Quote:
Jakarta -Pergerakan dolar AS terus menguat terhadap rupiah. Kemarin pada penutupan perdagangan, dolar menembus Rp 13.500. Pemerintah meminta masyarakat tidak khawatir, karena fenomena ini terjadi hampir di semua mata uang dunia.
Dolar menguat karena isu rencana kenaikan suku bunga acuan oleh bank sentral AS, yaitu Federal Reserve (The Fed). Ini membuat investor beralih ke dolar.
"Pokoknya tidak usah khawatir, orang-orang mengait-ngaitkan dengan 1998. Nih saya ceritakan, dolar kita 1998 waktu itu Rp 2.300, melemah ke 13.000 lebih, jadi berapa ratus persen naiknya. Sekarang melemah dari Rp 11.700 jadi Rp 13.400, jadi pelemahan sekitar sepuluh atau beberapa belas persen," kata Menko Perekonomian Sofyan Djalil, di Hotel Ritz Carlton, Mega Kuningan, Jakarta, Sabtu (1/8/2015).
Seperti diketahui, pada masa krisis moneter 1998, dolar AS melonjak hingga Rp 16.650 tepatnya pada 17 Juni. Nah, setelah itu dolar AS mulai melemah secara perlahan di bulan-bulan berikutnya.
Juni lalu, dolar AS tembus kisaran Rp 13.300 yang setara dengan posisinya pada bulan Agustus 1998. Sampai sekarang dolar AS masih tinggi dan setara dengan posisi pada Agustus 1998 tersebut.
Turunnya sejumlah harga komoditas yang dimotori oleh komoditas minyak mentah dunia memberikan imbas positif bagi laju dolar AS untuk dapat bergerak menguat.
Meski begitu, kondisi ekonomi Indonesia saat ini lebih kuat dan jauh berbeda dengan kondisi di 1998. Mau lihat perbandingan kondisi 1998 dengan sekarang?
Pada kesempatan itu Sofyan mengatakan, mata uang yang masih bisa bertahan dari gempuran penguatan dolar AS adalah, dolar Singapura dan rupee India.
"Kenapa rupee lebih baik, karena mereka mampu memperbaiki struktur ekonomi lebih baik. Kita juga harus perbaiki, tapi spekulasi di pasar itu yang tidak bisa kita halangi, kecuali kita korbankan semua devisa kita," jelas Sofyan.
"Nah itu bukan pilihan. Kita nggak mau dolar terlalu kuat, atau dolar terlalu lemah, karena kalau dolar terlalu kuat itu sangat membebani perusahaan-perusahaan yang berutang ke luar negeri," imbuh Sofyan.
Jadi pemerintah dan BI harus membuat nilai tukar rupiah terhadap dolar AS seimbang untuk eksportir dan importir.
"Jangan kayak tahun 2009 dolar sampai Rp 9.000. Akibatnya kita tidak tidak bisa bersaing. Karena rupiah kita terlalu kuat," kata Sofyan.
baru kali ini ane denger dolar naik terus dia bilang menguntungkan, mungkin dia nimbul dolar sampe 1M karna klo di rupiahin untung gila

. dia gak sadar utang negara kita yang pake dolar pun ikut naik gara2 harga dolar yg naik melejit,
nih mentri emang sakti kwkw
kangen dolar under 10K dimana harga barang di mangga dua masih pada murah
SUMUR
Biar nanti gak pada malu sendiri harap baca PAGE 2 pada sumurnya. dari pada udah semangat2 taunya salah kan gimana gitu.
baca berita itu harus full jangan cuma baca intro tapi endingnya gak dibaca