- Beranda
- Komunitas
- KASKUS Ramadan
Jadi, Subhanallah atau Masya Allah?


TS
vannyfadhila
Jadi, Subhanallah atau Masya Allah?
Assalamualaikum 
Jadi, Subhanallah atau Masya Allah?
Masya Allah
Masya Allah berarti “Allah telah berkehendak akan hal itu”
Subhanallah
Subhanallah berarti "Maha Suci Allah"
Terdapat beberapa keadaan, dimana kita dianjurkan mengucapkan subhanallah
Pertama, ketika kita keheranan terhadap sikap.
Misalnya, terlalu bodoh, terlalu kaku, terlalu aneh, dan seterusnya.
Kasus pertama, Abu Hurairah pernah ketemu Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam kondisi junub. Lalu Abu Hurairah pergi mandi tanpa pamit. Setelah balik, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya, mengapa tadi dia pergi. Kata Abu Hurairah, “Aku junub, dan aku tidak suka duduk bersama anda dalam keadaan tidak suci.” Kemudian Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
سُبْحَانَ اللهِ إِن الْمُسْلِمَ لاَ يَنْجُسُ
Subhanallah, sesungguhnya muslim itu tidak najis. (HR. Bukhari 279)
Kasus kedua, ada seorang wanita yang datang kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam menanyakan bagaimana cara membersihkan bekas haid setelah suci. Beliau menyarankan, “Ambillah kapas yang diberi minyak wangi dan bersihkan.”
Wanita ini tetap bertanya, “Lalu bagaimana cara membersihkannya.”
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam merasa malu untuk menjawab dengan detail, sehingga beliau hanya mengatakan,
سُبْحَانَ اللهِ تَطَهرِى بِهَا
“Subhanallah.., ya kamu bersihkan pakai kapas itu.”
Aisyah paham maksud Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliaupun langsung menarik wanita ini dan mengajarinya cara membersihkan darah ketika haid. (HR. Bukhari 314 & Muslim 774)
Kasus ketiga, Aisyah pernah ditanya seseorang,
“Apakah Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah melihat Allah?”
Aisyah langsung mengatakan,
سُبْحَانَ اللهِ لَقَدْ قَف شَعْرِى لِمَا قُلْت
Subhanallah, merinding bulu romaku mendengar yang kamu ucapkan. (HR. Muslim 459)
An-Nawawi mengatakan,
أن سبحان الله في هذا الموضع وأمثاله يراد بها التعجب وكذا لااله إلا الله ومعنى التعجب هنا كيف يخفى مثل هذا الظاهر الذي لايحتاج الإنسان في فهمه إلى فكر وفي هذا جواز التسبيح عند التعجب من الشيء واستعظامه
Bahwa ucapan subhanallah dalam kondisi semacam ini maksudnya adalah keheranan. Demikian pula kalimat laa ilaaha illallah. Makna keheranan di sini, bagaimana mungkin sesuatu yang sangat jelas semacam ini tidak diketahui. Padahal seseorang bisa memahaminya tanpa harus serius memikirkannya. Dan dalam hadis ini terdapat dalil bolehnya membaca tasbih ketika keheranan terhadap sesuatu atau menganggap penting kasus tertentu. (Syarh Shahih Muslim, 4/14)
Kedua, Keheranan ketika ada sesuatu yang besar terjadi
Misalnya melihat kejadian yang luar biasa
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam terkadang tersentak bangun di malam hari, karena keheranan melihat sesuatu yang turun dari langit.
Dari Ummu Salamah Radhiyallahu ‘anha, bahwa pernah suatu malam, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam terbangun dari tidurnya.
سُبْحَانَ اللهِ مَاذَا أُنْزِلَ الليْلَةَ مِنَ الْفِتَنِ
“Subhanallah, betapa banyak fitnah yang turun di malam ini.” (HR. Bukhari 115).
Dalam kasus lain, beliau juga pernah merasa terheran ketika melihat ancaman besar dari langit. Terutama bagi orang yang memiliki utang,
Dari Muhammad bin Jahsy radhiallahu ‘anhu, “Suatu ketika, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melihat ke arah langit, kemudian beliau bersabda,
سُبْحَانَ اللهِ مَاذَا نُزلَ مِنَ التشْدِيدِ
“Subhanallah, betapa berat ancaman yang diturunkan ….”
Kemudian, keesokan harinya, hal itu saya tanyakan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, ‘Wahai Rasulullah, ancaman berat apakah yang diturunkan?’
Beliau menjawab,
وَالذِى نَفْسِى بِيَدِهِ لَوْ أَن رَجُلاً قُتِلَ فِى سَبِيلِ اللهِ ثُم أُحْيِىَ ثُم قُتِلَ ثُم أُحْيِىَ ثُم قُتِلَ وَعَلَيْهِ دَيْنٌ مَا دَخَلَ الْجَنةَ حَتى يُقْضَى عَنْهُ دَيْنُهُ
‘Demi Allah, yang jiwaku berada di tangan-Nya. Seandainya ada seseorang yang terbunuh di jalan Allah, lalu dia dihidupkan kembali, kemudian terbunuh lagi (di jalan Allah), lalu dia dihidupkan kembali, kemudian terbunuh lagi (di jalan Allah), sementara dia masih memiliki utang, dia tidak masuk surga sampai utangnya dilunasi.'” (HR. Nasa’i 4701 dan Ahmad 22493; dihasankan al-Albani).
Kata Ali Qori, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengucapkan subhanallah karena takjub (keheranan) melihat peristiwa besar yang turun dari langit. (Mirqah al-Mafatih, 5/1964).
Sumur: http://www.konsultasisyariah.com/kap...an-masyaallah/
http://deardwis.blogspot.com/2014/11...allah.html?m=1
Mohon maaf apabila terdapat kesalahan
Semoga bermanfaat


Wassalamualaikum

Jadi, Subhanallah atau Masya Allah?

Masya Allah
Masya Allah berarti “Allah telah berkehendak akan hal itu”
Quote:
Allah berfirman di surat al-Kahfi,
وَلَوْلا إِذْ دَخَلْتَ جَنتَكَ قُلْتَ مَا شَاءَ اللهُ لا قُوةَ إِلا بِاللهِ
“Mengapa kamu tidak mengatakan waktu kamu memasuki kebunmu “maasyaallaah, laa quwwata illaa billaah (sungguh atas kehendak Allah semua ini terwujud, tiada kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah).” (QS. al-Kahfi: 39)
Ayat ini dijadikan dalil sebagian ulama terkait kapan kita diajurkan mengucapkan masyaaAllah. Dalam ayat ini, orang mukmin menasehatkan kepada temannya pemilik kebun yang kafir, agar ketika masuk kebunnya dia mengucapkan, “maasyaallaah, laa quwwata illaa billaah”sehingga kebunnya tidak tertimpa hal yang tidak diinginkan
Ketika menjelaskan ayat ini, Imam Ibnu Utsaimin mengatakan,
وينبغي للإنسان إذا أعجبه شيء من ماله أن يقول: “ما شاء الله لا قوة إلا بالله” حتى يفوض الأمر إلى الله لا إلى حوله وقوته، وقد جاء في الأثر أن من قال ذلك في شيء يعجبه من ماله فإنه لن يرى فيه مكروهاً
Selayaknya bagi seseorang, ketika dia merasa kagum dengan hartanya, agar dia mengucapkan, “maasyaallaah, laa quwwata illaa billaah” sehingga dia kembalikan segala urusannya kepada Allah, bukan kepada kemampuannya. Dan terdapat riwayat, bahwa orang yang membaca itu ketika merasa heran dengan apa yang dimilikinya, maka dia tidak akan melihat sesuatu yang tidak dia sukai menimpa hartanya. (Tafsir Surat al-Kahfi, ayat: 39)
وَلَوْلا إِذْ دَخَلْتَ جَنتَكَ قُلْتَ مَا شَاءَ اللهُ لا قُوةَ إِلا بِاللهِ
“Mengapa kamu tidak mengatakan waktu kamu memasuki kebunmu “maasyaallaah, laa quwwata illaa billaah (sungguh atas kehendak Allah semua ini terwujud, tiada kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah).” (QS. al-Kahfi: 39)
Ayat ini dijadikan dalil sebagian ulama terkait kapan kita diajurkan mengucapkan masyaaAllah. Dalam ayat ini, orang mukmin menasehatkan kepada temannya pemilik kebun yang kafir, agar ketika masuk kebunnya dia mengucapkan, “maasyaallaah, laa quwwata illaa billaah”sehingga kebunnya tidak tertimpa hal yang tidak diinginkan
Ketika menjelaskan ayat ini, Imam Ibnu Utsaimin mengatakan,
وينبغي للإنسان إذا أعجبه شيء من ماله أن يقول: “ما شاء الله لا قوة إلا بالله” حتى يفوض الأمر إلى الله لا إلى حوله وقوته، وقد جاء في الأثر أن من قال ذلك في شيء يعجبه من ماله فإنه لن يرى فيه مكروهاً
Selayaknya bagi seseorang, ketika dia merasa kagum dengan hartanya, agar dia mengucapkan, “maasyaallaah, laa quwwata illaa billaah” sehingga dia kembalikan segala urusannya kepada Allah, bukan kepada kemampuannya. Dan terdapat riwayat, bahwa orang yang membaca itu ketika merasa heran dengan apa yang dimilikinya, maka dia tidak akan melihat sesuatu yang tidak dia sukai menimpa hartanya. (Tafsir Surat al-Kahfi, ayat: 39)
Subhanallah
Subhanallah berarti "Maha Suci Allah"
Terdapat beberapa keadaan, dimana kita dianjurkan mengucapkan subhanallah
Quote:
Pertama, ketika kita keheranan terhadap sikap.
Misalnya, terlalu bodoh, terlalu kaku, terlalu aneh, dan seterusnya.
Kasus pertama, Abu Hurairah pernah ketemu Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam kondisi junub. Lalu Abu Hurairah pergi mandi tanpa pamit. Setelah balik, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya, mengapa tadi dia pergi. Kata Abu Hurairah, “Aku junub, dan aku tidak suka duduk bersama anda dalam keadaan tidak suci.” Kemudian Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
سُبْحَانَ اللهِ إِن الْمُسْلِمَ لاَ يَنْجُسُ
Subhanallah, sesungguhnya muslim itu tidak najis. (HR. Bukhari 279)
Kasus kedua, ada seorang wanita yang datang kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam menanyakan bagaimana cara membersihkan bekas haid setelah suci. Beliau menyarankan, “Ambillah kapas yang diberi minyak wangi dan bersihkan.”
Wanita ini tetap bertanya, “Lalu bagaimana cara membersihkannya.”
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam merasa malu untuk menjawab dengan detail, sehingga beliau hanya mengatakan,
سُبْحَانَ اللهِ تَطَهرِى بِهَا
“Subhanallah.., ya kamu bersihkan pakai kapas itu.”
Aisyah paham maksud Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliaupun langsung menarik wanita ini dan mengajarinya cara membersihkan darah ketika haid. (HR. Bukhari 314 & Muslim 774)
Kasus ketiga, Aisyah pernah ditanya seseorang,
“Apakah Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah melihat Allah?”
Aisyah langsung mengatakan,
سُبْحَانَ اللهِ لَقَدْ قَف شَعْرِى لِمَا قُلْت
Subhanallah, merinding bulu romaku mendengar yang kamu ucapkan. (HR. Muslim 459)
An-Nawawi mengatakan,
أن سبحان الله في هذا الموضع وأمثاله يراد بها التعجب وكذا لااله إلا الله ومعنى التعجب هنا كيف يخفى مثل هذا الظاهر الذي لايحتاج الإنسان في فهمه إلى فكر وفي هذا جواز التسبيح عند التعجب من الشيء واستعظامه
Bahwa ucapan subhanallah dalam kondisi semacam ini maksudnya adalah keheranan. Demikian pula kalimat laa ilaaha illallah. Makna keheranan di sini, bagaimana mungkin sesuatu yang sangat jelas semacam ini tidak diketahui. Padahal seseorang bisa memahaminya tanpa harus serius memikirkannya. Dan dalam hadis ini terdapat dalil bolehnya membaca tasbih ketika keheranan terhadap sesuatu atau menganggap penting kasus tertentu. (Syarh Shahih Muslim, 4/14)
Kedua, Keheranan ketika ada sesuatu yang besar terjadi
Misalnya melihat kejadian yang luar biasa
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam terkadang tersentak bangun di malam hari, karena keheranan melihat sesuatu yang turun dari langit.
Dari Ummu Salamah Radhiyallahu ‘anha, bahwa pernah suatu malam, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam terbangun dari tidurnya.
سُبْحَانَ اللهِ مَاذَا أُنْزِلَ الليْلَةَ مِنَ الْفِتَنِ
“Subhanallah, betapa banyak fitnah yang turun di malam ini.” (HR. Bukhari 115).
Dalam kasus lain, beliau juga pernah merasa terheran ketika melihat ancaman besar dari langit. Terutama bagi orang yang memiliki utang,
Dari Muhammad bin Jahsy radhiallahu ‘anhu, “Suatu ketika, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melihat ke arah langit, kemudian beliau bersabda,
سُبْحَانَ اللهِ مَاذَا نُزلَ مِنَ التشْدِيدِ
“Subhanallah, betapa berat ancaman yang diturunkan ….”
Kemudian, keesokan harinya, hal itu saya tanyakan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, ‘Wahai Rasulullah, ancaman berat apakah yang diturunkan?’
Beliau menjawab,
وَالذِى نَفْسِى بِيَدِهِ لَوْ أَن رَجُلاً قُتِلَ فِى سَبِيلِ اللهِ ثُم أُحْيِىَ ثُم قُتِلَ ثُم أُحْيِىَ ثُم قُتِلَ وَعَلَيْهِ دَيْنٌ مَا دَخَلَ الْجَنةَ حَتى يُقْضَى عَنْهُ دَيْنُهُ
‘Demi Allah, yang jiwaku berada di tangan-Nya. Seandainya ada seseorang yang terbunuh di jalan Allah, lalu dia dihidupkan kembali, kemudian terbunuh lagi (di jalan Allah), lalu dia dihidupkan kembali, kemudian terbunuh lagi (di jalan Allah), sementara dia masih memiliki utang, dia tidak masuk surga sampai utangnya dilunasi.'” (HR. Nasa’i 4701 dan Ahmad 22493; dihasankan al-Albani).
Kata Ali Qori, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengucapkan subhanallah karena takjub (keheranan) melihat peristiwa besar yang turun dari langit. (Mirqah al-Mafatih, 5/1964).
Spoiler for Kesimpulan:

Sumur: http://www.konsultasisyariah.com/kap...an-masyaallah/
http://deardwis.blogspot.com/2014/11...allah.html?m=1
Mohon maaf apabila terdapat kesalahan
Semoga bermanfaat




Wassalamualaikum

Diubah oleh vannyfadhila 10-07-2015 09:01
0
6.7K
Kutip
77
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan