
Spoiler for HT 27 Mei 2015:

HT ane yang ketiga

sekali lagi terimakasih buat semua pihak yg udah bantu trit ini jadi HT,,
keep ngaskus gan

Spoiler for no repost:

Quote:
Selamat datang di thread ane yg panjang dan membosankan ini gan 
semoga bisa menambah wawasan agan-aganwati semua.
Kalo threadnya bagus, jangan lupa ya gan!


semoga bisa menambah wawasan agan-aganwati semua.
Kalo threadnya bagus, jangan lupa ya gan!
Spoiler for jangan lupa:

Quote:
Preview
Ada banyak hal yang terlintas di pikiran kita saat mengingat kemerdekaan Indonesia. Namun satu hal yang tidak bisa dilupakan adalah mengingat sosok Soekarno atau Bung Karno, presiden pertama Republik Indonesia. Jutaan warga negeri ini terkagum-kagum pada sosok pemimpin yang punya banyak kelebihan itu. Ia memainkan peranan penting dalam memerdekakan bangsa Indonesia dari penjajahan Belanda. Selain itu Soekarno juga adalah yang pertama kali mencetuskan konsep mengenai Pancasila. Bung Karno adalah pemimpin terkemuka gerakan nasionalis Indonesia. Dikenal sebagai orator ulung, dan sejak muda ia memperjuangkan hak-hak bangsa Indonesia melalui Partai Nasional Indonesia yang didirikannya pada 1927.

Namun bukan hingar-bingar politik yang akan dibahas pada kesempatan kali ini, tapi sisi lain dari kehidupan Sukarno yang mungkin sebagian orang belum ketahui. Sebagian besar masyarakat Indonesia sudah mengenal putra-putri Bung Karno dari istrinya Fatmawati yang memang juga ikut berkecimpung di dunia politik. Namun bagaimana dengan orangtua Soekarno, atau bahkan kakek nenek beliau? Bagaimana pula kelanjutan keturunan-keturunan beliau yang mewarisi darah pendiri bangsa ini?
Ada banyak hal yang terlintas di pikiran kita saat mengingat kemerdekaan Indonesia. Namun satu hal yang tidak bisa dilupakan adalah mengingat sosok Soekarno atau Bung Karno, presiden pertama Republik Indonesia. Jutaan warga negeri ini terkagum-kagum pada sosok pemimpin yang punya banyak kelebihan itu. Ia memainkan peranan penting dalam memerdekakan bangsa Indonesia dari penjajahan Belanda. Selain itu Soekarno juga adalah yang pertama kali mencetuskan konsep mengenai Pancasila. Bung Karno adalah pemimpin terkemuka gerakan nasionalis Indonesia. Dikenal sebagai orator ulung, dan sejak muda ia memperjuangkan hak-hak bangsa Indonesia melalui Partai Nasional Indonesia yang didirikannya pada 1927.

Namun bukan hingar-bingar politik yang akan dibahas pada kesempatan kali ini, tapi sisi lain dari kehidupan Sukarno yang mungkin sebagian orang belum ketahui. Sebagian besar masyarakat Indonesia sudah mengenal putra-putri Bung Karno dari istrinya Fatmawati yang memang juga ikut berkecimpung di dunia politik. Namun bagaimana dengan orangtua Soekarno, atau bahkan kakek nenek beliau? Bagaimana pula kelanjutan keturunan-keturunan beliau yang mewarisi darah pendiri bangsa ini?
Spoiler for Generasi Pertama (Kakek Nenek):
Quote:
Kakek dan Nenek dari pihak ayah Soekarno
Raden Hardjokromo-
Karena keterbatasan sumber, tidak banyak yang diketahui tentang kakek Soekarno ini. Soekarno pernah menghabiskan masa kecilnya di kediaman sang kakek di Tulung Agung, Jawa Timur. Soekarno bersekolah pertama kali di Tulung Agung sebelum akhirnya ia pindah ke Mojokerto. Raden Hardjokusumo mempunyai anak bernama Raden Soekemi Sosrodihardjo (Ayah Soekarno).
Foto: not available
Raden Hardjokromo-
Karena keterbatasan sumber, tidak banyak yang diketahui tentang kakek Soekarno ini. Soekarno pernah menghabiskan masa kecilnya di kediaman sang kakek di Tulung Agung, Jawa Timur. Soekarno bersekolah pertama kali di Tulung Agung sebelum akhirnya ia pindah ke Mojokerto. Raden Hardjokusumo mempunyai anak bernama Raden Soekemi Sosrodihardjo (Ayah Soekarno).
Foto: not available
Quote:
Kakek dan Nenek dari pihak Ibu Soekarno
Nyoman Pasek-Ni Made Liran
Mungkin banyak yang belum tau bahwa Ibunda Soekarno adalah seorang gadis Bali tulen bernama Nyomban Srimben. Nyoman pasek dan Ni Made Liran adalah orangtua dari Nyoman Srimben.
Ketika anak gadisnya menghaturkan cerita tentang pemuda pilihan hatinya, I Nyoman Pasek tentunya menolak karena Soekemi sendiri beragama Islam, dan Nyoman Pasek menghendaki Srimben menikah saja dengan pemuda dari banjar-nya sendiri ketimbang pemuda yang berasal dari Jawa. Soekemi tetap berani melamar menikah pada ayah Srimben. Namun Nyoman Pasek secara halus menolak. Kisah selanjutnya tentang kedua orangtua Soekarno akan dibahas di bawah.
Lagi-lagi karena keterbatasan tulisan sejarah tidak banyak pula yang diketahui tentang pasangan kakek nenek ini. Yang jelas adalah kakek nenek Soekarno berasal dari kota Singaraja, sebuah kota kecil di pesisir utara pulau Bali, tepatnya di Banjar Baleagung Kelurahan Paket Agung Kecamatan Buleleng.
Foto kakek nenek: not available
Nyoman Pasek-Ni Made Liran
Mungkin banyak yang belum tau bahwa Ibunda Soekarno adalah seorang gadis Bali tulen bernama Nyomban Srimben. Nyoman pasek dan Ni Made Liran adalah orangtua dari Nyoman Srimben.
Ketika anak gadisnya menghaturkan cerita tentang pemuda pilihan hatinya, I Nyoman Pasek tentunya menolak karena Soekemi sendiri beragama Islam, dan Nyoman Pasek menghendaki Srimben menikah saja dengan pemuda dari banjar-nya sendiri ketimbang pemuda yang berasal dari Jawa. Soekemi tetap berani melamar menikah pada ayah Srimben. Namun Nyoman Pasek secara halus menolak. Kisah selanjutnya tentang kedua orangtua Soekarno akan dibahas di bawah.
Lagi-lagi karena keterbatasan tulisan sejarah tidak banyak pula yang diketahui tentang pasangan kakek nenek ini. Yang jelas adalah kakek nenek Soekarno berasal dari kota Singaraja, sebuah kota kecil di pesisir utara pulau Bali, tepatnya di Banjar Baleagung Kelurahan Paket Agung Kecamatan Buleleng.
Foto kakek nenek: not available
Sedikit oot, Singaraja memang kurang dikenal dibanding Denpasar, Kuta, Ubud dan daerah-daerah Bali lain yang menjadi destinasi wisata. Kalau agan penasaran dengan kota Singaraja, agan bisa kunjungi thread ini Berwisata ke Singaraja
Spoiler for Generasi Kedua (Orang Tua):
Quote:
Ayah Soekarno: Raden Soekemi Sosrodihardjo
Raden Soekemi Sosrodihardjo adalah seorang guru di Surabaya dan ayah dari Soekarno. Ia diangkat sebagai guru pada bulan Agustus 1898 di Surabaya. Sebelum pindah ke Surabaya, Soekemi sempat menjadi guru di sekolah rakyat (setingkat SD)di Banjar Paketan, Liligundi, kota Singaraja. Kota yang mempertemukannya dengan Ni Nyoman Srimben.
Setelah mengajar Sukemi senang sekali berjalan-jalan mengelilingi desa dan melihat kehidupan sosial masyarakat. Satu hal yang diperhatikan Soekemi adalah budaya Bali yang amat marak itu, diantaranya adalah tarian sakral bernama Tari Rejang yang diselenggarakan setiap penyelenggaraan upacara-upacara suci. Tarian ini ditarikan khusus perempuan dengan gerakan amat halus, tarian ini bisa amat indahnya bila dilatari bulan purnama dan malam bersih penuh bintang.
Suatu ketika, Soekemi terpesona dengan seorang perempuan cantik penari tari rejang. Di saat ada kesempatan dimana Soekemi melempar bunga, dan lemparan bunga itu mengenai penari cantik dengan mata bulat bulan itu. Ni Nyoman Srimben, ia penari yang amat cantik dengan bibir yang tebal manis, dan alis mata yang amat hitam, tersenyum pada Soekemi, saat itulah cinta pertama jatuh pada dua hati anak manusia.

Spoiler for Soekemi:

Singkat cerita, di masa tuanya, sempat pada suatu masa Soekemi pergi ke Jakarta dan ternyata itu merupakan perjalanan yang terakhir dari Soekemi. Pada saat itu ia diminta datang ke Jakarta oleh putranya Soekarno untuk melihat kelahiran cucunya yang pertama Guntur. Saat berjalan-jalan menghirup hangatnya udara Jakarta, Soekemi terjatuh dan sakit keras sampai meninggal pada tanggal 18 Mei 1945.
Quote:
Ibu Soekarno: Ida Ayu Nyoman Rai (Ni Nyoman Srimben)
Ida Ayu Nyoman Rai lahir sekitar tahun 1881 sebagai anak kedua dari pasangan Nyoman Pasek dan Ni Made Liran. Nama kecil Ida Ayu adalah Ni Nyoman Srimben. Mengenai pertemuan dengan Soekemi, versi lain menyebutkan bahwa Srimben dikenalkan kepada Soekemi melalui perantara sahabatnya yang bernama Made Lastri.
Seperti yang telah kita ketahui sebelumnya, hubungan kedua insan ini tidak disetujui. Akhirnya dipilih suatu sikap yang berani, yaitu: Ngarorod atau kimpoi lari. Penyelesaian masalah ini adalah di Pengadilan setempat. Di Pengadilan tampaknya cinta dua anak manusia ini tak bisa dipisahkan, akhirnya semua orang yang menyaksikan rela dengan ikhlas menyatukan dua perbedaan ini karena keberanian dan pertanggungjawaban Soekemi serta Srimben dalam menjalankan cintanya, Soekemi hanya dimintai denda atas tindakannya melakukan Ngarorod, dan keluarga Srimben menyetujui Soekemi menikah dengan Ni Nyoman Srimben. Pasangan ini menikah pada tanggal 15 Juni 1897.
Spoiler for Nyoman Srimben dan Soekemi:

Kemudian di Surabaya pada tanggal 6 Juni 1901, Nyoman Srimben melahirkan Soekarno di sebuah rumah di sekitar Makam Belanda kampong Pandean III Surabaya. Karena faktor kesehatan, Nyoman Srimben sempat berpisah dengan Soekarno kecil untuk dirawat dan diasuh oleh mertuanya di Tulung Agung, sedangkan ia dan suaminya tinggal di Jombang. Soekarno ia asuh kembali ketika Soekemi pindah ke Mojokerto. Namun Srimben kembali harus terpisah dari putra kesayangannya ketika ia harus mengikuti suaminya ke Blitar sedangkan Soekarno melanjutkan sekolah di Surabaya. Akhirnya Soekarno ia titipkan di rumah HOS Cokroaminoto.
Spoiler for Soekarno dan Ibu:

Spoiler for Generasi Ketiga (Saudara dan Istri):
Quote:
Saudara: Raden Soekarmini
Raden Soekarmini (lahir di Bali pada 29 Maret 1898) adalah putri pertama dari pasangan R. Soekemi Sosrodihardjo dan Ida Ayu Nyoman Rai. Setelah itu Soekarmini di bawa pindah ke Surabaya mengikuti kepindahan bapaknya yang dipindahtugas ke Jawa Timur. Soekarmini kelak dikenal sebagai Bu Wardoyo. Soekarmini menikah di Mojokerto dan punya beberapa anak. Setelah pisah dengan suaminya, ia menetap dengan ibunya Ida Ayu Nyoman Rai.
Spoiler for Soekarmini:

Quote:
Istri
Soekarno identik beristrikan seorang ibu Fatmawati. Namun ternyata selain Fatmawati, Soekarno pernah menikah dengan 8 wanita cantik lainnya.
Spoiler for Oetari:
Siti Oetari(menikah 1921-1923)




Siti Oetari adalah putri sulung Hadji Oemar Said Tjokroaminoto. Soekarno menikahi Oetari pada usianya yang belum genap 20 tahun. Siti Oetari sendiri waktu itu berumur 16 tahun. Soekarno menikahi Oetari pada tahun 1921 di Surabaya. Sewaktu itu Soekarno menumpang di rumah HOS Tjokroaminoto ketika sedang menempuh pendidikan di sekolah lanjutan atas. Beberapa saat sesudah menikah, Bung Karno meninggalkan Surabaya, pindah ke Bandung untuk melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi di THS (sekarang ITB). Soekarno kemudian menceraikan Oetari secara baik-baik.
Spoiler for Inggit:
Inggit Garnasih(1923-1943)


Soekarno dan Inggit menikah pada 24 Maret 1923 di rumah orang tua Inggit di Jalan Javaveem, Bandung. Inggid dikenal sebagai sosok yang cantik dari sisi batin, jiwa, maupun rupa. Inggid juga dianggap penuh pesona, matang, gaya bicaranya menyenangkan dan anggun. Kecantikan dan kematangan jiwanya itulah yang membuat Soekarno terpikat walaupun Inggid umur Inggid jauh diatas Soekarno 12 tahun. Saat itu Soekarno masih beristrikan Oetari dan Inggid masih bersuamikan Haji Sanusi. Soekarno berunding dengan Sanusi dan Inggid. Pada akhirnya Inggid diceraikan oleh suaminya dan menikah dengan Soekarno yang juga menceraikan istrinya Oetari. Sekalipun bercerai tahun 1942 karena tak mau dimadu, Inggit tetap menyimpan perasaan terhadap Soekarno, termasuk melayat saat Soekarno meninggal. Kisah cinta Inggit-Soekarno ditulis menjadi sebuah roman yang disusun Ramadhan KH yang dicetak ulang beberapa kali sampai sekarang.
Spoiler for Fatmawati:
Fatmawati(1943-1956)


Fatmawati yang bernama asli Fatimah adalah istri ketiga dari Presiden Indonesia pertama Soekarno. Ia menjadi Ibu Negara Indonesia pertama dari tahun 1945 hingga tahun 1967. Ia juga dikenal akan jasanya dalam menjahit Bendera Pusaka Sang Saka Merah Putih yang turut dikibarkan pada upacara Proklamasi Kemerdekaan Indonesia di Jakarta pada tanggal 17 Agustus 1945.
Dalam pembuangan di Bengkulu, Soekarno bertemu Fatmawati. Gadis muda ini adalah putri tokoh Muhammadiyah di Bengkulu. Usia Soekarno dan Fatmawati terpaut 22 tahun lebih muda. Hubungan dengan Fatmawati membuat pernikahan Soekarno dengan Inggit Garnasih berakhir. Inggit menolak dipoligami dan memilih pulang ke Bandung. Dari pernikahan itu, Soekarno dikaruniai lima orang putra dan putri, yaitu Guntur, Megawati, Rachmawati, Sukmawati, dan Guruh. Tapi kebahagiaan Fatmawati sebagai pendamping Bung Karno harus terkoyak pada tahun ke-12. Sebab, belum genap dua hari ia melahirkan Guruh, Sukarno meminta ijin untuk menikah lagi.
Pada Tahun 80-an, setelah puluhan tahun tak berbicara dengan Inggit, Fatmawati memutuskan untuk mengunjungi Inggit yang juga merupakan ibu angkatnya untuk meminta maaf karena telah menjalin tali kasih dengan Soekarno. Inggit yang telah sepuh itu membalas sambil memeluk dan mengelus kepala Fatmawati.
“Hanya, ke depan, jangan mencubit orang lain kalau tak ingin dicubit, karena dicubit itu rasanya sakit,”
Spoiler for Hartini:
Hartini(1952-1970)


Hartini lahir di Ponorogo tanggal 20 September 1924. Ayahnya adalah pegawai Departemen Kehutanan yang rutin berpindah kota. Hartini remaja dikenal cantik. Sebelumnya Hartini muda pernah menikah dengan Suwondo dan menetap di Salatiga. Ia menjadi janda pada usia 28 tahun dengan lima orang anak. Tahun 1952 di Salatiga, Hartini berkenalan dengan Soekarno yang rupanya langsung jatuh cinta pada pandangan pertama. Saat itu Soekarno, dalam perjalanan menuju Yogyakarta untuk meresmikan Masjid Syuhada.
Setahun kemudian, Hartini dan Soekarno bertemu saat peresmian teater terbuka Ramayana di Candi Prambanan. Dan dua hari setelah Guruh Soekarno Putra lahir, tanggal 15 Januari 1953, Soekarno meminta izin Fatmawati untuk menikahi Hartini. Di masa tahun 1950-an, saat nasionalisme dan revolusi sangat kuat mewarnai citra diri Soekarno, membuat peran Hartini di Istana Bogor sangat besar dan ia menjadi satu-satunya istri yang paling lama bisa bertemu dengan Soekarno. Bersama Soekarno, Hartini mempunyai 2 anak yang bernama Bayu Soekarnoputra dan Taufan Soekarnoputra.
Spoiler for Kartini:
Kartini Manoppo(1959-1968)


Kartini merupakan wanita asal Bolaang Mongondow, Sulawesi. Kartini Manoppo pernah bekerja sebagai pramugari Garuda Indonesia. Soekarno dan Kartini Manoppo bertemu saat melihat lukisan karya Basuki Abdullah. Sejak saat itu, Kartini Manoppo tak pernah absen tiap kali Soekarno pergi ke luar negeri. Soekarno dan Kartini Manoppo kemudian menikah pada tahun 1959. Keduanya dikarunia anak bernama Totok Suryawan Soekarno pada tahun 1967.
Kartini terlahir dari keluarga terhormat, sehingga Kartini menutup rapat-rapat pernikahannya dengan Bung Karno. Sejarah mencatat, Kartini merupakan istri kedelapan Sang Putera Fajar.
Spoiler for Dewi:
Ratna Sari Dewi Soekarno (Naoko Nemoto)(1962-1970)


Kisah pertemuan Soekarno dan Dewi cukup menarik. Gadis Jepang itu berkenalan dengan Soekarno lewat seseorang ketika Bung Karno berada di Hotel Imperial, Tokyo. Sebelum menjadi istri Soekarno, Dewi adalah seorang pelajar sekaligus entertainer. Dewi menikah dengan Soekarno pada tahun 1962 ketika berumur 19 tahun dan mempunyai seorang anak yaitu Kartika Sari Dewi Soekarno. Menjelang redupnya kekuasaan Soekarno, Dewi meninggalkan Indonesia. Setelah lebih sepuluh tahun bermukim di Paris, sejak 1983 Dewi kembali menetap di Jakarta.
Spoiler for Haryati:
Haryati(1963-1966)


Sebelum menikah dengan Soekarno, Haryati adalah mantan penari istana sekaligus Staf Sekretaris Negara Bidang Kesenian. Karena pekerjaan tersebut Suharyati dekat dengan Soekarno. Soekarno dikenal sebagai arjuna yang tidak sepi rayuan, penuh cinta, dan janji. Soekarno sering mengirim surat kepada Haryati yang berisi kekagumannya terhadap sosok Haryati.
Tepatnya pada 21 mei 1963 Soekarno resmi menikahi Haryati yang saat itu berstatus sebagai kekasih pemuda bernama Sukri. Haryati mengagumi sosok Soekarno yang penuh cinta kasih itu, walaupun beristri lebih dari satu. Namun pada tahun 1966, Haryati diceraikan dengan meninggalkan putri bernama Ayu Gembirowati. Soekarno beralasan sudah tidak cocok.
Spoiler for Yurike:
Yurike Sanger(1964-1968)


Pada tahun 1964 ia dinikahi Soekarno. Soekarno melamar Yuri dengan mendadak dan Yuri pun menerimanya dengan spontan. Yuri yang berasal dari Poso saat itu masih remaja. Tidak beda jauh dengan istri-istri Bung Karno yang dulu, jurus yang digunakan untuk menaklukkan hati Yuri adalah dengan surat cinta.
Spoiler for Heldy:
Heldy Djafar(1966-1969)


Heldy Djafar lahir di Tenggarong, Kutai Kartanegara, tanggal 11 Juni 1947 adalah istri kesembilan Soekarno. Heldy Djafar lahir dari pasangan H Djafar dan Hj Hamiah. Ia bungsu dari sembilan bersaudara. Ia menikah dengan Soekarno pada tahun 1966. Kala itu Soekarno berusia 65 tahun sementara Hedly Fadjar berusia 18 tahun. Saksinya Ketua DPA Idham Chalid dan Menteri Agama Saifuddin Zuhri.
Pernikahan keduanya hanya bertahan dua tahun. Kala itu situasi politik sudah semakin tidak menentu. Komunikasi tak berjalan lancar setelah Soekarno menjadi tahanan di Wisma Yaso, Jalan Gatot Subroto. Heldy sempat mengucap ingin berpisah, tetapi Soekarno bertahan. Soekarno hanya ingin dipisahkan oleh maut. Akhirnya, pada tanggal 19 Juni 1968, Heldy yang berusia 21 tahun menikah lagi dengan Gusti Suriansyah Noor, keturunan dari Kerajaan Banjar.
Quote:
Sementara ini dulu yang bisa ane share gan. Kepanjangan ya gan? 

Apa yang bisa agan pelajari dari kisah keluarga Soekarno di atas?
Kalau sisi positif yang bisa ane ambil sih, Bung Karno ini sosok yang sangat sayang dengan keluarga. Terbukti banyak media yang menulis tentang kedekatan Soekarno dengan kakak perempuan serta ibundanya. Dari sini beliau belajar bagaimana cara memperlakukan wanita dengan baik.
Mantan Ajudan Soekarno, Bambang Widjanarko menceritakan Soekarno memang jagoan soal wanita. Kharisma Soekarno ditambah intelektualitas yang tinggi, membuat wanita-wanita bertekuk lutut. Selain itu, Soekarno juga selalu bersikap sopan dan hangat pada wanita. Tak peduli wanita itu tua atau muda, Soekarno tak segan mengambilkan minum sendiri untuk tamu wanitanya. Soekarno juga selalu membantu memegang tangan wanita, jika wanita itu keluar mobil. Sukarno menghormati wanita, juga sangat romantis. Dia juga tak sungkan mengumbar pujian pada wanita. Hal ini yang selalu membuat para wanita tersanjung.
Hmm, patut dicontoh pemuda-pemuda jaman sekarang nih
generasi selanjutnya ada post dibawah ya gan
Jangan lupa komentarnya
mohon dikoreksi juga kalo ada yg salah



Apa yang bisa agan pelajari dari kisah keluarga Soekarno di atas?
Kalau sisi positif yang bisa ane ambil sih, Bung Karno ini sosok yang sangat sayang dengan keluarga. Terbukti banyak media yang menulis tentang kedekatan Soekarno dengan kakak perempuan serta ibundanya. Dari sini beliau belajar bagaimana cara memperlakukan wanita dengan baik.
Mantan Ajudan Soekarno, Bambang Widjanarko menceritakan Soekarno memang jagoan soal wanita. Kharisma Soekarno ditambah intelektualitas yang tinggi, membuat wanita-wanita bertekuk lutut. Selain itu, Soekarno juga selalu bersikap sopan dan hangat pada wanita. Tak peduli wanita itu tua atau muda, Soekarno tak segan mengambilkan minum sendiri untuk tamu wanitanya. Soekarno juga selalu membantu memegang tangan wanita, jika wanita itu keluar mobil. Sukarno menghormati wanita, juga sangat romantis. Dia juga tak sungkan mengumbar pujian pada wanita. Hal ini yang selalu membuat para wanita tersanjung.
Hmm, patut dicontoh pemuda-pemuda jaman sekarang nih

generasi selanjutnya ada post dibawah ya gan
Jangan lupa komentarnya

mohon dikoreksi juga kalo ada yg salah
Spoiler for buka:
Mohon bagi ini gan



dan



dan jangan ditimpuk ini ya gan


