini membutuhkan waktu yang tidak lama. Tes medis adalah “misi khusus” untuk memastikan tidak ada masalah.
Beberapa media juga kebanyakan sudah menyimpulkan pemain pasti akan pindah jika sang pemain sudah melakukan tes medis, atau bahkan hanya dengan mengetahui pemain yang bersangkutan sedang ebrada di rumah sakit atau fasilitas kesehatan di sekitar klub calon pembeli.
Jika seorang pemain telah berulang kali cedera, klub calon pembeli akan memanggil spesialis untuk mengetahui lebih lanjut. Ini akan mengkhawatirkan bagi klub pembeli, karena ini adalah salah satu bagian dari tahap dimana mereka tidak memiliki kendali. Para dokter lah yang bertanggung jawab.
Langkah Demba Ba untuk ke Stoke City pada tahun 2011 runtuh karena “sesuatu yang dapat menyebabkan masalah di kemudian hari”, sementara Loic Remy sudah menyetujui persyaratan dengan Liverpool pada 2014 hanya untuk membuat Thet Redsuntuk menarik kembali proses transfer setelah hasil medis yang panjang memberi mereka alasan untuk mengakhiri kesepakatan. selanjut nya disini
Quote:
Quote:
6. Pemain sudah resmi bergabung dengan klub baru
Transfer yang melibatkan klub-klub besar dengan jaringan scoutingyang besar biasanya mengambil setidaknya satu musim penuh. Namun, proses scouting ini kadang bisa memakan dua atau tiga tahun untuk benar-benar melakukan kesepakatan.
Rasio kasarnya adalah dari 100 pemain yang di-scout, 10 di antara mereka akan benar-benar mendapat penawaran, dan satu atau dua akan berakhir dengan penandatanganan.
Klub kecil mungkin akan dipaksa untuk mengoperasikan hal di atas dengan sedikit berbeda, terutama jika mereka kehilangan pemain untuk klub-klub yang lebih besar.
Agen akan memainkan peran yang lebih integral dalam menawarkan pemain; scouting dan manajer akan memiliki sedikit waktu untuk membuat keputusan. Namun, ada contoh ketika kesepakatan bisa dilakukan dalam hitungan jam, terutama jika klub berada pada tenggat waktu (deadline) dan bersedia untuk mengambil risiko yang lebih pada pemain yang bersangkutan.
Meskipun ada banyak variabel di awal proses, setelah mereka mencapai meja perundingan, mungkin hanya satu dari setiap 10 penawaran yang benar-benar akan diresmikan. Dan ya, tim di Liga Primer masih menggunakan mesin faks untuk berkomunikasi tentang perpindahan pemain dengan liga, meskipun PDF yang dipindai dan dikirim melalui surel juga bisa diterima.
Kuno, tapi yang penting berkelas.
Spoiler for sumur:
Mampir Kesini > Cara Mengetahui Kebohongan Media Terkait Rumor Transfer


0
2.1K
Kutip
10
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan