Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

nyoobengsengAvatar border
TS
nyoobengseng
Pengusaha Mulai Sulit Bayar Utang
JAKARTA, KOMPAS — Pelaku usaha kesulitan membayar kredit dari bank karena pendapatan mereka turun. Hal itu terjadi karena pasar dalam negeri dan luar negeri turun cukup tajam lantaran pelemahan ekonomi.

Ketua Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Ade Sudrajat, Jumat (31/7), di Jakarta, mengatakan, pendapatan sektor tekstil dan produk tekstil (TPT) diperkirakan turun 20 persen pada tahun ini. Pada tahun lalu, pendapatan sektor tersebut 8 miliar dollar AS untuk pasar dalam negeri dan 12,7 miliar dollar AS untuk pasar luar negeri.

Penurunan itu disebabkan pelemahan ekonomi dan global sangat berdampak pada sektor riil dan daya beli masyarakat. Masyarakat lebih memprioritaskan kebutuhan primer ketimbang kebutuhan sekunder.

"Lantaran kurang laku dijual di dalam negeri dan luar negeri, banyak produk TPT yang menumpuk di gudang. Bahkan, ada yang sampai menyewa gudang karena gudangnya sudah tidak cukup. Pelaku usaha juga kesulitan membayar angsuran pinjaman bank," ujarnya.

Ade menambahkan, hal itu diperparah dengan kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) dan tarif daftar listrik, serta bunga bank yang tinggi. Ketiganya membuat biaya produksi menjadi naik.

Sementara itu, kondisi serupa dialami perajin mebel di Jepara, Jawa Tengah. Ketua Asosiasi Perajin Kecil Jepara (APKJ) Margono mengatakan, pengusaha kecil mebel di pusat industri mebel Jepara tengah mengalami sejumlah kesulitan. Salah satunya adalah membayarkan angsuran pinjaman bank.

Hal itu terjadi karena omzet perajin turun sekitar 40 persen pada tahun ini. Omzet mereka per bulan sekitar Rp 8 juta-Rp 10 juta.

Aktivitas bisnis di segmen usaha mikro, kecil, dan menengah semakin tak menentu di tengah tekanan perekonomian. Akibatnya, omzet pedagang menurun sehingga sebagian dari mereka sulit membayar cicilan di Bank.

Melambatnya perekonomian dikeluhkan pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) sejak awal tahun. Berbagai cara dilakukan agar tetap bertahan di tengah kelesuan ekonomi.

Sugiono (61), pelaku usaha konfeksi jaket kulit di Kebun Jeruk, Jakarta Barat, memiliki kredit modal kerja di Bank sebesar Rp 25 juta. Setiap bulan ia wajib menyetor cicilan dan bunga sebesar Rp 1.500.000.

Dalam keadaan normal, omzetnya bisa mencapai Rp 70 juta per bulan. Saat ini ia hanya memperoleh, setengah dari itu. "Jalan satu-satunya membagi jadwal giliran karyawan satu bulan sekali," kata Sugiono.

Darmanto, pelaku UMKM makanan dan minuman di Cengkareng, Jakarta Barat, mengaku, omzetnya turun sekitar 40 persen dalam empat bulan terakhir. Omzetnya yang semula Rp 30 juta per bulan, anjlok menjadi Rp 16 Juta-Rp 17 juta per bulan.

"Cicilan Rp 2 juta per bulan sempat menunggak. Setelah puasa tunggakan sudah dilunasi. Semoga angsurannya membaik lagi," katanya. (B02/HEN)

Code:
http://print.kompas.com/baca/2015/08/01/Pengusaha-Mulai-Sulit-Bayar-Utang
0
2.6K
27
GuestAvatar border
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan