- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
[Kibarkan Bendera Putih] Pemerintah "Nyerah" Kejar Target Kemiskinan MDGs


TS
Terazana
[Kibarkan Bendera Putih] Pemerintah "Nyerah" Kejar Target Kemiskinan MDGs
Sing sabar lee, kudu tetep semangat, jangan menyerah...ayooo kerja lee
SURABAYA - Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) memperkirakan target kemiskinan Millenium Development Goals (MDGs) yang ditargetkan pada 2015 akan sulit tercapai karena beberapa indikator masih jauh dari target.
"Target kemiskinan masih berat. Kemiskinan menggunakan target garis kemiskinan sebesar 50 persen untuk 2015," ujar Deputi Sumber Daya Manusia dan Kebudayaan Bappenas Nina Sardjunani.
Dia mengatakan persentase penduduk yang hidup di bawah garis kemiskinan nasional hingga akhir 2014 sebanyak 11,25 persen, sedangkan targetnya adalah 7,55 persen sampai akhir 2015 dari 15,10 persen pada 1990. Untuk indeks kedalaman kemiskinan, ia mengatakan yakin akan tercapai karena targetnya berkurang di 2015 dan hingga akhir 2014 menurun menjadi 1,75 persen dari 2,70 persen di 1990.
Proporsi penduduk dengan pendapatan kurang dari satu dollar AS per kapita per hari berdasarkan data terakhir 2008, Nina mengatakan masih sebanyak 5,9 persen dan kini sudah tercapai sesuai target, yakni 10,30 persen.
Sementara itu, untuk penanggulangan kemiskinan dan kelaparan dengan target menurunkan proporsi penduduk yang menderita kelaparan dalam kurun waktu 1990-2015, dia mengatakan beberapa target dapat tercapai, misalnya prevalensi balita kekurangan gizi, prevalensi balita gizi buruk, dan prevalensi balita gizi kurang.
Hingga akhir 2013, ujar dia, prevalensi balita kekurangan gizi sebanyak 19,60 persen dengan target 15,50 persen, prevalensi balita gizi buruk sebanyak 5,70 persen dengan target 3,60 persen dan prevalensi balita gizi kurang sebesar 13,90 persen dengan target 11,90 persen. Meski begitu, Nina menuturkan target proporsi penduduk dengan asupan kalori di bawah tingkat konsumsi minimum, yakni 1.400 kkal per kapita per hari dan 2.000 kkal per kapita per hari memerlukan perhatian khusus untuk menurunkan jumlahnya.
"Pada akhir 2014, proporsi penduduk dengan asupan kalori minimum 1.400 kkal perkapita per hari masih 17,39 persen dari target 8,5 persen, sedangkan proporsi penduduk dengan asupan kalori minimum 2.000 kkal perkapita per hari sebanyak 66,96 persen dari target 35,32 persen," ujar Nina.
Sedangkan untuk proporsi tenaga kerja yang berusaha sendiri dan pekerja bebas keluarga terhadap total kesempatan kerja hingga akhir 2014 sebanyak 42,57 persen, jauh menurun dibandingkan pada 1990 sebanyak 71 persen.
Dari seluruh provinsi di Indonesia, dia menuturkan kemiskinan paling banyak terdapat di Papua dengan jumlah 30,05 persen dan Papua Barat sebesar 27,13 persen. "Paling berat Papua karena kini satu dari tiga penduduknya masuk kategori miskin," kata dia.
Sementara itu, upaya percepatan pencapaian MDGs diatur dalam Inpres Nomor 3 Tahun 2010 tentng Program Pembangunan yang Berkeadilan dan Surat Edaran Menteri PPN dan Menteri Dalam NEgeri Nomor 0068/M.PPN/02/2012 dan Nomor 050/583/SJ.
Hal yang sama juga diutarakan oleh Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi, Marwan Jafar. Dia mengemukakan, kemiskinan memang masalah yang sifatnya laten dan tidak mudah diatasi. Upaya penanggulangan kemiskinan telah dilakukan dengan berbagai macam cara, namun penurunan jumlah penduduk miskin masih belum mencapai angka yang diharapkan. “Solusi kongkrit utuk mengatasinya adalah dengan program transmigrasi,” ujarnya.
“Kemiskinan adalah problem bangsa yang harus secepatnya kita entaskan karena menjadi hambatan dalam upaya pensejahteraan rakyat, meskipun tidak mudah tapi saya optimis transmigrasi bisa menjadi solusi kongkritnya. Bahkan bisa jadi program andalan dalam mengatasi masalah kemiskinan di Indonesia,” ujarnya.
Diperkirakan baru pada akhir tahun 2017 target MDGs tersebut bisa tercapai,dengan syarat penurunan kemiskinan selama dua tahun ke depan secara konsisten berhasil mencapai angka 0,6% atau lebih. “Saya yakin program transmigrasi bisa memberikan sumbangsih nyata dalam upaya menurunkan angka kemiskinan yang ditargetkan Pemerintah, karena melalui program transmigrasi bisa diputus sumber penyebab terjadinya kemiskinan yang membuat keluarga miskin sulit lepas dari jeratan kemiskinan” ungkap Marwan.
Bendera Putih
Kalau Om juga nyerah apalagi sayahhhh
Pemerintah "Nyerah" Kejar Target Kemiskinan MDGs
SURABAYA - Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) memperkirakan target kemiskinan Millenium Development Goals (MDGs) yang ditargetkan pada 2015 akan sulit tercapai karena beberapa indikator masih jauh dari target.
"Target kemiskinan masih berat. Kemiskinan menggunakan target garis kemiskinan sebesar 50 persen untuk 2015," ujar Deputi Sumber Daya Manusia dan Kebudayaan Bappenas Nina Sardjunani.
Dia mengatakan persentase penduduk yang hidup di bawah garis kemiskinan nasional hingga akhir 2014 sebanyak 11,25 persen, sedangkan targetnya adalah 7,55 persen sampai akhir 2015 dari 15,10 persen pada 1990. Untuk indeks kedalaman kemiskinan, ia mengatakan yakin akan tercapai karena targetnya berkurang di 2015 dan hingga akhir 2014 menurun menjadi 1,75 persen dari 2,70 persen di 1990.
Proporsi penduduk dengan pendapatan kurang dari satu dollar AS per kapita per hari berdasarkan data terakhir 2008, Nina mengatakan masih sebanyak 5,9 persen dan kini sudah tercapai sesuai target, yakni 10,30 persen.
Sementara itu, untuk penanggulangan kemiskinan dan kelaparan dengan target menurunkan proporsi penduduk yang menderita kelaparan dalam kurun waktu 1990-2015, dia mengatakan beberapa target dapat tercapai, misalnya prevalensi balita kekurangan gizi, prevalensi balita gizi buruk, dan prevalensi balita gizi kurang.
Hingga akhir 2013, ujar dia, prevalensi balita kekurangan gizi sebanyak 19,60 persen dengan target 15,50 persen, prevalensi balita gizi buruk sebanyak 5,70 persen dengan target 3,60 persen dan prevalensi balita gizi kurang sebesar 13,90 persen dengan target 11,90 persen. Meski begitu, Nina menuturkan target proporsi penduduk dengan asupan kalori di bawah tingkat konsumsi minimum, yakni 1.400 kkal per kapita per hari dan 2.000 kkal per kapita per hari memerlukan perhatian khusus untuk menurunkan jumlahnya.
"Pada akhir 2014, proporsi penduduk dengan asupan kalori minimum 1.400 kkal perkapita per hari masih 17,39 persen dari target 8,5 persen, sedangkan proporsi penduduk dengan asupan kalori minimum 2.000 kkal perkapita per hari sebanyak 66,96 persen dari target 35,32 persen," ujar Nina.
Sedangkan untuk proporsi tenaga kerja yang berusaha sendiri dan pekerja bebas keluarga terhadap total kesempatan kerja hingga akhir 2014 sebanyak 42,57 persen, jauh menurun dibandingkan pada 1990 sebanyak 71 persen.
Dari seluruh provinsi di Indonesia, dia menuturkan kemiskinan paling banyak terdapat di Papua dengan jumlah 30,05 persen dan Papua Barat sebesar 27,13 persen. "Paling berat Papua karena kini satu dari tiga penduduknya masuk kategori miskin," kata dia.
Sementara itu, upaya percepatan pencapaian MDGs diatur dalam Inpres Nomor 3 Tahun 2010 tentng Program Pembangunan yang Berkeadilan dan Surat Edaran Menteri PPN dan Menteri Dalam NEgeri Nomor 0068/M.PPN/02/2012 dan Nomor 050/583/SJ.
Hal yang sama juga diutarakan oleh Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi, Marwan Jafar. Dia mengemukakan, kemiskinan memang masalah yang sifatnya laten dan tidak mudah diatasi. Upaya penanggulangan kemiskinan telah dilakukan dengan berbagai macam cara, namun penurunan jumlah penduduk miskin masih belum mencapai angka yang diharapkan. “Solusi kongkrit utuk mengatasinya adalah dengan program transmigrasi,” ujarnya.
“Kemiskinan adalah problem bangsa yang harus secepatnya kita entaskan karena menjadi hambatan dalam upaya pensejahteraan rakyat, meskipun tidak mudah tapi saya optimis transmigrasi bisa menjadi solusi kongkritnya. Bahkan bisa jadi program andalan dalam mengatasi masalah kemiskinan di Indonesia,” ujarnya.
Diperkirakan baru pada akhir tahun 2017 target MDGs tersebut bisa tercapai,dengan syarat penurunan kemiskinan selama dua tahun ke depan secara konsisten berhasil mencapai angka 0,6% atau lebih. “Saya yakin program transmigrasi bisa memberikan sumbangsih nyata dalam upaya menurunkan angka kemiskinan yang ditargetkan Pemerintah, karena melalui program transmigrasi bisa diputus sumber penyebab terjadinya kemiskinan yang membuat keluarga miskin sulit lepas dari jeratan kemiskinan” ungkap Marwan.
Bendera Putih
Kalau Om juga nyerah apalagi sayahhhh

0
1K
5


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan