Kaskus

News

xhirkanovAvatar border
TS
xhirkanov
'mana yang terlebih dahulu ada ayam atau telor?'
mungkin ini agak kuno , tapi masih menarik dibahas secara harafiah


‘Mana yang lebih dahulu ada ayam atau telur ? ’……….itu adalah sebuah pertanyaan yang usianya sudah ratusan bahkan mungkin ribuan tahun,artinya semenjak manusia untuk pertama kali menemukannya hingga hari ini pertanyaan itu tetap berupa pertanyaan yang tak bisa dijawab oleh (logika akal) manusia.bisa jadi pertanyaan ‘antik’ itu ditemukan oleh para filosof klasik sebab pertanyaan itu selalu terdapat dalam buku buku pengantar filsafat,tetapi para filosof mulai dari yang klasik hingga yang kontemporer tetap tidak bisa menjawabnya.

Apa yang selalu menarik orang orang dari pertanyaan yang nampak sangat sederhana itu adalah karena didalamnya terdapat sesuatu yang bersangkutan dengan ketidak berdayaan manusia dalam berhadapan dengan problem keilmuan yang ia temui,sehingga pertanyaan demikian itu juga sering menjadi sindiran atas ketakaburan manusia yang seolah sudah serba tahu segala suatu.

Filsafat adalah upaya manusia untuk memperoleh apa yang mereka sebut sebagai : ‘kebenaran’, berbagai bentuk ‘kebenaran’ lahir dari wacana filsafat : ada kebenaran yang rasional ada juga yang bersifat spekulatif (belum pasti atau tidak bisa dipastikan kebenarannya),tapi sebagaimana kita tahu filsafat selalu berujung pada pertanyaan pertanyaan yang (logika akal) manusia tak bisa menjawabnya.

Apakah ilmu harus berujung pada pertanyaan pertanyaan yang tidak bisa dijawab (?) atau apakah kebenaran harus berujung pada sesuatu yang manusia tidak fahami (?) ya kalau manusia hanya mengandalkan logika akal fikirannya sendiri dalam mencari kebenaran.bila manusia ingin mencari jawaban dari apa yang logika akalnya sudah tak bisa menjawabnya seharusnya manusia mencarinya pada deskripsi Sang pencipta realitas kehidupan.sebab bila ‘ilmu’ adalah sebuah konsep yang sempurna (karena ilmu adalah konstruksi dari ‘kebenaran’) maka sebenarnya ilmu tak boleh berujung pada pertanyaan yang tidak bisa terjawab tapi harus berujung pada jawaban yang lengkap (sehinggga kebenaran bisa difahami secara menyeluruh).masalahnya siapa yang bisa menjawab problem keilmuan yang ada atau ditemukan oleh manusia itu yang manusia sendiri tak bisa menjawabnya (?)

Filsafat berisi pertanyaan pertanyaan yang tak bisa terjawab dan agama berisi pernyataan pernyataan yang menjawab,begitulah kalimat pembuka sebagai jalan untuk mensinkron kan agama dengan filsafat.( filsafat bisa disinkronkan dengan agama hanya bila filsafat ditempatkan dibawah agama,hanya bila filsafat ditempatkan sebagai wacana yang (ujungnya) bertanya dan agama sebagai konsep yang menjawab.

Kembali pada pertanyaan diatas : mana yang lebih dahulu ada : ayam atau telur (?) bila kita bertanya pada kitab suci maka (kesimpulan) jawabannya adalah : ‘ayam dahulu yang diciptakan lalu ayam itu bertelur’ dimana telur itu berfungsi untuk melestarikan konsep ‘ayam’.jadi ‘ayam’ adalah konsep Tuhan yang diciptakan berbarengan dengan konsep konsep binatang yang lain seperti konsep ‘burung’ -konsep ‘ikan’ dlsb.sebagaimana tertulis dalam kitab Taurat : bahwa dihari kesekian Tuhan menciptakan binatang melata dibumi burung burung diudara dan ikan ikan di lautan.........(kitab kejadian)

‘logika akal’ adalah semacam ‘mesin pencari’ dan mengabstraksikan apa yang sudah ditemukannya itu dalam bentuk konsep konsep,tapi kemampuan logika akal itu terbatas pada segala suatu yang masih bisa difahami secara dualistik artinya akal akan menemui jalan buntu bila berhadapan dengan obyek yang ‘ganjil’.akal adalah alat berfikir yang diciptakan berkarakter dualistik sebab itu akal akan masih bisa berfikir –berjalan bila obyek bahasan masih berada dalam ranah prinsip dualisme yang bisa dimuarakan pada bentuk nilai yang berkarakter dualistik seperti : benar-salah,baik-buruk dlsb.sedang pertanyaan ‘mana yang lebih dahulu ada : ayam atau telur ?’ sudah bukan lagi ranah prinsip dualisme,artinya sudah bukan lagi problem untuk mencari serta kemudian menentukan benar atau salah (menurut logika) tapi sudah mengarah kepada sesuatu yang bersifat 'ganjil' : sudah mengarah kepada teka teki tentang Sang pencipta,untuk kemudian bertanya : apakah sang pencipta menciptakan ayam terlebih dahulu atau telur terlebih dahulu (?) artinya sampai pada titik ini kebenaran sudah tidak bisa lagi ditentukan oleh benar-salah versi logika akal manusia.

Rasionalisme (dalam filsafat) memuarakan kebenaran pada kebenaran versi logika akal manusia dimana dalam rasionalisme ‘kebenaran tertinggi’ adalah kebenaran versi logika akal manusia.tapi rasionalisme sering terperangkap dalam metodologi yang dibuatnya sendiri karena ujungnya sering terjerumus pada lahirnya beragam pertanyaan dalam dunia filsafat yang logika akal manusia sudah tidak bisa menjawabnya. bahkan sebagian filosof rasionalis tidak bisa melakukan ‘estafet ilmu’ sehingga pertanyaan pertanyaan yang tidak terjawab itu dibawanya ke alam baka.

Kitab suci Al Qur’an membuka rahasia bagaimana cara manusia melakukan ‘estafet ilmu’ bila manusia sudah sampai pada titik dimana logika akal sudah tidak bisa menjawab atau mengolah sebuah problem keilmuan. kisah perjalanan mencari ilmu antara nabi Musa dan Nabi Khaidir membuka tabir rahasia adanya bentuk ilmu dan artinya juga bentuk kebenaran yang memiliki derajat yang lebih tinggi dari ilmu logika dan kebenaran berasas logika.

Nabi Musa adalah seorang yang berakal paling cerdas saat itu sebagai pembimbing umat ia sudah familiar dengan nilai nilai berkarakter dualistik : benar-salah,baik-buruk,halal-haram dlsb.tapi ketika nabi Khaidir membunuh seorang anak ia menangkap suatu yang sangat ganjil bagi logika akal nya sehingga ia bertanya tanya : ‘mengapa anak itu kamu bunuh’ (?)….dan begitulah pada demontrasi ilmu berikutnya selalu berujung pada hal hal yang (logika) nabi Musa bertanya tanya.

Tafsirnya kurang lebih : Tuhan tengah mengajarkan kepada nabi Musa sebuah ilmu yang derajat-kedudukannya jauh lebih tinggi ketimbang ilmu yang biasa diolah oleh logika akal manusia,sebagai contoh : nabi Khaidir tiba tiba membunuh seorang anak, maka jangankan logika nabi Musa logika akal kita pun pasti akan cenderung mengatakan itu suatu yang salah karena apa dosa dan kesalahan anak itu sehingga ia tiba tiba diunuh (?) argumentasi nabi Khaidir adalah : ia membunuhnya karena Tuhan memberitahukan kepadanya hakikat anak itu,jadi nabi Khaidir membunuhnya berdasar ilmu hakikat (tentang anak yang dibunuh itu) yang telah ia kuasai.

Dalam kisah pembunuhan anak ini Tuhan menggambarkan bahwa ‘kebenaran logika’ yang dibawa dalam benak nabi Musa (yang tercermin dalam sikap menyalahkan tindakan nabi Khaidir membunuh anak) harus tunduk kepada ‘kebenaran berdasar ilmu hakikat’ yang dibawa oleh nabi Khaidir.(ini juga mengandung arti bahwa ilmu dalam agama sebenarnya bukanlah ilmu yang bersifat 'hitam-putih semata,artinya bukan ilmu tentang benar-salah,atau baik-buruk semata yang logika manusia bisa menangkapnya tapi juga berisi rahasia teka teki ilmu hakikat yang hanya bisa difahami hanya bila manusia mendekat secara lebih dalam kepada Tuhan,sebab makna pengertian 'hakikat' itu permukaannya ditangkap oleh kepala tapi essensinya hanya bisa ditangkap oleh (pengertian) hati.

Kini anda sudah bisa menebak : bila manusia terbentur pada problem keilmuan yang logika akal manusia sudah tidak bisa menjawabnya maka manusia harus lari kepada bentuk ilmu dan bentuk kebenaran yang derajatnya jauh berada diatas ilmu dan kebenaran berdasar logika.karena ‘kebenaran logika’ bisa berarti kebenaran versi logika akal manusia,dan ‘kebenaran hakiki’ (kata 'hakiki' berasal dari kata ‘hakikat’) adalah kebenaran yang ditetapkan Tuhan untuk ada atau terjadi yang tidak bisa diubah oleh manusia.’kebenaran versi logika akal manusia’ itu bisa banyak sebanyak jumlah kepala manusia tapi kebenaran hakiki itu satu karena merupakan bentuk kebenaran yang ditentukan oleh satu Tuhan.(bila 'tuhan' banyak maka kebenaran yang satu atau yang hakiki itu tidak akan ada sebab masing masing 'tuhan' (t nya jadi kecil) akan membuat kebenaran sendiri sendiri sehingga karena banyak maka kebenaran menjadi relatif tidak hakiki lagi)(jadi ilmu hakikat sangat vital untuk mengungkap secara ilmiah rahasia bahwa Tuhan itu sebenarnya satu !)

Dimana manusia harus mencari bentuk ilmu dan bentuk kebenaran yang ditunjukan oleh nabi Khaidir itu (?) tentunya rahasia ilmu nya hanya ada dalam kitab suci bukan pada filsafat sebab yang ada dan diajarkan oleh filsafat bukan bentuk kebenaran hakiki yang tunggal tapi kebenaran versi sudut pandang manusia yang banyak yang terkadang manusia sendiri bingung menyikapi dan memilihnya.


sumber : http://www.kompasiana.com/ujangbande...33119724bc5fd4
0
1.9K
6
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan