Original Posted By bolehkritikan►Selamat pagi...

Ada penyegaran sedikit di pagi hari tentang kampung pulo... kenapa gw bahas? Ya karna itu tempat lahir gw...

Semalam gw datang kerusunawa jatinegara, Alhamdulillah saudara saudaraku warga sana sdh hampir semua pindah kesana...

Tempatnya nyaman, Terimakasih ko Ahok atas rusunawanya, ungkap sebagian warga...

Makin malam makin kucari realita tentang apa yg sebenarnya terjadi di sana...

Rupanya sebagian warga yg bahagia di sana adalah pendatang yg kebetulan punya identitas dan masuk dalam penyeleksian kriteria utk dapat menempati rumah susun. Artinya mereka pendatang dan bernasib mujur...

Bagaimana dgn pribumi yg memang memiliki hak atas tanah kelahiran dan berlegalitas? Pasti kecewa. Rumah yg dari dahulu dimiliki turun temurun, dgn dimensi yg lumayan besar karna memang mempunyai legalitas skrg berganti rumah susun yg berbanding jauh dgn sebelumnya...

Kenapa mereka sedih, kecewa dan marah ?

Pasti anda2 yg tidak mengetahui duduk persoalannya menganggap mereka ngeyel, kurang ajar, bahkan tak tau di untung...

Ini penjelasan mereka...

Mereka pribumi asli sana, bahkan kampung mereka sdh ada jauh sebelum kemerdekaan. Bahkan dalam cerita si Pitung ada istilah daerah Demang Mester Cornelis. Artinya memang sejatinya dari dulu kampung ini ada.
Tapi beberapa tahun kemudian para pendatang merusak, merubah tatanan ruang yg sebenarnya pemukiman layak menjadi pemukiman kumuh dgn mendirikan rumah2 dibantaran kali ciliwung.

Pada dasarnya mereka tdk masalah di relokasi mereka ikhlas walau harus kehilangan kampung kelahiran. Tapi apa yg membuat mereka marah? Ini jawabannya

Dulu sewaktu Gubernur DKI dijabat bpk Jokowi, beliau menjanjikan sejuta harapan kepada warga. "Jgnkan rumah yg dr tembok, pohon pisang dan kandang ayam pun akan kita ganti". Begitulah manis janjinya, begitulah baunya, begitulah rasanya...
Dgn janji yg membuat hampir seluruh warga sumringah dan akhirnya mendukung dan mengantar beliau ke pucuk pimpinan saat ini. Bahkan kp pulo terkenal sebagai basis massa Jokowi.

Setelah itu saat ini, janji tinggal janji. Diera gubernur sekarang harapan itu kandas.

Tapi sebenarnya masalahnya bukan penggusuran, tetapi tagihan janji yg tidak ditepati sang penguasa.

Jujur, tadinya sebagian warga bersyukur dan berterima kasih dgn sang Gubernur karna sdh menyediakan rusun pengganti, tetapi ternodai dgn cara dan prilaku yg arogan sang pemimpin.

Pada dasarnya hari itu informasi ygditerima warga, penggusuran dilakukan sore hari, sehingga paginya sebetulnya sdh berbenah siap utk pindah. Entah perintah komando yg salah atau kearoganan petugasnya, pagi hari itu juga mereka di serang.

Api hati sudah tersulut sulit utuk dipadamkan, perang pun dimulai.

Jadi jelas bahwa pangkal pernasalahannya adalah bukan karna warga ngeyel, congkak atau tak tau diri sehingga tak mau pindah.

Masalah intinya adalah JANJI PALSU DAN HARAPAN KOSONG DARI MULUT MANIS SANG PEMIMPIN KEPADA WARGA YG MENGUSUNGNYA KEPUNCAK TAHTA serta AROGANSI GUBERNUR DGN GAYA PREMANNYA YG MENGANGGAP RAKYAT KECIL SEBAGAI BIANG PERMASALAHAN.

Demikian realita yg saya dapat dari penelusuran langsung di tanah kelahiran saya.

Demikian terimakasih
Kp pulo 22 Agustus 2015