Kaskus

News

nandazakAvatar border
TS
nandazak
(berita adem) Kisah Sukses Petani Salak Merapi, Omzet Rp 250 Juta/Bulan
Muhammad Idris - detikFinance
(berita adem) Kisah Sukses Petani Salak Merapi, Omzet Rp 250 Juta/Bulan
Jakarta - Salak asal Merapi, Yogyakarta sudah
dikenal luas, bahkan hingga ke negeri China.
Bahkan tak hanya China, Dubai, Singapura, dan
Malaysia juga menyukai buah ini.
Surya Agung, Ketua Kelompok Tani Merapi
Sleman mengatakan, sejak 2008 salak dari
petani di lereng Merapi sudah bisa diekspor.
Untuk diketahui, Surya merupakan petani salak
di lereng Merapi. Tepatnya di desa Kenteng,
Kecamatan Turi, Kabupaten Sleman, Yogyakarta.
Kakek dan ayahnya sudah bekerja sebagai
petani salak.
Pria ini merupakan sarjana Teknologi Informatika
dari Universitas Islam Indonesia (UII),
Yogyakarta. "Karena impian jadi petani, selepas
lulus kuliah langsung terjun jadi petani. Saya
sudah punya 3 anak. Mulai terjun sebagai petani
salak sejak 1994," kata Surya ditemui
detikFinance , di pameran Agricultural Products
and Technology Expo 2015 di Jakarta
Convention Center (JCC), Senayan, Jakarta,
Sabtu (16/5/2015).
Ingin memperkuat pemasaran produk salaknya,
Surya membentuk kelompok tani di desanya
pada 2002, dengan koperasi sebagai badan
pemasaran. Dari kelompok tani ini, salak yang
dihasilkan menembus sejumlah pasar modern,
dari supermarket hingga hipermarket di
Yogyakarta.
"Kelompok tani menandatangani kontrak untuk
memasok salak di Hypermart pada 2006, di
tahun yang sama dengan swalayan Yogya, dan
2007 dengan Carrefour. Jadi otomatis produk
salak kita sudah sampai nasional sampai kota-
kota besar jaringan supermarket tadi. Kita
tandatangan kontrak dengan mereka. Setiap
gapoktan (gabungan kelompok tani) ini ini
anggotanya 25-40 petani," papar Surya.
Banyaknya permintaan salak membuat
kelompok tani ini kewalahan. Akhirnya, Surya
membentuk Asosiasi Petani Salak Indonesia
Merapi (APSIM), yang anggotanya sekitar 40
gapoktan di Kabupaten Sleman. Surya bertindak
sebagai ketuanya, karena dia yang menciptakan
jaringan petani ini.
Asosiasi ini mengincar pasar ekspor, dan
menyiapkan pasokan salak yang besar. Selain
itu, lewat asosiasi ini, para petani bisa menjaga
standar kualitas salak untuk ekspor dan
pasokan ke pasar modern.
"Pada 2008 kami bisa ekspor ke China. Itu
sampai 20 ton per hari selama sebulan, saat
Imlek. Jadinya permintaan darir China sangat
besar. Kalau bukan menjelang Imlek, rata-rata
ekspornya 3-4 ton sekali pengiriman, dengan
2-3 kali pengiriman dalam seminggu," papar
Surya.
Tahun ini, asosiasi tersebut tengah melakukan
promosi agar pasar salaknya bisa 'terbang' ke
Australia. Surya tidak mengetahui persis berapa
total omzet asosiasi ini. Namun untuk salak dari
kebunnya sendiri, omzet penjualan per bulan
mencapai Rp 250 juta.
"Nama brand salak kami 'Salak Super Sleman'.
Salak kami berkualitas karena ada di Lereng
Merapi, dengan aroma salak yang enak karena
tanahnya vulkanik dari Merapi dan organik tanpa
pupuk kimia," jelas Surya.
Selain itu, asosiasi ini juga membuat sejumlah
produk olahan dari salak, seperti dodol, kue
bolem, bakpia, hingga kripik.
"Bahkan, kami juga buat semacam agrowisata,
'Rumah Salak' namanya. Kita ada wisata edukasi
di kebun salak kelompok tani di Desa Kenteng,"
kata Surya.
(berita adem) Kisah Sukses Petani Salak Merapi, Omzet Rp 250 Juta/Bulan

mendapatkan omzet 250jt/bln dgn menjadi petani bukan buruh emoticon-Cool

http://m.detik.com/finance/read/2015...250-juta-bulan
0
2.9K
18
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan