Jakarta - Pernikahan Gibran-Selvi memiliki arti penting bagi masyarakat Jawa. Semua prosesi yang dijalani keluarga Presiden Joko Widodo (Jokowi) dengan sang besan kental dengan adat Jawa. Walhasil acara Jokowi mantu jadi momen mengenalkan budaya Jawa kepada masyarakat luas.

Hal itu dikatakan oleh sejarawan sekaligus pemerhati budaya Solo Heri Priyatmoko saat berbincang dengan detikcom, Senin (8/6/2015) malam. "Ini (Jokowi mantu) momentum bagus untuk mempopulerkan kembali warisan budaya nenek moyang," kata Heri.

Menurut Heri hampir semua prosesi pernikahan Gibran menggunakan adat Jawa. Seperti pemasangan bleketepe, siraman, midodareni, dan panggih. Bahkan semua prosesi itu digelar di rumah mempelai wanita, bukan di gedung.

"Semua prosesi (Jokowi mantu) dilakukan di rumah, bukan di gedung yang mencontoh budaya barat," kata Heri yang alumnus Pasca Sarjana Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta itu.

Selasa (9/6/2015) sore nanti keluarga mempelai wanita melakukan pemasangan bleketepe di rumah kontrakannya di Sumber, Banjarsari, Solo, Jawa Tengah. Rabu besok prosesi dilanjutkan dengan acar siraman, dan midodareni.

Kemarin Presiden Jokowi meminta restu dari masyarakat Indonesia agar semua prosesi pernikahan Gibran dengan Selvi berjalan lancar.

"Dengan tulus saya mohon doa restu seluruh rakyat Indonesia. Supaya Gibran dan Selvi dapat bahagia sampai jadi kakek-kakek dan nenek-nenek," kata Jokowi usai santap siang di Rumah Makan Padang Medan Baru, Sunter, Jakarta Utara, Senin (8/6/2015).
(erd/try)