Surplus perdagangan yang berhasil dicetak oleh perdagangan luar negeri Indonesia pada bulan Juni lalu memang lebih rendah dari perdagangan bulan sebelumnya, namun seperti yang diberitakan sebelumnya surplus ini disumbang oleh meningkatnya ekspor dibanding pada bulan Mei. Dan berkurangnya surplus pada bulan tersebut dikarenakan terlalu banyaknya impor dan kenaikan ekspor tidak terlalu signifikan.

Dari sisi ekspor dilihat sektor komoditinya, naiknya ekspor non migas menjadi penyumbang besar dalam nilai ekspor pada bulan Juni, hal ini terlihat dari laporan BPS kemarin ekspor nonmigas Juni 2015 mencapai US$11,98 miliar, naik 5,87 persen dibanding bulan Mei 2015, sementara bila dibanding ekspor Juni 2014 turun 5,06 persen.




Namun jika dihitung nilai ekspor non migas sejak bulan januari sampai bulan Juni tahun ini jumlahnya alami penurunan hingga 6,62 persen atau hanya mencapai US$68,30 miliar dibandingkan periode yang sama pada tahun 2014. Dan sementara itu pada periode 6 bulan pertama tersebut ekspor non migas khususnya hasil industri pengolahan ikut menurun hingga 6,36 persen jika dibandingkan dengan tahun 2014.

Peningkatan yang tidak signifikan dari ekspor non migas ini disebabkan pada bulan Juni lalu ekspor perhiasan atau permata alami penurunan yang cukup besar yaitu sebesar 23,63 persen atau senilai US$139,3 juta khususnya batu akik. Padahal 2 bulan sebelumnya ekspor nonmigas ini ditopang oleh ekspor komoditasini.

Untuk negara yang menjadi tujuan ekspor, negara Amerika Serikat menerima lebih banyak pengiriman komoditas non migas dibandingkan negara besar lainnya termasuk Eropa. Negara kedua berikutnya yaitu Tiongkok dan disusul dengan pengiriman ke Jepang. Dilihat dari nilainya, jumlah ekspor ke Eropa masih sangat sedikit, karena pengiriman barang ke 27 negara Eropa nilainya sebanding dengan ekspor ke Amerika Serikat.

Memang dalam beberapa bulan ini pemerintah sedang melirik pasar Eropa yang menengah kebawah sehingga tidak heran ada banyak negara-negara Eropa kecil yang mendapat kiriman perdagangan kita. Usaha ini dilakukan pasca mulai berkurangnya permintaan dari negara-negara besar yang menjadi mitra dagang Indonesia untuk tujuan ekspor.