Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

dannydrinkwaterAvatar border
TS
dannydrinkwater
Di 1998 Ekonomi RI Minus 13,13%, Sekarang Tumbuh 4,6%


Jakarta - Beberapa pihak menilai kondisi ekonomi Indonesia saat ini akan seperti krisis di 1998, karena dolar yang saat ini terus menguat hingga Rp 14.000. Tapi kenyataannya, kondisi fundamental ekonomi Indonesia saat ini jauh lebih baik dari 1998 lampau.

Dari data Bank Indonesia (BI), Senin (31/8/2015), disebutkan Secara fundamental, Indonesia saat ini lebih baik. Hal ini ditunjukkan oleh beberapa indikator perekonomian. Berikut perbedaannya:
Pada tahun 1998 pertumbuhan ekonomi tumbuh negatif -13,13%, sementara tahun ini diperkirakan tumbuh positif 4,9%.
Cadangan devisa di 1997/98 sekitar US$ 23 miliar, sedangkan sampai dengan Juli 2015 cadangan devisa Indonesia sebesar US$ 107,6 miliar.
Inflasi di 1998 mencapai 77,63%, sementara saat ini di 2014 mengarah pada inflasi yang rendah dan stabil yaitu 4% plus minus 1% .
Rasio Utang Luar Negeri pada tahun 1998 sekitar 120% dari PDB, sementara saat ini hanya sekitar 33% dari PDB.
Dari sisi stabilitas sistem keuangan, di 1998 ketahanan permodalan bank cenderung kurang dan rasio kredit bermasalah relatif besar, sementara pada posisi Juni 2015, CAR (rasio kecukupan modal) perbankan sebesar 20,1% dan NPL (rasio kredit bermasalah) 2,6% (gross).

Pada keterangannya, BI mengatakan, jumlah cadangan devisa per Juli 2015 sebesar US$ 107,6 miliar ini cukup membiayai 7,0 bulan impor atau 6,8 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri Pemerintah. Jumlah ini juga di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor.

Selain cadangan devisa, Indonesia juga memiliki second lines of defense (pertahanan kedua) yang digunakan berdasarkan tujuannya, antara lain:
a. Bilateral Swap Arrangement (BSA), yang merupakan dana cadangan apabila terjadi kondisi yang tidak diinginkan. BSA digunakan untuk mendukung likuiditas, mencegah krisis, dan menyelesaikan krisis. Dana tersebut antara lain dari Chiang Mai Initiative Multilateralization (CMIM) agreement (dengan Negara ASEAN, Jepang, China, dan Korea) sebesar US$ 240 miliar, dan Jepang sebesar US$ 22,76 miliar.
b. Indonesia juga memiliki Dana Siaga (deferred drawdown option/DDO) yang merupakan kerjasama antar negara yang digunakan untuk membantu pelaksanaan pembangunan. Jumlahnya US$ 5 miliar.
c. Indonesia memiliki Bilateral Currency Swap Arrangement (BCSA) yang digunakan untuk meningkatkan kerjasama perdagangan bilateral dan memperkuat kerjasama keuangan antara kedua negara, serta mengurangi ketergantungan terhadap penggunaan dolar AS. Saat ini BI telah memiliki BCSA dengan China dan Korea. Nilai kerja sama dengan Korea: KRW (won) 10,7 triliun atau Rp 115 triliun (ekuivalen US$ 10 miliar), sementara dengan Bank Sentral TiongkoChina (PBoC) adlaah CNY (yuan) 100 miliar atau setara Rp 175 triliun.
SumberPhk massal kelaparan dimana2
Diubah oleh dannydrinkwater 31-08-2015 05:30
0
2K
21
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan