TEMPO.CO, Bandung - Guru SMAN 9 Bandung melaporkan temuan buku Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti untuk siswa kelas XI ke Kepolisian Resor Cicendo Kota Bandung, Sabtu, 28 Maret 2015.

Alasan pelaporan itu karena isi buku tersebut ada yang mengajarkan kekerasan. "Polisi minta bukunya diamankan, disimpan dulu di sekolah," kata guru sekolah tersebut, Iwan Hermawan, Sabtu, 28 Maret 2015.

Menurut Iwan, buku itu buatan Kementerian Pendidikan Nasional 2014 untuk siswa kurikulum 2013. Ajaran kekerasan yang jadi persoalan berada di halaman 170. Isinya tentang ajaran membunuh yang berasal dari pendapat Muhammad bin Abdul Wahab. "Yang boleh dan harus disembah hanyalah Allah SWT, dan orang yang menyembah selain Allah SWT telah menjadi musyrik dan boleh dibunuh," katanya.

Sebagai guru, ia menilai materi itu kurang tepat bagi pelajar. Dalam keterangan di buku tersebut, ujar Iwan, isinya sudah diperiksa Pusat Kurikulum Perbukuan Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Menterinya saat itu, M. Nuh, juga memberi kata pengantar pada Januari 2014.





Selain kepada Kepala Dinas Pendidikan Kota Bandung, buku agama itu juga dilaporkan ke kepolisian. Petugas kepolisian yang datang ke sekolah meminta agar buku itu diamankan di sekolah.

Menurut Iwan, sebanyak 440 buku untuk siswa kelas XI tersebut belum sempat dibagikan ke siswa dan menumpuk di gudang sekolah. Siswa kini masih memakai buku agama dari penerbit lain.

Kepala Dinas Pendidikan Kota Bandung Elih Sudiapermana mengatakan, pihaknya meragukan ajaran tokoh Wahabi tersebut terkait dengan keburukan dan kebenarannya yang dikutip dalam buku sekolah.

Namun Dinas belum berencana menarik buku pelajaran agama tersebut dari semua SMA sederajat se-Kota Bandung. "Belum ada keputusan dari pemerintah untuk (buku) ditarik," katanya