- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Disarankan Jokowi Giat Belajar, Siswa: Saya Bisa Stres Pak


TS
ketek..basah
Disarankan Jokowi Giat Belajar, Siswa: Saya Bisa Stres Pak
Quote:
Disarankan Jokowi Giat Belajar, Siswa: Saya Bisa Stres Pak
KLATEN - Presiden Joko Widodo (Jokowi) Bersama Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Anies Baswedan dan Menteri Kesehatan Nila F Moeloek serta Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia Kebudayaan Puan Maharani menyerahkan sejumlah kartu 'sakti'.
Kartu 'sakti' sebanyak tiga buah tersebut yakni, Kartu Keluarga Sejahtera (KKS), Kartu Indonesia Sehat (KIS) dan Kartu Indonesia Pintar (KIP) diserahkan kepada sejumlah warga di Jawa Tengah.
Dalam kesempatan tersebut Jokowi menegaskan akan mencabut izin dari pihak rumah sakit swasta di Indonesia apabila tidak mau melayani pasien yang berobat dengan KIS.
"Kartu ini digunakan apabila sakit, disimpan baik-baik. Tapi kalau hanya sakitnya flu jangan ke rumah sakit, ke Puskemas saja dulu. Namun, jika Puskemas bilang ini penyakit paru-paru baru dirujuk ke rumah sakit. Kalau hanya batuk ditolak jangan marah karena rumah sakitnya nanti penuh dan yang sakit berat tidak tertangani. Tapi kalau sakitnya memang berat tidak dilayani oleh rumah sakit dan tidak diterima segera dilaporkan, kepada Menteri Kesehatan dan Koordinator Bidang Pembangunan Manusia Kebudayaan Puan Maharani," kata Jokowi saat berkunjung di SD Temuwangi 02, Kecamatan Pedan, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah, Senin (4/5/2015).
Selanjutnya, suami Iriana ini menyerahkan KIP kepada sejumlah siswa. Salah seorang siswa yang diberikan kartu oleh Presiden Jokowi yakni AN. "Kamu kalau belajar dari mulai jam berapa? dan cita-cita kamu apa?," tanya Jokowi kepada AN.
"Dari habis maghrib sampai pukul 22.00 WIB, Pak Presiden, saya ingin jadi pelayar," jawabnya.
Karena dinilai kurang lama waktu belajar, lalu Presiden Jokowi menyarankan kepada AN untuk menambah waktu berlajarnya hingga pukul 23.00 WIB. "Kalau mau pintar belajarnya ya dari mulai pukul 19.00 WIB hingga pukul 23.00 WIB, apalagi kalau mau jadi pelayar yang waktu kerjanya 24 jam," saran Jokowi.
"Kalau sampai lama begitu ya nanti saya bisa stres pak," ujarnya.
Dalam perbincangan itu Jokowi mengungkapkan, sarannya kepada AN lantaran telah melakukan diskusi dengan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Anies Baswedan. "Saya sudah ngomong sama pak Anies, kalau dulu waktu sekolah belajarnya dari jam berapa? Kata pak Anies beliau belajar dari jam tujuh malam hingga pukul sebelas," simpul Jokowi.
(ful)
sumber
Quote:
Jawaban Spontan Siswa Bikin Mensos & Presiden Terkejut
YOGYAKARTA - Menteri Sosial (Mensos) Khofifah Indar Parawansa menyatakan dirinya dan Presiden Joko Widodo (Jokowi) terkejut lantaran mendapat jawaban AN, seorang siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) asal Klaten, Jawa tengah, yang menolak ajakan giat belajar oleh orang nomor satu di Indonesia saat melakukan pembagian Kartu Indonesia Pintar (KIP).
Kata Khofifah, mantan Gubernur DKI Jakarta itu juga merasa kaget dengan motivasinya mengajak siswa itu menjadi lebih baik agar mampu juara kelas harus belajar lebih giat lagi ditolak mentah-mentah oleh si anak.
"Tadi presiden menyampaikan terkejut melihat prilakunya. Kata presiden untung saja si anak tidak menjawab, pak saya belajar satu jam saja juara kelas kok pak," kata Khofifah saat melakukan kunjungan salah satu media di Yogyakarta, Senin (4/5/2015).
Oleh karenanya, Khofifah berharap kejadian seperti ini agar tidak terulang kembali oleh siswa dan siswi di Indonesia karena sebagai penerus bangsa. "Sehingga kita berharap agar keluarga, terutama guru di sekolah mampu memaparkan dan mengajak anak muridnya untuk lebih giat belajar lagi. Anak-anak itu harus dianalogikan dengan menghitung berapa jam belajar, berapa jam bermain agar mengerti managemen waktu. Misalnya, kalau sehari tidurnya delapan jam maka si anak akan menghabiskan waktu 20 tahun untuk tidur jika diusianya ke-60 tahun nanti," paparnya.
Khofifah menerangkan, selanjutnya Kemensos akan bekerja sama dengan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Anies Baswedan untuk melakukan riset pada program kerjanya Badan Koordinasi Kegiatan Kesejaheraan Sosial (BK3S).
Nantinya, Kemensos dan Kemendikbud akan mengajak orang tua murid untuk melakukan riset penyebab malasnya siswa ataupun siswi untuk melakukan kegiatan belajar dirumah.
"Kita harus melihat bagaimana dinamika sosial terhadap si anak, masak disuruh belajar jawabannya nanti stres, padahal bapak presiden sedang mengajarkan etos kerja bagi anak itu agar termotivasi dari pak Anies. Restorasi sosial dan interaksi sosial harus menjadi energi positif agar anak menjadi lebih produktif," imbuhnya.
Menurut Khofifah penerapan etos kerja tersebut dapat mencontoh dari pepatah Timur Tengah ataupun dari lagu miliknya Rhoma Irama. "Man Jadda Wajada, siapa yang bersungguh-sungguh pasti dia mendapat, kalau kata Rhoma Irama berakit rakit kehulu berenang-renang ke tepian, bersakit dahulu lalu senang kemudian," tandasnya.
(ful)
sumber
Quote:
Bikin Presiden Terkejut, Jawaban Siswa SMA Tak Perlu Ditanggapi Serius
JAKARTA - Ada cerita unik ketika Presiden Joko Widodo (Jokowi) membagikan Kartu Indonesia Pintar (KIP) di Klaten, Jawa Tengah. Kala itu, salah satu siswa SMA, AN, menolak saran orang nomor satu di Indonesia tersebut untuk menambah jam belajarnya.
Presiden Jokowi bertanya kepada AN, jam berapa biasanya dia belajar. AN menjawab bahwa dia belajar sejak lepas Maghrib hingga pukul 22.00 WIB setiap harinya. Karena dinilai waktu belajar AN kurang lama, Presiden Jokowi pun menyarankan agar AN menambah waktu berlajarnya hingga pukul 23.00 WIB.
Saran itu ditolak mentah-mentah oleh AN. "Kalau sampai lama begitu ya nanti saya bisa stres Pak," ujar AN.
Jawaban AN membuat Presiden Jokowi dan Mensos Khofifah Indar Parawansa terkejut. Namun pakar pendidikan Arief Rachman menilai, tingkah polos AN tidak perlu ditanggapi terlalu serius dan cukup ditegur dengan lembut.
"Namanya juga anak-anak, macam-macam. Kalau ada yang siswa yang berkata seperti itu, nasehati saja, 'Jangan ngomong gitu,'" kata Arief ketika dihubungi Okezone, Selasa (5/5/2015).
Arief sendiri melihat belajar sebagai proses yang tanpa henti. Selain di sekolah, masih banyak hal lain yang bisa dipelajari di dunia ini seperti mempelajari kehidupan, bagaimana berkomunikasi, dan sebagainya.
"Bahkan, kita belajar sampai mati," tuturnya.
Di sisi lain, kata Arief, orangtua juga harus diajak berdiskusi tentang kebiasaan belajar anak-anaknya. "Mereka tidak boleh putus asa, tetapi harus optimistis mengenai dunia pendidikan," tambahnya.
(rfa)
sumber
cuma bisa

0
13.2K
Kutip
214
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan