Kaskus

News

l4d13putAvatar border
TS
l4d13put
Kasus Intoleransi di Tolikara Harus Diusut Tuntas
VIVA.co.id - Bangsa Indonesia kembali mendapat ujian. Semangat persatuan bangsa yang beragam budaya, suku dan agama itu sedang coba diobok-obok oleh pihak yang tak bertanggungjawab melalui kasus intoleransi di Tolikara.

Ini kota kecil, nun jauh di provinsi Papua. Namun insiden yang terjadi bergema sangat cepat ke penjuru Tanah Air.

Kasusnya terjadi pada momen yang sakral, 17 Juli 2015, tepat pada Hari Raya Idul Fitri 1436 Hijriah. Umat Muslim di sana yang sedang shalat Ied diganggu oleh massa yang intoleran.

Pecah bentrokan yang membuat polisi terpaksa menembak massa pengganggu. Kerusuhan pun terjadi. Gerombolan pengacau itu membakar pasar, rumah-rumah, dan juga musala tempat shalat umat Muslim setempat.

Muncul pula surat dari pimpinan Gereja Injil di Indonesia (GIDI) yang tidak menghendaki umat Muslim di Tolikara shalat Ied. Kerusuhan dan surat itu lah yang memperkeruh suasana dan berpotensi membenturkan antar-umat beragama di Tanah Air yang selama ini berhubungan baik dan saling toleransi.

Umat Muslim di penjuru Tanah Air pantas marah dan sedih atas insiden di Tolikara itu. Namun, walau marah, umat Muslim Indonesia sudah makin dewasa dan cepat melihat masalah ini secara jernih dan tetap dengan kepala dingin.

Semangat persatuan dan toleransi tetap harus dijaga, jangan menumbuhkan dendam membara. Itulah seruan dari para ulama, cendekia dan kalangan politisi Islam - termasuk Raja Dangdut Rhoma Irama - serta komentar para umat Muslim.

Bahkan para umat Kristiani maupun kelompok rohaniwan Kristen - termasuk dari Persekutuan Gereja-gereja Indonesia (PGI) - juga melontarkan kecaman atas kasus intoleransi di Tolikara. Umat Muslim dan Kristen kompak bersuara: jangan sampai insiden itu sampai merusak toleransi antar-umat beragama di Indonesia yang sudah terajut dengan baik sejak lama.

Maka, rakyat pun kompak mendesak aparat keamanan dan intelijen harus tegas menangkap para pelaku kerusuhan di Tolikara maupun para aktor intelektualnya yang menjadi provokator. Aparat hukum harus bisa mengusut tuntas apakah kasus ini hanya terjadi secara spontan atau disusun secara sistematis dan hukuman bagi semua pelaku harus diberikan secara setimpal.

Pemerintah tak tinggal diam untuk mengatasi masalah ini, sekaligus mencegahnya menjadi parah. Hanya dalam hitungan jam, melalui Kantor Wilayah Kementerian Agama Papua, tokoh dan pemuka agama di negeri Mutiara Hitam pun diajak duduk bersama untuk meredam dan menyelesaikan insiden tak terpuji itu.

Para pimpinan serta tokoh agama di Kristen dan Islam di Provinsi Papua sepakat menyerukan perdamaian dan mendesak penegak hukum segera menangkap pelaku penyerangan dan perusakan Musala di Kabupaten Tolikara.

"Kami juga menyesalkan terjadinya pembakaran Musala dan penyerangan terhadap umat Muslim di Tolikara yang mengakibatkan jatuhnya korban jiwa di saat perayaan Idul Fitri. Atas kejadian ini, kami juga mendesak kepada pihak yang berwenang agar segera menyelesaikan masalah tersebut dengan tuntas dan profesional dengan memproses para pelakunya sesuai dengan hukum yang berlaku," kata rohaniwan Kristiani, Pendeta Herman Saud.

Para tokoh agama Kristen dan Islam di Papua juga menghimbau kepada seluruh masyarakat Indonesia dan khususnya di tanah Papua, agar tetap tenang da menjalankan aktivitas seperti biasa.

"Kami juga meminta kepada masyarakat untuk tidak terprovokasi dengan isu yang tidak benar oleh pihak yang tidak bertanggung jawab. Aparat keamanan agar segera meredakan suasana dengan tindakan tegas, tetapi tanpa kekerasan dan dapat mengidentifikasikan pelaku serta penyebabnya, sehingga kerusuhan tidak meluas dan tidak terulang," kata Herman.

Usut Tuntas Insiden Tolikara

Berselang sehari pasca insiden itu. Presiden Joko Widodo angkat bicara dan menyatakan, masalah di Tolikara sudah dapat di atasi kepolisian.

"Sudah ditangani Polri, dalam kondisi baik semua. Tapi kita perlu mengingatkan, bahwa negara kita ini negara majemuk, multikultural. Banyak suku, adat istiadat dan agama. Itulah kebhinekaan kita," kata Jokowi.

Namun, apa yang dinyatakan Presiden tidak cukup untuk merajut kembali perdamaian beragama di Tolikara. Perlu langkah konkrit untuk menuntaskan insiden itu hingga ke akarnya.

Berbagai pihak mendesak penegak hukum untuk segera mengusut tuntas insiden itu dan menindak pelaku perusakan.

Bahkan, Kelompok aktivis dari Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (Kontras) menuding kepolisian telah lalai. Karena telah mengabaikan begitu saja informasi tentang adanya surat larangan yang dikeluarkan kelompok tertentu di Tolikara tentang larangan merayakan Hari Raya Idul Fitri.

"Kami menyayangkan pembiaran peristiwa tersebut terjadi, surat untuk pelarangan Salat telah ada sejak 11 Juli sementara Salat diadakan pada 17 Juli berarti ada waktu enam hari sebelum penyerangan dan pembubaran," ujar Koordinator Kontras, Haris Azhar, kepada VIVA.co.id, Minggu 19 Juli 2015.

Haris mengatakan, seharusnya dalam rentang waktu enam hari itu, kepolisian dapat menetapkan langkah-langkah antisipatif atau mengupayakan agar pelarangan itu tidak terjadi demi menjamin kebebasan menjalankan ibadah bagi warga Muslim di Tolikara.

Untuk itu, Haris menegaskan, kepolisian harus bertanggung jawab atas insiden itu dan segera melakukan tindakan penegakan hukum terhadap pelaku perusakan dan pembakaran Musala.

Dalam hal ini, menurut Kontras, Pemerintah Daerah (Pemda) setempat juga memiliki andil dalam memfasilitasi dan memediasi pihak-pihak terkait bahkan mengupayakan tindakan-tindakan untuk mencegah insiden ini kembali terulang.

Sementara itu, menjawab desakan itu, kepolisian melalui Polda Papua menyatakan tengah melakukan upaya untuk memulihkan kembali situasi di Tolikara dengan cara melakukan investigasi mencari siapa aktor intektual dan pelaku langsung dari insiden itu.

"Kami juga akan melakukan penyidikan secara internal dan eksternal. Internal guna mengetahui apakah tembakan yang dilakukan anggota sudah sesuai protap serta apakah peluru berasal dari aparat TNI/Polri atau ada pihak lain, sedangkan eksternal untuk ketahui apakah penyerangan direncanakan atau hanya spontanitas," kata Kapolda Papua, Irjen Pol Yotje Mende.

Menurut Yotjet, sesuai keterangan pemimpin Pekerja Gereja Injili di Indonesia (GIDI), bahwa penyerangan itu sama sekali tidak dikehendaki oleh mereka. "Itu hanya spontan dan sangat disesalkan,"katanya.

Tak hanya kepolisian, TNI pun tak tinggal diam, setelah menerima desakan dari berbagai pihak, Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo memerintahkan Panglima Daerah Militer (Pangdam) XVII Cendrawasih untuk turun ke Tolikara mengusut dalang insiden itu.

"Sangat disayangkan dan sebenarnya dengan tiga tungku dan tiga batu, kerukunan umat beragama di Papua sangat luar biasa. Dengan insiden ini, Pangdam harus segera ke Tolikara dan selesaikan masalah ini," kata Gatot. (ren)

Sumber

=================================================================================

Jokowi: Akan segera dibentuk "Kristen Nusantara" yang penuh rasa toleransi dan tidak barbaremoticon-Traveller
Diubah oleh l4d13put 22-07-2015 00:44
0
996
6
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan