Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

stungun.murahAvatar border
TS
stungun.murah
Generasi Zombie!
Baru-baru ini, saya dikasih tayangan video yang betul-betul membuat geram! Di situ, terdapat rekaman dari kamara CCTV di jalan yang merekam gambar seorang anak kecil yang dilindas mobil. Setelah itu, orang yang melindas, mudur dan melindasnya lagi. Lebih parahnya, sekitar 9 orang yang lewat tidak peduli. Hingga akhirnya, ada seseorang yang menolong anak kecil itu. Tetapi, saat ditolong, anak kecil itu kelihatan sudah lemas. Dan konon menurut berita, orang yang menabrak dihukum berat termasuk pula orang-orang yang melewati anak itu begitu saja, mereka pun dihukum. Rasanya, sebuah keadilan sedang ditegakkan. Di sisi lain, orang-orang pun jadi belajar bahwa ketidakpedulian kita sebenarnya juga sebuah kejahatan.

Tiba-tiba, saya jadi teringat pula sebuah kisah yang saya ceritakan dalam CD Audio saya “Social Intelligence” yang diterbitkan tahun 2009 lalu. Disitu saya berkisah tentang suatu kejadian tragis yang terjadi di Jerman. Ada seorang yang mengalami kecelakaan di dekat perempatan lampu merah. Cukup banyak orang menyaksikan apa yang terjadi. Si orang yang malang ini bercerita kembali apa yang dialaminya, “Ada begitu banyak mata yang memandang saya namun hanya memalingkan mukanya. Hingga kurang lebih 15 menit berlalu dan saya dibiarkan sendirian. Baru setelah itu, ada seorang mau datang membantu, tetapi pengendara mobil itu pun, hanya membantu dengan menelpon polisi lalu berlalu dari saya begitu saja.”

Begitu Parahkah Kepedulian Kita?
Kita semua memang berada di era yang makin sibuk. Setiap orang makin sibuk dengan urusannya masing-masing. Ada suatu penelitian yang mengatakan bahwa jumlah waktu untuk telepon, makan serta interaksi face to face berbanding lurus dengan tingkat kepadatan suatu kota. Semakin sibuk, semakin kita tidak punya waktu untuk berurusan dengan orang lain. Seakan-akan, dimana-mana kita mengibarkan bendera “PLEASE, JANGAN GANGGU. AKU LAGI SIBUK!”. Dan akibatnya, orang pun lebih sibuk dengan urusannya masing-masing dan sama sekali tidak peduli dengan urusannya orang lain.

Lebih parahnya adalah tatkala ketidakpedulian kita dengan urusan orang lain, berlanjut dengan ketidakpedulian kita dengan kesulitan dan masalah orang lain. Seakan-akan, muncul pemikiran, “Urusanmu adalah urusanmu. Masalah dan kesulitanmu juga urusanmu, bukan urusanku!”. Jika saja setiap anggota masyarakat dihinggapi penyakit semacam ini, kita bisa rasakan bahwa kita tengah hidup di dalam masyarakat yang menakutkan. Suatu masyarakat yang mewanti-wanti kita, “Hati-hati, kalau kamu punya masalah. Nggak akan ada yang peduli padamu!”. Dan lebih buruknya lagi, ketika kita sendiri pun merespon dengan pemikiran yang sama, “Kalau nggak ada yang peduli dengan saya saat kesulitan. Ngapain saya peduli dengan orang lain?”

Bagaimana Melatih Kepedulian?
Melihat fakta betapa tergerusnya rasa kepedulian saat ini, seyogyanya kita mulai harus peduli. Kita tidak mengharapkan anak cucu kita yang makin a-sosial, yang sama sekali nggak peduli dengan orang-orang di sekitarnya.

Itulah sebabnya, melalui pembelajaran Kecerdasan Emosional (EQ), sikap peduli ataupun empati, sebenarnya bisa kita latihkan. Sikap ini sebenarnya bisa ditanamkan sejak kecil atau melalui pembelajaran di sekolah.

Pertama, orang tua mulai mengajari anak peduli. Dimulai dengan mengajari anak yang memberikan uang langsung kepada pengemis yang tua renta dengan mengajarkan rasa belas kasihan. Mengajaknya mengunjungi keluarga yang sakit ataupun mengunjungi tempat-tempat panti asuhan ataupun orang-orang cacat. Sambil mengunjungi, si orang tua dapat mengajari anaknya soal empati.

Di sisi lain, para guru pun bersama sekolah bisa melakukan inisitaitif yang sama. Jadi, bukan melulu mengunjungi museum, Ancol, Taman Buah (tapi inilah biasanya jadi tempat kunjungan sekolahnya anak-anak saya). Sementara itu, para guru pun bisa belajar menceritakan kisah ala “Chicken Soup” untuk menggugah perasaan empati anak didiknya. Plus, mengajak anak didiknya menonton film ataupun tayangan yang melatih anak lebih berempati dengan kondisi dan situasi yang ada.

Sungguh, kalu kita ingin generasi penerus kita tidak menjadi “generasi zombie” di masa depannya. Kita harus memulainya diri sekarang!
Diubah oleh stungun.murah 05-06-2015 21:19
0
4.3K
26
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan