Liputan6.com, Jakarta - Tegar, kuat, dan galak. Kesan pertama yang tampak pada sosok Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama. Namun ternyata, pria yang akrab disapa Ahok ini pernah diserang stres. Wajar saja, dia kini memimpin Ibukota.

Ahok juga tidak mengerti apa yang dialaminya itu merupakan bentuk stres atau hanya kebencian akan suatu keadaan. Dia tidak mau menyampaikan hal ini di hadapan alumni AUSCI di Balai Agung, Balai Kota Jakarta.

Pada acara itu, dia bercerita tentang peristiwa yang dialaminya saat masih di Belitung Timur. Sebagai kaum minoritas karena berasal dari etnis Tionghoa dan nonmuslim, diskriminasi kerap dialaminya.

"Saat di Belitung saya dibedakan karena ras. Dia kafir dan segala macam. Padahal saya datang untuk membantu mereka," tutur Ahok, Selasa (23/6/2015).

Sepulang dari wilayah itu, dia pun termenung. Tempat curhat paling mujarab bagi Ahok adalah Tuhan. Saat itu juga dia meminta petunjuk.

"Paginya saya pulang, saya curhat sama Tuhan. Ini gimana caranya? Tunjukkan jalan-Mu, saya bilang," tutur Ahok.

Tidak ada orang yang tahu soal permasalahan dan curhatan itu. Mantan politisi Golkar dan Gerindra tersebut sadar, dia memang kaum minoritas karena Kristiani dan China.

Peristiwa serupa ternyata kembali terjadi ketika dia di Jakarta.

"Ini terjadi lagi di Jakarta. Orang bilang, eh China mau ngapain lu ngurusin kita. Tapi, saya enggak peduli, mati, mati saja sekalian," tukas Ahok.

Terus dipojokkan, mantan Bupati Belitung Timur itu kembali termenung. Sang istri Veronica Tan rupanya tahu kalau dia sedang stres. Tapi, Ahok tak pernah mau mengakuinya.

"Saya enggak tahu yang seperti itu saya stres atau tidak. Kalau istri saya tahu, dia tanya kamu lagi stres ya? Enggak, saya bilang. Ah, enggak usah bohong," tutup Ahok sambil tertawa. (Bob/Ans)