MERDEKA.COM - Sikap Presiden Joko Widodo yang membatalkan secara sepihak pertemuan lanjutan dengan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) se-Indonesia menjadi perbincangan hangat di twitter. Tagar #JokowiBohong pun menjadi trending topic Indonesia. Kicauan itu tak hanya berasal dari akun-akun mahasiswa maupun akun BEM universitas, tetapi juga warga yang turut nimbrung menyikapi sikap Jokowi itu.

"Pemimpin itu satunya kata dan perbuatan. Bila kata-katanya tak bisa dipegang terus apalagi yang diharapkan? #JokowiBohong," tulis akun @prijantorabbani dikutip merdeka.com, Minggu (24/5).

"Kalau mahasiswa yang kritis aja dibohongi, apalagi rakyat jelata yang mudah dibuai janji-janji!!! #JokowiBohong." tulis akun @sangpemburu.

"A promise is a promise, sir. A true man will never break his promise. You are a man, right? @jokowi_do2 #JokowiBohong," tulis akun @danardipta.

Sebelumnya, trending topic itu diawali dari cuitan Ketua BEM UI Andi Aulia Rahman melalui twitternya yang menyebut Mensesneg Pratikno telah memastikan pembatalan pertemuan yang dijanjikan oleh Kepala Staf Kepresidenan Luhut Pandjaitan.

"Mensesneg menyampaikan kepada kami bahwa Presiden Jokowi baru bisa menemui Mahasiswa pada hari Senin, 25 Mei 2015, Pk. 08.00. #JokowiBohong," cuit Andi.

Namun, tak sedikit pula yang memberikan dukungannya ke Jokowi dikarenakan menganggap baru kali ini seorang Presiden yang sering mengalami cacian dari publik.

"Sepanjang sejarah berdirinya NKRI, baru sekarang presiden RI dibully habis-habisan, contohnya hashtag #jokowibohong," tulis akun @aaharsa.

Sumber




Jika pemimpin sudah berdusta melupakan janji-janjinya kepada rakyat dan itu jelas-jelas di depan mata, lantas apalagi yang bisa diharapkan kepadanya?

Bohong atau dusta adalah sikap dan mental orang yang sudah tidak lagi stabil kepribadiannya..

“Sesungguhnya akan datang kepada manusia tahun-tahun penuh tipu daya. Para pendusta dipercaya sedangkan orang jujur dianggap berdusta. Penghianat diberi amanah sedangkan orang yang amanat dituduh khianat. Dan pada saat itu, para Ruwaibidhah mulai angkat bicara. Ada yang bertanya, ‘Siapa itu Ruwaibidhah?’ Beliau menjawab, ‘Orang dungu yang berbicara tentang urusan orang banyak (umat).” ( HR. Ahmad )