Kaskus

Entertainment

act.idAvatar border
TS
act.id
Husein, Pengungsi Rohingya: Apa Jadinya Jika Kami Tak Ditolong
Husein, Pengungsi Rohingya: Apa Jadinya Jika Kami Tak Ditolong

ACEH UTARA – “Kami tidak mau kemana-mana lagi, kalau bisa kami ingin hidup dan menetap di Aceh, matipun mau di Aceh, setidak-tidaknya masih ada muslim yang bisa mengurusi kubur kami disini,”tutur Husein (29), pengungsi etnis muslim Rohingnya, mencurahkan keinginannnya kepada tim ACTNews, saat berbincang di kamp pengungsi Kuala Cangkoi, Lapang, Aceh Timur, Jum'at (5/6).

Husein adalah salah seorang pengungsi Rohingya yang bisa berbahasa Melayu. “Dulu saya datang ke Malaysia untuk bekerja pada tahun 2008, di Malaysia alhamdulillah saya bisa hidup bebas. Tapi hati saya tidak senang dan tidak tenang, karena keluarga masih di Myanmar, kemudian saya pulang karena mau bawa keluarga keluar dari Myanmar,”kenangnya.

Begitu menderitanya Husein dan para pengungsi Rohingnya lainnnya yang saat ini terdampar di Kuala Cangkoi. Husein bersama 600 pengungsi lainnnya mensesaki satu perahu, terkatung-katung selama hampir 3 bulan (2 bulan 20 hari).

Selama itu mereka kelaparan, perbekalan makanan yang dibawa dari Myanmar sudah habis sebelum satu bulan. “Kami bawa perbekalan roti, beras, air dan yang lainnnya saat berangkat, namun di perjalanan perbekalan itu tidak cukup, selama beberapa minggu kami kelaparan di lautan,”ujarnya. Selama kehabisan makanan Ia dan para pengungsi Rohingya lainnnya hanya bisa minum air hujan dan air laut.

Husein mengungkapkan sebanyak 13 orang di perahu yang ditumpanginya meninggal dunia, karena kelaparan dan sakit. Yang menurutnya masih banyak orang yang meninggal dikapal lainnnya yang belum terdata.

Husein dan rombongan satu kapal pengungsi Rohingya, juga sempat dihadang tentara Thailand dengan persenjataan lengkap di perairan (laut) Thailand.

“Kami keluar dari Myanmar karena ingin hidup, tujuan kami ingin ke Malaysia, tapi tak sampai ke sana,”imbuhnya.

Husein merasa bersyukur dirinya bersama ratusan pengungsi lainnnya ditolong warga Aceh. Ia berpikir apa jadinya jika di Aceh kapalnya tidak diperkenankan merapat? Nasibnya akan berbeda tidak seperti saat ini. Mungkin secara perlahan mereka banyak yang tewas. Bahkan menurut Husein saat ini masih ada pengungsi Rohingya yang terdampar di lautan.

“Kasih sayang orang Aceh lebih besar, alhamdulillah kami bisa datang kesini. Saya pikir di dunia ini sudah tidak ada yang peduli terhadap kami, ternyata masih ada muslim disini (aceh) yang masih peduli. Kami senang disini. Disini 24 jam obat ada, roti, kain, pakaian dan yang lainnnya. Kami berharap bisa hidup di Aceh, dan bisa bantu keluarga yang ada di sana untuk hidup disini,”paparnya penuh pengharapan.

Di Aceh dirinya bersama etnis muslim Rohingya lainnnya bisa bebas menjalankan ibadah shalat 5 waktu bisa baca Al-qur’an kapan saja dan dimana saja, yang hal itu tidak ditemukan di Myanmar. Husein mengaku berangkat dari Myanmar hanya berbekal satu pakaian dan satu sarung saja. Ia bersyukur selama di pengungsian diberikan banyak pakaian, dan diberi makan 3 kali dalam sehari.

Saat ini Husein masih bersedih memikirkan saudaranya yang terkatung-katung di lautan dan yang masih ada di Myanmar. Menurutnya tidak hanya etnis muslim Rohingya saja yang hidupnya tidak aman. “Etnis Burma yang muslim pun, saat ini hidupnya tidak aman di Myanmar, Pemerintah Myanmar sewenang-wenang menangkap muslim Burma. Muslim di sana tidak aman, kapan saja bisa di tangkap, dunia tau itu tapi tak mau peduli,”keluhnya. (mhjr)

Sumber

Ayo Berpartisipasi

Express Donation


0
1.5K
9
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan