Kaskus

Entertainment

act.idAvatar border
TS
act.id
Mengaudit Indonesia
Mengaudit Indonesia

Beberapa hari lalu saya dengar selentingan bakal hadir belasan jenderal, delapan menteri Kabinet Kerja di bawah koordinasi Menkopolhukham, di Aceh. Mereka, sebagaimana terhadap Muslim Rohingya, dalam sorotan dunia internasional. Karena rakyat, mereka hadir: rakyat melarat terlarat-larat dari Myanmar yang dicabut paksa dari akar negerinya; pun karena rakyat Aceh yang spontan menolong melayani tetamu sebagai wujud adab luhur dan kuatnya kemanusiaannya.

Fenomena rakyat Aceh, menjadi stimulan penting sehingga para pemegang mandat rakyat itu kian tanggap melayani. Tak hanya melayani keharusan moral rakyat, pun, melayani gairah kemanusiaan global. Pemerintah berbagai bangsa adu humanis merespon Muslim Rohingya yang kini memasuki pekan ketiga sejak mereka dalam rombongan besar eksodus Myanmar (dan pencari kerja dari Bangladesh).

Ketika ada arus besar manusia bergerak dan memasuki negeri yang berbeda, ‎membawa masalah hidup dan matinya, dunia tersengat. Sikap otoritas kekuasaan manapun yang menyikapinya, bahkan tidak menyikapinya, merepresentasikan 'kadar kemanusiaan' negeri atau bangsa itu. Jika ia entitas organisasi bangsa-bangsa, sikap itu juga menunjukkan kadar kemanusiaan organisasi ini. Dunia sedang mengaudit sikap dan kebijakan Indonesia. Sedikitnya ada tiga ranah sikap yang terlihat: pernyataan, kunjungan, dan langkah konkret mengulurkan bantuan. Pada ketiganya, dunia akan mengauditnya.

Pertama, audit komunikasi. Apakah sikap berupa pernyataan verbal ini dilandasi kepentingan pragmatis sepihak‎ atau kemanusiaan global. Seberapa luas dimensi sikap itu: berjangka panjang dan visioner atau tidak. Basa-basi atau tulus. Semua komunikasi itu menunjukkan kualitas kenegarawanan penyampainya. Apakah statemen itu berpengaruh besar dalam makna kebermanfaatannya, atau sebaliknya: melawan akal sehat, melawan nurani kemanusiaan. Hari-hari ini pendulum nilai komunikasinya mengayun ke kutub positif. Rakyat Indonesia leluasa menolong bangsa lain yang sudah bersusah-payah menyelamatkan diri. Kita - rakyat dan pemerintah Indonesia - tidak akan pernah menambah derita mereka dengan menelantarkannya kembali ke lautan.

Kedua, audit ‎kehadiran atau kunjungan. Ada dua sisi kunjungan: elemen asing berkunjung ke Indonesia dan seperti apa kita menyikapinya; dan pemerintah pusat hadir di tengah masyarakat, se-strategis, se-efisien, dan se-efektif apa para pejabat tinggi negara hadir di Aceh, dan dengan itu mempengaruhi suasana kebatinan dunia atas Myanmar dan Muslim Rohingya. Untuk kehadiran elemen asing di Indonesia, tak elok kita kalah perbawa berkemanusiaan, mengedepankan diri sebagai bangsa besar, tegar menyambut representasi pemerintahan berbagai negara sebagaimana tegar melayani Rohingya. Kita bangga, jika Indonesia tidak menyerahkan urusan Muslim Rohingya begitu saja untuk ditangani pihak-pihak asing. Jangankan yang 'cuma' 1.800 jiwa di Aceh, dan beberapa puluh atau ratus lainnya di luar Aceh (misalnya di Rumah Detensi Imigrasi di Medan, di Makassar, di Tanjungpinang, atau di mana saja), sedangkan yang berdiaspora di berbagai negara saja akan diadvokasi melalui forum-forum internasional. Itu harapan masyarakat sipil Indonesia, terutama masyarakat muslim yang disadarkan panggilan nurani dan agamanya untuk menolong sesama manusia.

Ketiga, audit dana kemanusiaan. Sekian hari ini, ramai orang di negeri ini wabil khusus yang ada di Aceh, pelaksana 'hajatan kemanusiaan' dengan tamu hampir 2,000 jiwa Muslim Rohingya, mendengar banyak pihak menitipkan bantuannya ke Kementerian Luar Negeri. Sudah lewat separuh bulan, nampak begitu dahyat animo publik menunjukkan empati dan simpati‎ atas Rohingya. Termasuk publik mancanegara. Melalui lembaga ACT saja, donor publik tercatat dikirimkan dari 15 negara; termasuk amanah dari lembaga swadaya masyarakat mancanegara. Setiap sen penerimaan, tak sekadar dicatat dan diumumkan kelak, minimal aktivasinya segera dipublikasikan. Semua berupaya berjalan transparan.

Sebagai wujud konkretnya, ACT tak menunda-nunda untuk membangun shelter atau hunian sementara terpadu, yang lebih nyaman dari apa yang saat ini secara darurat menjadi penampungan para Rohingyan pencari suaka‎ itu. Meski berhadapan dengan sejumlah kendala, seratusan tukang yang sudah biasa berkolaborasi di berbagai tempat mengkonstruksi kamp pengungsi korban bencana alam dan sosial tetap dihadirkan ke Aceh mengimbangi besarnya animo dunia terhadap Rohingya.

Pemerintah Kabupaten Aceh Utara, responsif-kolaboratif dalam menangani Rohingya di wilayahnya. Tanah disiapkan, koordinasi diperkuat untuk dukungan pemercepat pembangunan integrated community shelter/ICS, hunian layak untuk Rohingya. Tukang-tukang dari Tasikmalaya, Yogyakarta, Banjarnegara, Padang, dan warga Aceh sendiri, bersatu berburu waktu agar saat Ramadhan, ada bangunan lebih layak sebagai tempat berteduh mereka, dan melakoni ibadah terutama puasa dan shalat tarawih lebih khusyuk.

Pada ketiga aras auditasi ini: komunikasi, kehadiran/kunjungan, dan finansial/dana kemanusiaan, bukan sekadar menekankan aspek 'transparansi' semata. Ada dimensi waktu, seberapa cepat mewujudkan hal-hal yang menyelamatkan ini terwujud. Masyarakat sipil Indonesia sangat ingin melihat pemerintah Indonesia tampil membanggakan dalam ujian kemanusiaan menangani Rohingya. ACT tidak ada apa-apanya dibanding kuasa dan jaringan diplomasi sebuah pemerintahan formal, terlebih pemerintah Indonesia.

Melalui kolom ini, semoga tak dipandang lancang, perkenankan kami mewakili seluruh donor society ACT, baik masyarakat Indonesia maupun mancanegara, menitipkan harapan: Indonesia tampil powerfull menolong Rohingya di sini (Indonesia) maupun yang telanjur lari dari nestapa di Myanmar‎. Kalau benar, Myanmar 'saudara sekawasan', dan Indonesia cukup besar dan berpengaruh, Ramadhan penuh berkah ini menjadi penanda berhentinya penzaliman atas Rohingya. Maka, hadirnya banyak petinggi di Aceh terutama dalam membahas soal Rohingya, benar-benar bermakna kemanusiaan tinggi.

Kebaikan nyata di Aceh atas Rohingya, menjadi prestasi tinggi kemanusiaan Indonesia di mata dunia, bukan saja menyelamatkan Rohingya tapi juga umat manusia termasuk bangsa Indonesia. Selamat mempersembahkan kebijakan terbaik, semoga dalam audit kemanusiaan Indonesia, kita bisa memenangkan nurani kita semua. (Ahyudin)
0
1.2K
11
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan