Masih ingatkah dengan perjuangan luar biasa si “manusia perahu” para Rohingya yang terdampar di Aceh beberapa bulan silam? Bagaimana nasib mereka hari ini? berikut adalah seuntai kisah senyum, tawa, dan bahagia Rohingya di lokasi baru, Integrated Community Shelter yang dibangun oleh Aksi Cepat Tanggap:



Pekan lalu, resmi sudah ratusan orang Rohingya yang sudah menetap di tenda pengungsian selama berbulan-bulan akhirnya bisa merasakan hangatnya tidur di dalam rumah papan yang layak dan baik. Setelah melalui birokrasi panjang dan konflik kepentingan yang berbelit dalam penanganan pengungsi, akhirnya Integrated Community Shelter/ICS yang dibangun Aksi Cepat Tanggap (ACT) bisa ditempati dan difungsikan sebagaimana mestinya. ICS dibangun tepat bersisian dengan Gedung Balai Latihan Kerja (BLK) sebagai lokasi penampungan sementara. Gedung BLK dan ICS sama-sama terletak di Desa Blang Adoe, Kecamatan Kuta Makmur, Aceh Utara.



Karena letak keduanya bersisian, pemindahan 322 pengungsi dari Gedung BLK ke ICS sama sekali tak sulit. Hanya butuh waktu satu jam, para relawan ACT dan working-group berhasil memindahkan seluruh pengungsi dengan tuntas ke setiap unit shelter yang telah ditentukan. Dari kedua pintu ini, semua pengungsi berjalan sambil menjinjing barang-barang yang mereka miliki. Tak terkecuali anak-anak. Mereka juga terlihat ikut membawa beberapa barang ringan, seperti bantal, tikar dan sejumlah barang lainnya.
Nampak jelas untaian senyum terulas ikhlas dari wajah-wajah sendu mereka.





Seorang bocah perempuan berusia 8 tahun, bernama Lonzanabibi setengah berteriak mengatakan, ”happy...happy!” sembari terus berjalan mengikuti orangtuanya memasuki shelter. Seorang wanita lainnya, Surakhatu (28) juga mengatakan hal senada dengan wajah sumringah. Ibu tiga orang anak ini bahkan meminta ketiga anaknya untuk mengucapkan terimakasih dalam bahasa Indonesia kepada seorang relawan, sebagai ekspresi bahagia atas fasilitas hunian baru yang mereka dapatkan.



Untuk diketahui, shelter terintegrasi yang dibangun oleh ACT terdiri dari berbagai macam fasilitas yang bahkan telah diakui oleh PBB dan UNHCR sebagai shelter pengungsi dengan kualitas dan fasilitas di atas rata-rata. Mulai dari masjid, sekolah, taman, pusat pelatihan, hingga aula besar untuk berkumpul menjadi bagian dari fasilitas lengkap yang disediakan untuk mengulas senyum manis dari orang-orang Rohingya.



Satu lagi kisah haru tercipta ketika masuk waktu dzuhur di hari kepindahan orang-orang Rohingya ke shelter baru. Sekitar satu jam setelah mereka tiba di ICS, seorang pengungsi menjadi muazin untuk mengumandangkan azan dzuhur. Sejumlah pengungsi lain pun bergegas memadati Masjid Arakhan, yang terletak persis di tengah Kompleks ICS. 4 shaf terdepan penuh sesak oleh deretan laki-laki Rohingya dan para relawan. Dzuhur di siang terik itu menjadi momentum pertama kali didirikannya shalat berjamaah di masjid Arakan.
Usai salat, Muhammad Rasyid, salah satu pengungsi bangkit. Dengan suara yang cukup keras, ia menyampaikan beberapa pesan dari pengelola shelter kepada rekan-rekannya dalam bahasa Urdu. Ia mengingatkan kepada pengungsi lain agar menjaga ketertiban dan kebersihan lingkungan selama berada di dalam shelter. Selain itu para pengungsi juga diminta untuk tidak bermain larut malam, sehingga sulit bangun untuk salat Subuh berjamaah. Di shelter juga dibatasi agar kaum laki-laki tidak memasuki areal barak kaum perempuan. (ZB)