- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Yakin gan, Rukun shalat udah agan laksanain?


TS
miu007
Yakin gan, Rukun shalat udah agan laksanain?
Assalammu'alaikum Wr. Wb.
Halo gan, ketemu lagi nih sama ane (sksd : on)
Kali ini ane pengen bikin thread sebagai pengingat nih. Sebagai orang muslim, wajib bagi kita untuk saling mengingatkan.
Lagian Berakhirnya bulan ramadhan, bukan berakhirnya thread-thread islami kan?
Mudah-mudahan TS dan agan/wati bisa mengamalkan hingga akhir hayat nanti. Aamiin.
Check it out :
Quote:
Mengenal istilah Rukun shalat
"Rukun shalat adalah bagian penting dari shalat. Jika rukun shalat tidak ada, shalat tidaklah sah dan tak bisa tergantikan dengan sujud sahwi."
Pertama: Meninggalkannya dengan sengaja. Dalam kondisi seperti ini shalatnya batal dan tidak sah dengan kesepakatan para ulama.
Kedua: Meninggalkannya karena lupa atau tidak tahu. Di sini ada tiga rincian,
1. Jika mampu untuk mendapati rukun tersebut lagi, maka wajib untuk melakukannya kembali. Hal ini berdasarkan kesepakatan para ulama.
2. Jika tidak mampu mendapatinya lagi, maka shalatnya batal menurut ulama-ulama Hanafiyah. Sedangkan jumhur ulama (mayoritas ulama) berpendapat bahwa raka’at yang ketinggalan rukun tadi menjadi hilang.
3. Jika yang ditinggalkan adalah takbiratul ihram, maka shalatnya harus diulangi dari awal lagi karena ia tidak memasuki shalat dengan benar.
Intinya, jika tidak melaksanakan rukun shalat, shalatnya tidak sah.
Bahaya kan gan.
Yuk kenalan sama rukun shalat dan mendalaminya.
"Rukun shalat adalah bagian penting dari shalat. Jika rukun shalat tidak ada, shalat tidaklah sah dan tak bisa tergantikan dengan sujud sahwi."
Pertama: Meninggalkannya dengan sengaja. Dalam kondisi seperti ini shalatnya batal dan tidak sah dengan kesepakatan para ulama.
Kedua: Meninggalkannya karena lupa atau tidak tahu. Di sini ada tiga rincian,
1. Jika mampu untuk mendapati rukun tersebut lagi, maka wajib untuk melakukannya kembali. Hal ini berdasarkan kesepakatan para ulama.
2. Jika tidak mampu mendapatinya lagi, maka shalatnya batal menurut ulama-ulama Hanafiyah. Sedangkan jumhur ulama (mayoritas ulama) berpendapat bahwa raka’at yang ketinggalan rukun tadi menjadi hilang.
3. Jika yang ditinggalkan adalah takbiratul ihram, maka shalatnya harus diulangi dari awal lagi karena ia tidak memasuki shalat dengan benar.
Intinya, jika tidak melaksanakan rukun shalat, shalatnya tidak sah.
Bahaya kan gan.
Yuk kenalan sama rukun shalat dan mendalaminya.
Quote:
1. Niat

Niat di dalam hati. Tidak dipersyaratkan niat
tersebut dilafazhkan.
Dalam hadits disebutkan,
ﺇِﻧﻤَﺎ ﺍﻷَﻋْﻤَﺎﻝُ ﺑِﺎﻟﻨﻴﺎﺕِ
“Sesungguhnya setiap amal itu tergantung dariniatnya .” (HR. Bukhari no. 1 dan Muslim no.1907, dari ‘Umar bin Al Khottob)
Niat adalah bagian terpenting, karena kalo niat gak ada gimana bisa mengamalkannya dengan ikhlas.
Niat yang dimaksudkan disini tuh niat didalam hati, artinya agan sangat ingin melaksanakannya dengan ikhlas tanpa pengaruh dari siapapun.

Niat di dalam hati. Tidak dipersyaratkan niat
tersebut dilafazhkan.
Dalam hadits disebutkan,
ﺇِﻧﻤَﺎ ﺍﻷَﻋْﻤَﺎﻝُ ﺑِﺎﻟﻨﻴﺎﺕِ
“Sesungguhnya setiap amal itu tergantung dariniatnya .” (HR. Bukhari no. 1 dan Muslim no.1907, dari ‘Umar bin Al Khottob)
Niat adalah bagian terpenting, karena kalo niat gak ada gimana bisa mengamalkannya dengan ikhlas.
Niat yang dimaksudkan disini tuh niat didalam hati, artinya agan sangat ingin melaksanakannya dengan ikhlas tanpa pengaruh dari siapapun.
Quote:
2. Thuma'ninah

Ane taro di urutan kedua karena ini adalah rukun shalat yang sangat-sangat-sangat-sangat sering ditinggalkan dan ini juga pembahasan utama kita.
Thuma'ninah itu artinya tidak tergesa-gesa, melakukannya dengan rileks.
Di antara kesalahan besar yang terjadi pada sebagian orang yang shalat adalah tidak tumakninah ketika shalat. Nabi shallallahu‘alaihi wa sallam menganggapnya sebagai pencuri yang paling buruk, sebagaimana disebutkan dalam Musnad Imam Ahmad
- hadits yang diriwayatkan oleh Imam
Bukhari dalam Shahih Bukhari, bahwa suatu ketika Hudzaifah bin Yaman melihat seseorang yang tidak sempurna ruku’ dan sujudnya. Ketika orang ini selesai shalat, Hudzaifah berkata kepadanya, “Sholat macam itu?” kemudian kiranya Hudzaifah
berkata, “Seandainya engkau mati, engkau mati bukan diatas sunnah Muhammad shallallahu‘alaihi wa sallam ”. Dalam riwayat lain, “Seandainya engkau mati, engkau mati tidak diatas fitrah yang Allah fitrahkan untuk Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam” (Diriwayatkan oleh Imam Bukhari dalam Shahih Bukhari 791)
- hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan selainnya dari sahabat Thalaq bin Ali radhiallahu ‘anhu , beliau mengatakan, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda:
ﻟَﺎ ﻳَﻨْﻈُﺮُ ﺍﻟﻠﻪُ ﻋَﺰ ﻭَﺟَﻞ ﺇِﻟَﻰ ﺻَﻠَﺎﺓِ ﻋَﺒْﺪٍ ﻟَﺎ ﻳُﻘِﻴﻢُ ﻓِﻴﻬَﺎ ﺻُﻠْﺒَﻪُ
ﺑَﻴْﻦَ ﺭُﻛُﻮﻋِﻬَﺎ ﻭَﺳُﺠُﻮﺩِﻫَﺎ
“Allah tidak akan melihat seorang hamba yang tidak meluruskan tulang punggungnya ketika ruku’ dan sujud” (HR Ahmad 16283, Al Albani menganggap sanadnya baik dalam Ash Shahihah 2536)
- Dalil yang menunjukkan perintah untuk
thuma’ninah dapat dilihat pada hadits musii’
sholatuhu (orang yang jelek shalatnya).
ﻋَﻦْ ﺃَﺑِﻰ ﻫُﺮَﻳْﺮَﺓَ ﺃَﻥ ﺍﻟﻨﺒِﻰ – ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ –
ﺩَﺧَﻞَ ﺍﻟْﻤَﺴْﺠِﺪَ ﻓَﺪَﺧَﻞَ ﺭَﺟُﻞٌ ﻓَﺼَﻠﻰ ﺛُﻢ ﺟَﺎﺀَ ﻓَﺴَﻠﻢَ ﻋَﻠَﻰ
ﺍﻟﻨﺒِﻰ – ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ – ﻓَﺮَﺩ ﺍﻟﻨﺒِﻰ – ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ
ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ – ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﺍﻟﺴﻼَﻡَ ﻓَﻘَﺎﻝَ « ﺍﺭْﺟِﻊْ ﻓَﺼَﻞ ﻓَﺈِﻧﻚَ ﻟَﻢْ
ﺗُﺼَﻞ » ﻓَﺼَﻠﻰ ، ﺛُﻢ ﺟَﺎﺀَ ﻓَﺴَﻠﻢَ ﻋَﻠَﻰ ﺍﻟﻨﺒِﻰ – ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ
ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ – ﻓَﻘَﺎﻝَ « ﺍﺭْﺟِﻊْ ﻓَﺼَﻞ ﻓَﺈِﻧﻚَ ﻟَﻢْ ﺗُﺼَﻞ » .
ﺛَﻼَﺛًﺎ . ﻓَﻘَﺎﻝَ ﻭَﺍﻟﺬِﻯ ﺑَﻌَﺜَﻚَ ﺑِﺎﻟْﺤَﻖ ﻓَﻤَﺎ ﺃُﺣْﺴِﻦُ ﻏَﻴْﺮَﻩُ ﻓَﻌَﻠﻤْﻨِﻰ
. ﻗَﺎﻝَ ﺇِﺫَﺍ ﻗُﻤْﺖَ ﺇِﻟَﻰ ﺍﻟﺼﻼَﺓِ ﻓَﻜَﺒﺮْ ، ﺛُﻢ ﺍﻗْﺮَﺃْ ﻣَﺎ ﺗَﻴَﺴﺮَ ﻣَﻌَﻚَ
ﻣِﻦَ ﺍﻟْﻘُﺮْﺁﻥِ ، ﺛُﻢ ﺍﺭْﻛَﻊْ ﺣَﺘﻰ ﺗَﻄْﻤَﺌِﻦ ﺭَﺍﻛِﻌًﺎ ، ﺛُﻢ ﺍﺭْﻓَﻊْ ﺣَﺘﻰ
ﺗَﻌْﺘَﺪِﻝَ ﻗَﺎﺋِﻤًﺎ ، ﺛُﻢ ﺍﺳْﺠُﺪْ ﺣَﺘﻰ ﺗَﻄْﻤَﺌِﻦ ﺳَﺎﺟِﺪًﺍ ، ﺛُﻢ ﺍﺭْﻓَﻊْ
ﺣَﺘﻰ ﺗَﻄْﻤَﺌِﻦ ﺟَﺎﻟِﺴًﺎ ، ﺛُﻢ ﺍﺳْﺠُﺪْ ﺣَﺘﻰ ﺗَﻄْﻤَﺌِﻦ ﺳَﺎﺟِﺪًﺍ ، ﺛُﻢ
ﺍﻓْﻌَﻞْ ﺫَﻟِﻚَ ﻓِﻰ ﺻَﻼَﺗِﻚَ ﻛُﻠﻬَﺎ
Dari Abu Hurairah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika masuk masjid, maka masuklah
seseorang lalu ia melaksanakan shalat. Setelah itu, ia datang dan memberi salam pada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, lalu beliau menjawab salamnya. Beliau berkata, “Ulangilah shalatmu karena sesungguhnya engkau tidaklah shalat.” Lalu ia pun shalat dan datang lalu
memberi salam pada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Beliau tetap berkata yang sama seperti sebelumnya, “Ulangilah shalatmu karena sesungguhnya engkau tidaklah shalat.” Sampai diulangi hingga tiga kali. Orang yang jelek shalatnya tersebut berkata,
“Demi yang mengutusmu membawa kebenaran, aku tidak bisa melakukan shalat sebaik dari itu.Makanya ajarilah aku!” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam lantas mengajarinya dan bersabda, “Jika engkau hendak shalat, maka bertakbirlah. Kemudian bacalah ayat Al Qur’an yang mudah bagimu. Lalu ruku’lah dan sertai thuma’ninah ketika ruku’. Lalu bangkitlah dan beri’tidallah sambil berdiri. Kemudian sujudlah sertai thuma’ninah ketika sujud. Kemudian bangkitlah dan duduk antara dua sujud sambil thuma’ninah . Kemudian sujud kembali sambil disertai thuma’ninah ketika sujud. Lakukan seperti itu dalam setiap shalatmu.” (HR. Bukhari no. 793 dan Muslim no. 397).
Imam Muslim meriwayatkan dalam Shahih Muslim dari Aisyah radhiallahu ‘anha , beliau berkata, “Dahulu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam kalau beliau bangkit dari ruku’, beliau tidak turun sujud sampai benar-benar berdiri. Apabila beliau bangkit dari sujud, beliau tidak sujud kembali sampai benar-benar duduk dengan tegak ” (Diriwayatkan oleh Imam Muslim
dalam Shahih Muslim 498)
Amat banyak hadits-hadits Nabi yang memerintahkan untuk mendirikan dan menyempurnakan shalat serta memperingatkan agar berhati-hati kalau tidak thuma'ninah dalam shalat dan berhati-hati agar tidak terlewat rukun-rukun dan hal-hal yang wajib dilakukan dalam shalat.
Tidak jarang imam yang shalatnya tidak thuma'ninah, terutama ketika shalat tarawih, entah karena apa mereka shalat secepat itu.
Ini adalah rukun, bukan sunnah. Jadi, thuma'ninah adalah bagian yang harus dilakukan dalam shalat.
Sebenarnya masih banyak hadist-hadist dan peringatan mengenai thuma'ninah, jika ingin mengetahuinya silahkan menuju sumber melalui link diakhir thread ini nanti.
Para ulama mengambil kesimpulan dari hadits-hadist ini bahwa orang yang ruku’ dan sujud namun tulangnya belum lurus, maka shalatnya tidak sah dan dia wajib mengulangnya, sebagaimana Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang berkata kepada orang yang tata cara shalatnya salah ini, “Ulangi
shalatmu, sejatinya Anda belumlah shalat ”.
Kebanyakan orang mengira, bahwa jumlah bacaan dalam setiap gerakan shalat dijadikan sebagai ukuran waktu selesainya sikap berdiri, duduk, rukuk, maupun sujud.
Padahal bacaan itu bukanlah sebuah aba dalam shalat kita. Setiap bacaan yang diulang-ulang merupakan aspek meditasi, autoterapi, autosugesti, berdo’a, mencari inspirasi, penyembuhan, menunggu intuisi atau petunjuk, bahkan untuk menemukan sebuah ketenangan yang dalam. Akibatnya bisa jadi lamanya berdiri mencapai lima menit,
duduknya lia menit, sujudnya sepuluh menit, sehingga lamanya shalat bias mencapai lebih dari setengah jam. Apalagi shalat bukan hanya untuk menterapi mental tetapi juga untuk menterapi fisik agar bias kendor dan rileks. Tentunya tidak mungkin dilakukan dengan terburu-buru, karena aspek meditatif dalam shalat tidak akan ditemukan. Jika dilakukan dengan tuma’ninah, selepas dari shalat kita akan mendapatkan apa yang dikatakan oleh muadzdzin sebagai sebaik-baik amal (hayya ala khoiril amal) atau peak experience.
Pada saat duduk (iftirasy) sebenarnya beliau sedang melakukan dialok untuk menyelesaikan persoalan yang dirasa rumit untuk dipecahkan.
Pada saat itulahbeliau sedang menunggu jawaban atas kesulitan yang beliau alami. Mengapa kita tidak mengambil pelajaran dari cara beliau dengan menjadikan shalat sebagai alat untuk berkomunikasi dan memohon pertolongan kepada Allah, serta tempat untuk mengistirahatkan jiwa dan fisik. Apabila kita telah melakukan shalat
dengan benar, dengan cara relaksasi yang dalam dan penyerahan yang total kepada Allah, maka tidaklah mungkin orang yang sudah melakukan shalat akan berhati kasar atau pikirannya melonjak-lonjak karena tidak tenang.
Orang yang melakukan shalat dengan tenang dan rileks akan menghasilkan energi tambahan dalam tubuhnya, sehingga tubuh merasa fesh.

Ane taro di urutan kedua karena ini adalah rukun shalat yang sangat-sangat-sangat-sangat sering ditinggalkan dan ini juga pembahasan utama kita.
Thuma'ninah itu artinya tidak tergesa-gesa, melakukannya dengan rileks.
Di antara kesalahan besar yang terjadi pada sebagian orang yang shalat adalah tidak tumakninah ketika shalat. Nabi shallallahu‘alaihi wa sallam menganggapnya sebagai pencuri yang paling buruk, sebagaimana disebutkan dalam Musnad Imam Ahmad
- hadits yang diriwayatkan oleh Imam
Bukhari dalam Shahih Bukhari, bahwa suatu ketika Hudzaifah bin Yaman melihat seseorang yang tidak sempurna ruku’ dan sujudnya. Ketika orang ini selesai shalat, Hudzaifah berkata kepadanya, “Sholat macam itu?” kemudian kiranya Hudzaifah
berkata, “Seandainya engkau mati, engkau mati bukan diatas sunnah Muhammad shallallahu‘alaihi wa sallam ”. Dalam riwayat lain, “Seandainya engkau mati, engkau mati tidak diatas fitrah yang Allah fitrahkan untuk Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam” (Diriwayatkan oleh Imam Bukhari dalam Shahih Bukhari 791)
- hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan selainnya dari sahabat Thalaq bin Ali radhiallahu ‘anhu , beliau mengatakan, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda:
ﻟَﺎ ﻳَﻨْﻈُﺮُ ﺍﻟﻠﻪُ ﻋَﺰ ﻭَﺟَﻞ ﺇِﻟَﻰ ﺻَﻠَﺎﺓِ ﻋَﺒْﺪٍ ﻟَﺎ ﻳُﻘِﻴﻢُ ﻓِﻴﻬَﺎ ﺻُﻠْﺒَﻪُ
ﺑَﻴْﻦَ ﺭُﻛُﻮﻋِﻬَﺎ ﻭَﺳُﺠُﻮﺩِﻫَﺎ
“Allah tidak akan melihat seorang hamba yang tidak meluruskan tulang punggungnya ketika ruku’ dan sujud” (HR Ahmad 16283, Al Albani menganggap sanadnya baik dalam Ash Shahihah 2536)
- Dalil yang menunjukkan perintah untuk
thuma’ninah dapat dilihat pada hadits musii’
sholatuhu (orang yang jelek shalatnya).
Spoiler for hadist:
ﻋَﻦْ ﺃَﺑِﻰ ﻫُﺮَﻳْﺮَﺓَ ﺃَﻥ ﺍﻟﻨﺒِﻰ – ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ –
ﺩَﺧَﻞَ ﺍﻟْﻤَﺴْﺠِﺪَ ﻓَﺪَﺧَﻞَ ﺭَﺟُﻞٌ ﻓَﺼَﻠﻰ ﺛُﻢ ﺟَﺎﺀَ ﻓَﺴَﻠﻢَ ﻋَﻠَﻰ
ﺍﻟﻨﺒِﻰ – ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ – ﻓَﺮَﺩ ﺍﻟﻨﺒِﻰ – ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ
ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ – ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﺍﻟﺴﻼَﻡَ ﻓَﻘَﺎﻝَ « ﺍﺭْﺟِﻊْ ﻓَﺼَﻞ ﻓَﺈِﻧﻚَ ﻟَﻢْ
ﺗُﺼَﻞ » ﻓَﺼَﻠﻰ ، ﺛُﻢ ﺟَﺎﺀَ ﻓَﺴَﻠﻢَ ﻋَﻠَﻰ ﺍﻟﻨﺒِﻰ – ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ
ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ – ﻓَﻘَﺎﻝَ « ﺍﺭْﺟِﻊْ ﻓَﺼَﻞ ﻓَﺈِﻧﻚَ ﻟَﻢْ ﺗُﺼَﻞ » .
ﺛَﻼَﺛًﺎ . ﻓَﻘَﺎﻝَ ﻭَﺍﻟﺬِﻯ ﺑَﻌَﺜَﻚَ ﺑِﺎﻟْﺤَﻖ ﻓَﻤَﺎ ﺃُﺣْﺴِﻦُ ﻏَﻴْﺮَﻩُ ﻓَﻌَﻠﻤْﻨِﻰ
. ﻗَﺎﻝَ ﺇِﺫَﺍ ﻗُﻤْﺖَ ﺇِﻟَﻰ ﺍﻟﺼﻼَﺓِ ﻓَﻜَﺒﺮْ ، ﺛُﻢ ﺍﻗْﺮَﺃْ ﻣَﺎ ﺗَﻴَﺴﺮَ ﻣَﻌَﻚَ
ﻣِﻦَ ﺍﻟْﻘُﺮْﺁﻥِ ، ﺛُﻢ ﺍﺭْﻛَﻊْ ﺣَﺘﻰ ﺗَﻄْﻤَﺌِﻦ ﺭَﺍﻛِﻌًﺎ ، ﺛُﻢ ﺍﺭْﻓَﻊْ ﺣَﺘﻰ
ﺗَﻌْﺘَﺪِﻝَ ﻗَﺎﺋِﻤًﺎ ، ﺛُﻢ ﺍﺳْﺠُﺪْ ﺣَﺘﻰ ﺗَﻄْﻤَﺌِﻦ ﺳَﺎﺟِﺪًﺍ ، ﺛُﻢ ﺍﺭْﻓَﻊْ
ﺣَﺘﻰ ﺗَﻄْﻤَﺌِﻦ ﺟَﺎﻟِﺴًﺎ ، ﺛُﻢ ﺍﺳْﺠُﺪْ ﺣَﺘﻰ ﺗَﻄْﻤَﺌِﻦ ﺳَﺎﺟِﺪًﺍ ، ﺛُﻢ
ﺍﻓْﻌَﻞْ ﺫَﻟِﻚَ ﻓِﻰ ﺻَﻼَﺗِﻚَ ﻛُﻠﻬَﺎ
Dari Abu Hurairah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika masuk masjid, maka masuklah
seseorang lalu ia melaksanakan shalat. Setelah itu, ia datang dan memberi salam pada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, lalu beliau menjawab salamnya. Beliau berkata, “Ulangilah shalatmu karena sesungguhnya engkau tidaklah shalat.” Lalu ia pun shalat dan datang lalu
memberi salam pada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Beliau tetap berkata yang sama seperti sebelumnya, “Ulangilah shalatmu karena sesungguhnya engkau tidaklah shalat.” Sampai diulangi hingga tiga kali. Orang yang jelek shalatnya tersebut berkata,
“Demi yang mengutusmu membawa kebenaran, aku tidak bisa melakukan shalat sebaik dari itu.Makanya ajarilah aku!” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam lantas mengajarinya dan bersabda, “Jika engkau hendak shalat, maka bertakbirlah. Kemudian bacalah ayat Al Qur’an yang mudah bagimu. Lalu ruku’lah dan sertai thuma’ninah ketika ruku’. Lalu bangkitlah dan beri’tidallah sambil berdiri. Kemudian sujudlah sertai thuma’ninah ketika sujud. Kemudian bangkitlah dan duduk antara dua sujud sambil thuma’ninah . Kemudian sujud kembali sambil disertai thuma’ninah ketika sujud. Lakukan seperti itu dalam setiap shalatmu.” (HR. Bukhari no. 793 dan Muslim no. 397).
Imam Muslim meriwayatkan dalam Shahih Muslim dari Aisyah radhiallahu ‘anha , beliau berkata, “Dahulu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam kalau beliau bangkit dari ruku’, beliau tidak turun sujud sampai benar-benar berdiri. Apabila beliau bangkit dari sujud, beliau tidak sujud kembali sampai benar-benar duduk dengan tegak ” (Diriwayatkan oleh Imam Muslim
dalam Shahih Muslim 498)
Amat banyak hadits-hadits Nabi yang memerintahkan untuk mendirikan dan menyempurnakan shalat serta memperingatkan agar berhati-hati kalau tidak thuma'ninah dalam shalat dan berhati-hati agar tidak terlewat rukun-rukun dan hal-hal yang wajib dilakukan dalam shalat.
Tidak jarang imam yang shalatnya tidak thuma'ninah, terutama ketika shalat tarawih, entah karena apa mereka shalat secepat itu.
Ini adalah rukun, bukan sunnah. Jadi, thuma'ninah adalah bagian yang harus dilakukan dalam shalat.
Sebenarnya masih banyak hadist-hadist dan peringatan mengenai thuma'ninah, jika ingin mengetahuinya silahkan menuju sumber melalui link diakhir thread ini nanti.
Para ulama mengambil kesimpulan dari hadits-hadist ini bahwa orang yang ruku’ dan sujud namun tulangnya belum lurus, maka shalatnya tidak sah dan dia wajib mengulangnya, sebagaimana Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang berkata kepada orang yang tata cara shalatnya salah ini, “Ulangi
shalatmu, sejatinya Anda belumlah shalat ”.
Kebanyakan orang mengira, bahwa jumlah bacaan dalam setiap gerakan shalat dijadikan sebagai ukuran waktu selesainya sikap berdiri, duduk, rukuk, maupun sujud.
Padahal bacaan itu bukanlah sebuah aba dalam shalat kita. Setiap bacaan yang diulang-ulang merupakan aspek meditasi, autoterapi, autosugesti, berdo’a, mencari inspirasi, penyembuhan, menunggu intuisi atau petunjuk, bahkan untuk menemukan sebuah ketenangan yang dalam. Akibatnya bisa jadi lamanya berdiri mencapai lima menit,
duduknya lia menit, sujudnya sepuluh menit, sehingga lamanya shalat bias mencapai lebih dari setengah jam. Apalagi shalat bukan hanya untuk menterapi mental tetapi juga untuk menterapi fisik agar bias kendor dan rileks. Tentunya tidak mungkin dilakukan dengan terburu-buru, karena aspek meditatif dalam shalat tidak akan ditemukan. Jika dilakukan dengan tuma’ninah, selepas dari shalat kita akan mendapatkan apa yang dikatakan oleh muadzdzin sebagai sebaik-baik amal (hayya ala khoiril amal) atau peak experience.
Pada saat duduk (iftirasy) sebenarnya beliau sedang melakukan dialok untuk menyelesaikan persoalan yang dirasa rumit untuk dipecahkan.
Pada saat itulahbeliau sedang menunggu jawaban atas kesulitan yang beliau alami. Mengapa kita tidak mengambil pelajaran dari cara beliau dengan menjadikan shalat sebagai alat untuk berkomunikasi dan memohon pertolongan kepada Allah, serta tempat untuk mengistirahatkan jiwa dan fisik. Apabila kita telah melakukan shalat
dengan benar, dengan cara relaksasi yang dalam dan penyerahan yang total kepada Allah, maka tidaklah mungkin orang yang sudah melakukan shalat akan berhati kasar atau pikirannya melonjak-lonjak karena tidak tenang.
Orang yang melakukan shalat dengan tenang dan rileks akan menghasilkan energi tambahan dalam tubuhnya, sehingga tubuh merasa fesh.
Quote:
3. Berdiri bagi yang mampu

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
صَل قَائِمًا ، فَإِنْ لَمْ تَسْتَطِعْ فَقَاعِدًا ، فَإِنْ لَمْ تَسْتَطِعْ فَعَلَى جَنْبٍ
“Shalatlah dalam keadaan berdiri. Jika tidak mampu, kerjakanlah dalam keadaan duduk. Jika tidak mampu lagi, maka kerjakanlah dengan tidur menyamping.”

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
صَل قَائِمًا ، فَإِنْ لَمْ تَسْتَطِعْ فَقَاعِدًا ، فَإِنْ لَمْ تَسْتَطِعْ فَعَلَى جَنْبٍ
“Shalatlah dalam keadaan berdiri. Jika tidak mampu, kerjakanlah dalam keadaan duduk. Jika tidak mampu lagi, maka kerjakanlah dengan tidur menyamping.”
Quote:
4. Takbiratul ihram

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مِفْتَاحُ الصلاَةِ الطهُورُ وَتَحْرِيمُهَا التكْبِيرُ وَتَحْلِيلُهَا التسْلِيمُ
“Pembuka shalat adalah thoharoh (bersuci). Yang mengharamkan dari hal-hal di luar shalat adalah ucapan takbir. Sedangkan yang menghalalkannya kembali adalah ucapan salam. ”
Yang dimaksud dengan rukun shalat adalah ucapan takbir “Allahu Akbar”. Ucapan takbir ini tidak bisa digantikan dengan ucapakan selainnya walaupun semakna.
Quote:
5. Membaca Al Fatihah di Setiap Raka’at

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لاَ صَلاَةَ لِمَنْ لَمْ يَقْرَأْ بِفَاتِحَةِ الْكِتَابِ
“Tidak ada shalat (artinya tidak sah) orang yang tidak membaca Al Fatihah.”
6. Tasyahud akhir dan duduk tasyahud

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
فَإِذَا قَعَدَ أَحَدُكُمْ فِى الصلاَةِ فَلْيَقُلِ التحِياتُ لِلهِ …
“Jika salah seorang antara kalian duduk (tasyahud) dalam shalat, maka ucapkanlah “at tahiyatu lillah …”.”[1]
Bacaan tasyahud:
التحِياتُ لِلهِ وَالصلَوَاتُ وَالطيبَاتُ ، السلاَمُ عَلَيْكَ أَيهَا النبِى وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ ، السلاَمُ عَلَيْنَا وَعَلَى عِبَادِ اللهِ الصالِحِينَ ، أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلا اللهُ وَأَشْهَدُ أَن مُحَمدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ
“At tahiyaatu lillah wash sholaatu wath thoyyibaat. Assalaamu ‘alaika ayyuhan nabiyyu wa rohmatullahi wa barokaatuh. Assalaamu ‘alaina wa ‘ala ‘ibadillahish sholihiin. Asy-hadu an laa ilaha illallah, wa asy-hadu anna muhammadan ‘abduhu wa rosuluh.” (Segala ucapan penghormatan hanyalah milik Allah, begitu juga segala shalat dan amal shalih. Semoga kesejahteraan tercurah kepadamu, wahai Nabi, begitu juga rahmat Allah dengan segenap karunia-Nya. Semoga kesejahteraan terlimpahkan kepada kami dan hamba-hamba Allah yang shalih. Aku bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang berhak disembah dengan benar selain Allah dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan Rasul-Nya)
Apakah bacaan tasyahud “assalamu ‘alaika ayyuhan nabi” perlu diganti dengan bacaan “assalaamu ‘alan nabi”?
Al Lajnah Ad Da-imah (Komisi Fatwa di Saudi Arabia) pernah ditanya,
“Dalam tasyahud apakah seseorang membaca bacaan “assalamu ‘alaika ayyuhan nabi” atau bacaan “assalamu ‘alan nabi”? ‘Abdullah bin Mas’ud pernah mengatakan bahwa para sahabat dulunya sebelum Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam wafat, mereka mengucapkan “assalamu ‘alaika ayyuhan nabi”. Namun setelah beliau wafat, para sahabat pun mengucapkan “assalamu ‘alan nabi”.
Jawab:
Yang lebih tepat, seseorang ketika tasyahud dalam shalat mengucapkan “assalamu ‘alaika ayyuhan nabi wa rohmatullahi wa barokatuh”. Alasannya, inilah yang lebih benar yang berasal dari berbagai hadits. Adapun riwayat Ibnu Mas’ud mengenai bacaan tasyahud yang mesti diganti setelah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam wafat –jika memang itu benar riwayat yang shahih-, maka itu hanyalah hasil ijtihad Ibnu Mas’ud dan tidak bertentangan dengan hadits-hadits shahih yang ada. Seandainya ada perbedaan hukum bacaan antara sebelum Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam wafat dan setelah beliau wafat, maka pasti Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sendiri yang akan menjelaskannya pada para sahabat.
(Yang menandatangani fatwa ini adalah Syaikh ‘Abdul ‘Aziz bin Baz sebagai Ketua, Syaikh ‘Abdur Rozaq ‘Afifi sebagai Wakil Ketua, Syaikh ‘Abdullah bin Qu’ud dan ‘Abdullah bin Ghodyan sebagai anggota)

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لاَ صَلاَةَ لِمَنْ لَمْ يَقْرَأْ بِفَاتِحَةِ الْكِتَابِ
“Tidak ada shalat (artinya tidak sah) orang yang tidak membaca Al Fatihah.”
6. Tasyahud akhir dan duduk tasyahud

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
فَإِذَا قَعَدَ أَحَدُكُمْ فِى الصلاَةِ فَلْيَقُلِ التحِياتُ لِلهِ …
“Jika salah seorang antara kalian duduk (tasyahud) dalam shalat, maka ucapkanlah “at tahiyatu lillah …”.”[1]
Bacaan tasyahud:
التحِياتُ لِلهِ وَالصلَوَاتُ وَالطيبَاتُ ، السلاَمُ عَلَيْكَ أَيهَا النبِى وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ ، السلاَمُ عَلَيْنَا وَعَلَى عِبَادِ اللهِ الصالِحِينَ ، أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلا اللهُ وَأَشْهَدُ أَن مُحَمدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ
“At tahiyaatu lillah wash sholaatu wath thoyyibaat. Assalaamu ‘alaika ayyuhan nabiyyu wa rohmatullahi wa barokaatuh. Assalaamu ‘alaina wa ‘ala ‘ibadillahish sholihiin. Asy-hadu an laa ilaha illallah, wa asy-hadu anna muhammadan ‘abduhu wa rosuluh.” (Segala ucapan penghormatan hanyalah milik Allah, begitu juga segala shalat dan amal shalih. Semoga kesejahteraan tercurah kepadamu, wahai Nabi, begitu juga rahmat Allah dengan segenap karunia-Nya. Semoga kesejahteraan terlimpahkan kepada kami dan hamba-hamba Allah yang shalih. Aku bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang berhak disembah dengan benar selain Allah dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan Rasul-Nya)
Apakah bacaan tasyahud “assalamu ‘alaika ayyuhan nabi” perlu diganti dengan bacaan “assalaamu ‘alan nabi”?
Al Lajnah Ad Da-imah (Komisi Fatwa di Saudi Arabia) pernah ditanya,
“Dalam tasyahud apakah seseorang membaca bacaan “assalamu ‘alaika ayyuhan nabi” atau bacaan “assalamu ‘alan nabi”? ‘Abdullah bin Mas’ud pernah mengatakan bahwa para sahabat dulunya sebelum Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam wafat, mereka mengucapkan “assalamu ‘alaika ayyuhan nabi”. Namun setelah beliau wafat, para sahabat pun mengucapkan “assalamu ‘alan nabi”.
Jawab:
Yang lebih tepat, seseorang ketika tasyahud dalam shalat mengucapkan “assalamu ‘alaika ayyuhan nabi wa rohmatullahi wa barokatuh”. Alasannya, inilah yang lebih benar yang berasal dari berbagai hadits. Adapun riwayat Ibnu Mas’ud mengenai bacaan tasyahud yang mesti diganti setelah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam wafat –jika memang itu benar riwayat yang shahih-, maka itu hanyalah hasil ijtihad Ibnu Mas’ud dan tidak bertentangan dengan hadits-hadits shahih yang ada. Seandainya ada perbedaan hukum bacaan antara sebelum Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam wafat dan setelah beliau wafat, maka pasti Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sendiri yang akan menjelaskannya pada para sahabat.
(Yang menandatangani fatwa ini adalah Syaikh ‘Abdul ‘Aziz bin Baz sebagai Ketua, Syaikh ‘Abdur Rozaq ‘Afifi sebagai Wakil Ketua, Syaikh ‘Abdullah bin Qu’ud dan ‘Abdullah bin Ghodyan sebagai anggota)
Quote:
7. Shalawat kepada Nabi setelah mengucapkan tasyahud akhir

Dalilnya adalah hadits Fudholah bin ‘Ubaid Al Anshoriy. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah mendengar seseorang yang berdo’a dalam shalatnya tanpa menyanjung Allah dan bershalawat kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, lalu beliau mengatakan, “Begitu cepatnya ini.” Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mendo’akan orang tadi, lalu berkata padanya dan lainnya,
إذا صلى أحدكم فليبدأ بتمجيد الله والثناء عليه ثم يصلي على النبي صلى الله عليه وسلم ثم يدعو بعد بما شاء
“Jika salah seorang di antara kalian hendak shalat, maka mulailah dengan menyanjung dan memuji Allah, lalu bershalawatlah kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, lalu berdo’a setelah itu semau kalian.”
Bacaan shalawat yang paling bagus adalah sebagai berikut.
اللهُم صَل عَلَى مُحَمدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمدٍ ، كَمَا صَليْتَ عَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ ، إِنكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ ، اللهُم بَارِكْ عَلَى مُحَمدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمدٍ ، كَمَا بَارَكْتَ عَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ ، إِنكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ
“Allahumma sholli ‘ala Muhammad wa ‘ala aali Muhammad kamaa shollaita ‘ala Ibroohim wa ‘ala aali Ibrohim, innaka hamidun majiid. Allahumma baarik ‘ala Muhammad wa ‘ala aali Muhammad kamaa barrokta ‘ala Ibrohim wa ‘ala aali Ibrohimm innaka hamidun majiid.”
Quote:
8. Salam

Dalilnya hadits yang telah disebutkan di muka,
مِفْتَاحُ الصلاَةِ الطهُورُ وَتَحْرِيمُهَا التكْبِيرُ وَتَحْلِيلُهَا التسْلِيمُ
“Yang mengharamkan dari hal-hal di luar shalat adalah ucapan takbir. Sedangkan yang menghalalkannya kembali adalah ucapan salam. ”
Yang termasuk dalam rukun di sini adalah salam yang pertama. Inilah pendapat ulama Syafi’iyah, Malikiyah dan mayoritas ‘ulama.
Model salam ada empat:
1. Salam ke kanan “Assalamu ‘alaikum wa rohmatullah”, salam ke kiri “Assalamu ‘alaikum wa rahmatullah”.
2. Salam ke kanan “Assalamu ‘alaikum wa rohmatullah wa barokatuh”, salam ke kiri “Assalamu ‘alaikum wa rahmatullah”.
3. Salam ke kanan “Assalamu ‘alaikum wa rohmatullah”, salam ke kiri “Assalamu ‘alaikum”.
4. Salam sekali ke kanan “Assalamu’laikum”.

Dalilnya hadits yang telah disebutkan di muka,
مِفْتَاحُ الصلاَةِ الطهُورُ وَتَحْرِيمُهَا التكْبِيرُ وَتَحْلِيلُهَا التسْلِيمُ
“Yang mengharamkan dari hal-hal di luar shalat adalah ucapan takbir. Sedangkan yang menghalalkannya kembali adalah ucapan salam. ”
Yang termasuk dalam rukun di sini adalah salam yang pertama. Inilah pendapat ulama Syafi’iyah, Malikiyah dan mayoritas ‘ulama.
Model salam ada empat:
1. Salam ke kanan “Assalamu ‘alaikum wa rohmatullah”, salam ke kiri “Assalamu ‘alaikum wa rahmatullah”.
2. Salam ke kanan “Assalamu ‘alaikum wa rohmatullah wa barokatuh”, salam ke kiri “Assalamu ‘alaikum wa rahmatullah”.
3. Salam ke kanan “Assalamu ‘alaikum wa rohmatullah”, salam ke kiri “Assalamu ‘alaikum”.
4. Salam sekali ke kanan “Assalamu’laikum”.
Quote:
9. Urut dalam rukun-rukun yang ada
Alasannya karena dalam hadits orang yang jelek shalatnya, digunakan kata “tsumma“ dalam setiap rukun. Dan “tsumma” bermakna urutan.
Sekian yang bisa ane sampaikan semoga kita semua bisa memenuhi semua rukun Shalat dan semoga Allah memberi rahmatnya kpada kita
Diubah oleh miu007 06-08-2015 17:38
0
2.8K
Kutip
4
Balasan
Thread Digembok
Urutan
Terbaru
Terlama
Thread Digembok
Komunitas Pilihan