- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
TransJ Scania Mulai Beroperasi, Ahok Kejar Target Tambah Bus Akhir Tahun Ini


TS
namimi
TransJ Scania Mulai Beroperasi, Ahok Kejar Target Tambah Bus Akhir Tahun Ini
Quote:

Jakarta - Sebanyak lima bus TransJ bermerek Scania mulai beroperasi hari ini di Koridor 1 (Blok M-Kota). Gubernur DKI Jakarta Basuki T Purnama (Ahok) menyambut baik peluncuran kelima bus tersebut ke publik.
"(15 bus lainnya) STNK-nya belum siap. Kan juga Lebaran nggak perlu maksain dulu. Saya sih kejar target termasuk Mayasari bisa masuk akhir tahun ini atau awal Januari," ujar Ahok kepada wartawan di Balai Kota, Jl Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat, Rabu (15/7/2015).
Menyoal ketersediaan SPBG untuk mengisi bahan bakar bus yang terbatas, Ahok menyebut tidak perlu risau lagi. Sebab, dirinya sudah menandatangani kesepakatan dengan PT Pertamina (Persero) untuk menambah jumlah SPBG di Ibu Kota.
"Pertamina juga sudah sepakat seluruh SPBU boleh diubah jadi atau tambah SPBG," lanjutnya.
Mantan Bupati Belitung Timur itu juga akan menambah jumlah Mobile Refuel Unit (MRU) atau 'SPBG Berjalan' di sejumlah taman. Bahkan, dia juga mengizinkan kantor-kantor wali kota sebagai lokasi alternatif pengisian BBG melalui MRU.
"MRU tambah, kita sudah izinkan kantor Walikota boleh taruh," terang Ahok.
"Kami juga berikan kesempatan di taman-taman maupun di aset Pemda seperti kantor wali kota itu boleh taruh MRU," sambungnya.
Berdasarkan data yang dirilis Dinas Perindustrian DKI Jakarta per Oktober 2014, jumlah ideal ketersediaan SPBG seharusnya 50 tempat. Namun saat ini jumlah SPBG yang ada masih jauh dari ideal.
Tak ayal mempengaruhi pelayanan bus TransJ dari segi waktu, sehingga seringkali terjadi penumpukkan penumpang di halte-halte bus. Beberapa SPBG yang kini sudah beroperasi di Mampng, Pulogadung, Kramatjati dan Cililitan.
Sekadar diketahui utuk daerah DKI Jakarta, pemerintah telah menetapkan harga gas bumi Rp 3.100 per setara liter premium. Jauh lebih murah bila dibandingkan dengan harga bensin Premium Rp 7.400 per liter.
Sumur
Quote:
Meski Menyusahkan, BBG Akan Tetap Jadi Bahan Bakar Utama Transjakarta

JAKARTA, KOMPAS.com - Kejadian bus mogok maupun terbakar merupakan dua hal yang kerap terjadi dalam layanan bus transjakarta. Banyak kalangan yang menilai hal tersebut disebabkan penggunaan bahan bakar gas (BBG).
Mereka pun menyarankan agar bus-bus transjakarta kembali menggunakan solar sebagai bahan bakar utama.
Meski demikian, PT Transjakarta menyatakan BBG akan tetap terus digunakan sebagai bahan bakar utama dalam operasional layanan bus transjakarta. "Untuk lingkungan yang lebih bersih tentu lebih bagus pakai gas," ucap Direktur Utama PT Transjakarta Antonius Kosasih, di Jakarta, Selasa (14/7/2015).
Walau menyadari penggunaan BBG membuat tak maksimalnya layanan bus transjakarta, Kosasih mengaku telah melakukan sejumlah solusi untuk meminimalisir masalah-masalah terkait BBG yang selama ini membebani dalam operasional bus transjakarta. "Kita tidak mau ada masalah lagi," ujar Kosasih.
Ia kemudian memaparkan solusi-solusi tersebut. Kosasih yakin dengan solusi itu ke depannya masalah-masalah klasik yang ada di dalam layanan bus transjakarta, dari sekedar mogok sampai yang terbakar, akan dapat diminimalisir dan hilang secara bertahap.
Berikut hal-hal yang ia paparkan:
• Membeli Bus Hemat Bahan Bakar
Kosasih menyadari jumlah stasiun bahan bakar gas (SPBG) di Jakarta masih sangat sedikit. Menurut dia, solusi untuk mengatasi masalah tersebut adalah dengan membeli bus-bus berstandar internasional yang lebih hemat bahan bakar.
Ia kemudian menyontohkan bus bermerek Scania yang baru saja mereka beli. Menurut Kosasih, bus buatan pabrikan asal Swedia ini lebih hemat bahan bakar ketimbang bus-bus transjakarta dari merek lainnya.
"Bus Scania ini bahan bakarnya tetap gas, tapi mesinnya Euro 6. Satu hari cuma ngisi sekali. Kalau bus-bus lain bahan bakarnya 0,8-1 liter untuk 1 kilometer, Scania bisa 1,5-1,7 liter untuk 1 kilometer. Lebih efektif dan efisien," ujar dia.
• Menggunakan Material Khusus
Selama ini bus-bus transjakarta menggunakan material yang sama dengan bus berbahan bakar solar. Hal inilah yang dinilai menjadi penyebab bus mudah terbakar. Sebab seharusnya material bus BBG berbeda dari bus berbahan bakar solar.
Terkait hal tersebut, Kosasih mengatakan bus-bus Scania yang baru saja mereka beli adalah bus yang telah menggunakan material khusus untuk bus BBG. Ia mengaku kerap melakukan pengecekan saat bus-bus masih dalam proses perakitan.
"Materialnya dapat sertifikat dari BASF. Saya pernah ke tempat perakitan. Saya ngetes jok dan karpet lantainya beneran tahan api enggak? Kita bakar, ternyata apinya mati sendiri," ucap Kosasih.
Tidak hanya itu, ia juga menyebut kerangka yang digunakan oleh bus-bus Scania yang dioperasikan di Jakarta sama dengan bus-bus BBG yang dioperasikan di Inggris dan Australia. Hal tersebut tak lepas dari peran konsultan yang digandeng oleh rekanan PT Transjakarta, Indonesia Infrastructure Initiative (INDII).
"Kalau bus-bus yang lama saya tidak mau komentar ya, tapi untuk bus-bus yang baru dengan desain yang baru ini kami yakin sudah cocok. Konsultan yang digandeng INDII sudah pengalaman membuat bus-bus di banyak negara" tutur dia.
Kewajiban bus transjakarta menggunakan bahan bakar gas diatur dalam Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2005 tentang Pengendalian Pencemaran Udara ke DPRD DKI. Dalam pasal 20 ayat 1 perda tersebut disebutkan, angkutan umum dan kendaraan operasional Pemprov DKI wajib menggunakan bahan bakar gas sebagai upaya pengendalian emisi gas buang kendaraan bermotor.
Sumur

JAKARTA, KOMPAS.com - Kejadian bus mogok maupun terbakar merupakan dua hal yang kerap terjadi dalam layanan bus transjakarta. Banyak kalangan yang menilai hal tersebut disebabkan penggunaan bahan bakar gas (BBG).
Mereka pun menyarankan agar bus-bus transjakarta kembali menggunakan solar sebagai bahan bakar utama.
Meski demikian, PT Transjakarta menyatakan BBG akan tetap terus digunakan sebagai bahan bakar utama dalam operasional layanan bus transjakarta. "Untuk lingkungan yang lebih bersih tentu lebih bagus pakai gas," ucap Direktur Utama PT Transjakarta Antonius Kosasih, di Jakarta, Selasa (14/7/2015).
Walau menyadari penggunaan BBG membuat tak maksimalnya layanan bus transjakarta, Kosasih mengaku telah melakukan sejumlah solusi untuk meminimalisir masalah-masalah terkait BBG yang selama ini membebani dalam operasional bus transjakarta. "Kita tidak mau ada masalah lagi," ujar Kosasih.
Ia kemudian memaparkan solusi-solusi tersebut. Kosasih yakin dengan solusi itu ke depannya masalah-masalah klasik yang ada di dalam layanan bus transjakarta, dari sekedar mogok sampai yang terbakar, akan dapat diminimalisir dan hilang secara bertahap.
Berikut hal-hal yang ia paparkan:
• Membeli Bus Hemat Bahan Bakar
Kosasih menyadari jumlah stasiun bahan bakar gas (SPBG) di Jakarta masih sangat sedikit. Menurut dia, solusi untuk mengatasi masalah tersebut adalah dengan membeli bus-bus berstandar internasional yang lebih hemat bahan bakar.
Ia kemudian menyontohkan bus bermerek Scania yang baru saja mereka beli. Menurut Kosasih, bus buatan pabrikan asal Swedia ini lebih hemat bahan bakar ketimbang bus-bus transjakarta dari merek lainnya.
"Bus Scania ini bahan bakarnya tetap gas, tapi mesinnya Euro 6. Satu hari cuma ngisi sekali. Kalau bus-bus lain bahan bakarnya 0,8-1 liter untuk 1 kilometer, Scania bisa 1,5-1,7 liter untuk 1 kilometer. Lebih efektif dan efisien," ujar dia.
• Menggunakan Material Khusus
Selama ini bus-bus transjakarta menggunakan material yang sama dengan bus berbahan bakar solar. Hal inilah yang dinilai menjadi penyebab bus mudah terbakar. Sebab seharusnya material bus BBG berbeda dari bus berbahan bakar solar.
Terkait hal tersebut, Kosasih mengatakan bus-bus Scania yang baru saja mereka beli adalah bus yang telah menggunakan material khusus untuk bus BBG. Ia mengaku kerap melakukan pengecekan saat bus-bus masih dalam proses perakitan.
"Materialnya dapat sertifikat dari BASF. Saya pernah ke tempat perakitan. Saya ngetes jok dan karpet lantainya beneran tahan api enggak? Kita bakar, ternyata apinya mati sendiri," ucap Kosasih.
Tidak hanya itu, ia juga menyebut kerangka yang digunakan oleh bus-bus Scania yang dioperasikan di Jakarta sama dengan bus-bus BBG yang dioperasikan di Inggris dan Australia. Hal tersebut tak lepas dari peran konsultan yang digandeng oleh rekanan PT Transjakarta, Indonesia Infrastructure Initiative (INDII).
"Kalau bus-bus yang lama saya tidak mau komentar ya, tapi untuk bus-bus yang baru dengan desain yang baru ini kami yakin sudah cocok. Konsultan yang digandeng INDII sudah pengalaman membuat bus-bus di banyak negara" tutur dia.
Kewajiban bus transjakarta menggunakan bahan bakar gas diatur dalam Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2005 tentang Pengendalian Pencemaran Udara ke DPRD DKI. Dalam pasal 20 ayat 1 perda tersebut disebutkan, angkutan umum dan kendaraan operasional Pemprov DKI wajib menggunakan bahan bakar gas sebagai upaya pengendalian emisi gas buang kendaraan bermotor.
Sumur
teknologinya kyknya mantap punya yg ini..

Diubah oleh namimi 15-07-2015 09:40
0
2K
Kutip
17
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan