Quote:
Jakarta - Sejarawan Asvi Warman Adam menyebut bahwa Presiden Sukarno dilahirkan di Surabaya, Jawa Timur. Dia meyakini itu berdasarkan sejumlah buku biografi tentang Bung Karno. Tak hanya buku biografi, tempat lahir Sukarno pun masih bisa ditemui hingga saat ini, yakni di Jalan Pandean IV Nomor 40, Kelurahan Peneleh, Kecamatan Genteng, Surabaya, Jawa Timur.
"(Sukarno) lahir di Surabaya, tempatnya masih bisa dilacak," kata Asvi saat berbincang dengan detikcom, Kamis (4/6/2015). Di dalam buku, 'Sukarno Penjambung Lidah Rakjat', Bung Karno juga menyebut dilahirkan di Surabaya.
Lalu mengapa di buku-buku pelajaran dan sejumlah literatur menyebut Sukarno lahir di Blitar?
Asvi mengaku tak kaget ketika ada yang menyebut Presiden Sukarno dilahirkan di Blitar. Pasalnya
selain di buku pelajaran sekolah, di Museum Kebangkitan Nasional yang juga menjadi rujukan juga pernah menulis Sukarno lahir di Blitar.
Pada 2012 dia melihat di salah satu ruangan di Museum Kebangkitan Nasional ada foto Sukarno dengan keterangan dilahirkan di Blitar. Dia pun sempat menemui kepala Museum Kebangkitan Nasional untuk menanyakan kesalahan tersebut.
"Ini (keterangan lahir Sukarno) salah, kenapa ini salah?, Lalu kepala museum waktu itu menjawab hanya melaksanakan tugas dan berjanji akan menindaklanjuti," cerita Asvi.
Sejak saat itu hingga kini, Asvi belum ke Museum Kebangkitan Nasional lagi. "Di situ jelas (salah), dan dan itu sudah bertahun-tahun. Saya tidak kaget juga kalau ada orang yang berpidato menyebut Sukarno lahir di Blitar," kata Asvi.
Menurut Asvi keterangan soal tempat lahir Sukarno harus segera diluruskan supaya kesalahan itu tidak cepat meluas. Polemik soal dua versi tempat lahir Sukarno muncul setelah Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyampaikan pidato dalam peringatan hari lahir pancasila di alun-alun Kota Blitar pada Senin, 1 Juni 2015 lalu.
"Setiap kali saya berada di Blitar, kota kelahiran Proklamator kita, Bapak Bangsa kita, Bung Karno, hati saya selalu bergetar," kata Jokowi saat itu.
narsum
Kenapa tidak pernah ditindaklanjuti ?
Kenapa membiarkan kekeliruan selama berpuluh puluh tahun ?
Siapa yang salah ?
Apa keturunan Sukarno yang tidak pernah meluruskan ?
Atau rezim orba sengaja membuat sejarah agar seperti itu saja ?