Kaskus

News

awi87Avatar border
TS
awi87
Kampung Pulo: Kisah Pak RT yang Rela dan Rencana Ali Sadikin
TEMPO.CO, Jakarta - Bentrokan warga dengan aparat yang terjadi di sekitar Kampung Pulo tidak mengganggu Herman, 58 tahun, yang sedang asyik tidur di rumahnya. Herman adalah Ketua RT 09 RW 01 Kelurahan Melayu yang rumahnya ikut direlokasi Pemprov DKI Jakarta. "Ngapain ikut rusuh-rusuh, mending tidur siang," kata Herman ketika didatangi Tempo, Kamis, 20 Agustus 2015.

Rumah Herman terletak persis di pinggir Kali Ciliwung, Jalan Anwar, Kampung Pulo. Rumah sederhana berukuran 6x4 meter itu terlihat kosong, hanya ada televisi, kipas angin, dan satu kursi plastik. "Barang sudah diangkut semua ke rusun. Istri, anak, dan cucu juga sudah di sana," ujar Herman.

Herman adalah salah satu warga yang dengan senang hati menerima penggusuran Kampung Pulo. Di saat warga lain melakukan perlawanan, Herman dan sebagian besar warga Jalan Anwar memilih segera pindah ke rusun yang disediakan. Herman justru merasa senang kampungnya diperbaiki pemerintah dan diberikan tempat yang menurut dia lebih baik di rusun. "Enggak sedih digusur. Di sana enak, mewah, kayak apartemen, daripada di sini banjir enggak selesai-selesai," kata dia sambil tertawa.

Banjir yang tak kunjung selesai menjadi alasan utama Pemprov DKI Jakarta memutuskan untuk membersihkan kampung ini. Menurut penuturan Herman, banjir mulai jadi agenda rutin di kampungnya sejak dekade 80-an. Semasa kecil, ia mengaku biasa bermain di Kali Ciliwung. "Wah dulu waktu saya kecil kali nih bening," kata dia. "Dulu orang mandi, cuci beras, renang, enak. Rindang banyak pohon-pohon."

Hampir seluruh rumah di Jalan Anwar bertingkat dua. Hal tersebut merupakan bentuk antisipasi banjir yang selalu melanda kawasan ini setiap musim hujan. "Kita sih udah biasa. Saya biasanya dikabari lewat HT tinggi air di Katulampa berapa, entar umumin di musala. Warga tinggal siap-siap aja nunggu air masuk," kata Herman.

Herman mengenang 58 tahun hidupnya di Kampung Pulo. Ia lahir, besar, dan tua di sana. "Saya enggak tahu persisnya sejak kapan rumah ini ada. Karena saya lahir di sini, orang tua dan kakek saya dari dulu sudah di sini," kata Herman.

Pria kelahiran 1957 itu menuturkan pengalamannya di Kampung Pulo. Kakeknya adalah seorang pedagang di Kampung Melayu. Kampung Melayu yang sekarang padat pertokoan, dulunya merupakan pasar. "Saya dulu biasa jalan kaki dari rumah ini ke pasar ikut Kakek dagang," ujarnya.

Herman yang kini juga berdagang menikah sekitar tahun 80-an, di tanggal yang ia tak bisa ingat. "Istri saya juga orang sini. Pacaran tiga bulan saja habis itu langsung
dikimpoiin. Itu dulu dia rumahnya di sebelah," katanya sambil menunjuk ke rumah sebelahnya. Usia pemukiman Kampung Pulo yang tua ternyata membuat hampir seluruh warganya paling tidak memiliki hubungan kekerabatan. "Kita mah di sini semua saudara. Tiap tahun pasti ada aja anaknya anu nikah sama anaknya ini. Di Jalan Anwar ini saudara semua," kata Herman.

Jalan Anwar, menurut dia, sudah ada sejak zaman Belanda. "Saya kurang tahu persisnya, tapi ya dulu orang Betawi namanya Haji Anwar yang punya gang ini, terus dipecah-pecah," kata dia.

Berdasarkan Arsip Perpustakaan Nasional, Kampung Pulo merupakan bagian dari Kotapraja Meester Cornelis. Selama empat abad, Meester Cornelis atau yang kini dikenal sebagai Kecamatan Jatinegara adalah salah satu pusat fungsional pertumbuhan kota Jakarta. Daerah ini dilewati kereta api dan banyak pasar.

Kampung Pulo sendiri awalnya adalah hutan. Sebagian wilayahnya dibuka oleh lima bersaudara: Asril, Rihen, Bandan dan dua lagi yang tidak diketahui namanya. Mereka diberi kewenangan oleh pemerintah kolonial sebagai tuan tanah melalui dua surat verponding untuk menarik pajak para pemukim. Meskipun kini tidak memiliki surat, pajak masih tetap dibayarkan oleh pewaris pemukim terdahulu. "Masih bayar kok kita. Itu lho PBB, Pajak Bumi dan Bangunan," kata Herman.

Sejarah panjang Kampung Pulo terbukti dari catatan budaya pemukiman ini. Dahulu, warga sekitar memiliki tradisi memakamkan anggota keluarga di halaman mereka sendiri. Beberapa makam tua yang ada sejak tahun 1920-an antara lain makam Kyai Lukmannul Hakim, makam Habib Said, dan makam Kyai Kashim. Herman menjelaskan bahwa pada masa kecilnya, rumah di Jalan Anwar umumnya merupakan rumah Betawi dengan pekarangan yang rindang. "Tapi ya namanya orang Betawi gimana sih, anak banyak akhirnya dipecah-pecah jadi rumah kecil," kata Herman.

Pemecahan dan kepemilikan tanah di Kampung Pulo tidak melalui proses administratif yang sah. Herman mengaku, seperti seluruh warga di Kampung Pulo, ia tidak memiliki sertifikat apa pun. Berdasarkan data yang diperoleh Ketua RW, dari total 25.281,4 m2 luasan yang kena relokasi, hanya 6 meter persegi bidang yang memiliki Sertifikat Hak Milik (SHM), sementara sisanya sebanyak 266 meter persegi Sertifikat Hak Guna Bangunan, 255 meter persegi Akta Jual Beli Notaris, 4.051 Surat Perjanjian Jual Beli, 4.891 Surat Perjanjian Kepemilikan, 1.345 meter persegi Hibah, 1.424 meter persegi lain-lain, 22 meter persegi wasiat, dan sisanya sebanyak 8.109 m2 tanpa keterangan dan surat-surat.

"Sebenarnya dari dulu mau kita urus, tapi selalu ditolak dari tingkat RW hingga kecamatan. Karena rencana relokasi ini sudah ada dari zaman Ali Sadikin. Baru sekarang saja eksekusinya," kata Herman.

Herman yang kini sudah beranak empat dan akan memiliki cucu merasa tidak keberatan sama sekali meninggalkan rumah yang sudah dimiliki keluarganya selama empat generasi. "Ini demi kebaikan kita bersama. Banjir ini enggak akan selesai kalau Kali Ciliwung tidak diperbaiki. Toh kita dikasih tempat enak sama pemerintah. Kasihan orang Jakarta banjir terus," ujar Herman.

Herman kini hanya berharap warga lainnya mengerti bahwa relokasi adalah langkah terbaik. Tak seperti warga lainnya, Herman tidak mengharapkan uang kerahiman sama sekali. Ia menyadari tanah yang ia tempati selama empat generasi ini secara sah adalah milik negara. "Saya justru senang nanti lihat kampung saya bagus, rapi, sekarang ya nikmatin aja dulu di rusun," kata Herman

sumber

rencana penggusuran sejak ali sadikin, yang eksekusi ahok emoticon-2 Jempol
0
4.5K
31
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan