Kaskus

Food & Travel

mcnugrahaAvatar border
TS
mcnugraha
[CatPer] Backpangineeran ke Negeri Laskar Pelangi 6 - 9 Maret 2015
Halo agan – agan pecinta Cerita Pejalan Domestik semuanya, udah lama banget nih ane gag buat thread di kaskus, terakhir yang waktu cerita dihajar badai di Gunung Sumbing. Nah, sekarang ane mau buat cerita perjalanan waktu ane ke Belitung bulan Maret 2015, sebenarnya udah ane buat di blog anetapi banyak teman – teman ane yang kaskuser minta dibuatin versi kaskusnya, baiklah ane penuhi permintaan tersebut sekaligus mengobati rasa kangen ane nimbrung di kaskus.

Cerita Pembuka
Cerita dimulai dari sebuah email dari Garuda Indonesia yang memberikan informasi adanya promo untuk beberapa penerbangan salah satunya adalah penerbangan dari Jakarta ke Tanjung Pandan PP. Harganya cuma 760 ribu PP. “wuih, Garuda, murah banget nih”. Langsung ane beri kabar ke teman – teman kantor supaya ada teman dalam trip ini dan gayung pun bersambut total 9 orang yang ikut trip ini mereka adalah aku, Dypta, Guruh, Efril, Ilma, Finna, Gita, Dewi, dan Dani , namun pada saat menjelang hari H Dani gag jadi ikut karena ada urusan pribadi.

Beberapa hari sebelum keberangkatan kami diskusi apakah menggunakan jasa tour and travel atau menyusun sendiri perjalanannya. Karena berorientasi pada budget kami memilih untuk menyusun sendiri. Ane kebagian tugas untuk mencari penginapan yang murah namun nyaman sekaligus mencari persewaan mobil untuk kami gunakan jalan – jalan selama di Belitung. Lalu, dari referensi salah satu blog, ane mendapatkan informasi mengenai Penginapan Belitung Melambai beserta nomor yang dapat dihubungi, lantas ane segera menghubungi penginapan tersebut untuk menanyakan rate harga menginap per malamnya. Untuk menginap per malam harganya Rp 150.000 dan jika menggunakan kamar double bed per malamnya Rp 200.000, kami pun sepakat dengan harga tersebut, ternyata tidak hanya penginapan saja, Belitung Melambai juga menyediakan sewa mobil bisa avanza atau Innova, kami juga menyewa mobil disini. Untuk innova per harinya Rp 750.000 sudah termasuk BBM dan Sopir.

Oke, kami sudah beres untuk penginapan dan sewa mobilnya. Kemudian H-1 kami rapat kecil untuk menentukan tempat – tempat yang harus dikunjungi beserta rentang waktunya. Semua beres, kami pun siap berangkat menuju negeri Laskar Pelangi esok harinya.

Ke Belitung Kami, Boi
Akhirnya hari yang dinanti telah tiba, pagi itu kami semua sudah berkumpul di Terminal 2F Bandara Soekarno Hatta. Penerbangan menuju Tanjung Pandan pagi itu lancar walau ditengah perjalanan terdapat guncangan namun kami sampai di Bandara HAS Hanandjoeddin dengan selamat. Segera kami hubungi Pak Yudhis yang selama perjalanan di Belitung beliaulah yang menemani kami. Ternyata Pak Yudhis sudah berada di parkiran sambil melambai – lambaikan tangan ke kami dan menghampiri kami. Dengan ramah Pak Yudhis menyambut kedatangan kami, “selamat datang di Belitung”

Spoiler for Sampai di Bandara HAS Hanandjoeddin:


Singgah di Danau Kaolin
Kami segera masuk ke dalam mobil, kemudian dari bandara langsung menuju Danau Kaolin. Ternyata tidak sampai 10 menit kami sudah sampai. Dari jalan Sudirman kemudian bertemu simpang Jalan Murai, dari simpang tersebut hanya sekitar 500 meter saja untuk sampai di Danau Kaolin. Kami keluar dari mobil kemudian menyaksikan Danau Kaolin yang memiliki daratan warna putih bersih dan air yang berwarna biru menyala. Sebenarnya Danau Kaolin adalah bekas tempat pertambangan kaolin yang telah ditinggalkan namun alam secara sempurna membuatnya menjadi indah.

Sekitar 15 menit kami berada di Danau Kaolin untuk menikmati keindahannnya dan tentunya berfoto – foto kemudian kami kembali ke mobil untuk menuju penginapan. Lalu, sampailah kami di Penginapan Belitung Melambai. Kami masuk ke kamar masing – masing untuk sekedar menaruh barang dan leyeh – leyeh sebentar sebelum melanjutkan perjalanan.

Spoiler for Danau Kaolin:


Kulineran Mie Atep
Setelah leyeh – leyeh 15 menit, kami kembali ke mobil untuk melanjutkan perjalanan, sebelum berangkat Pak Yudhis menanyakan tujuan kami hari itu. Dypta yang mengurus itin mengatakan tujuan selanjutnya adalah shalat Jum’at di Masjid Al – ikhlas (masjid tertua di Belitung), lanjut ke Tanjung Tinggi lalu sunset di Tanjung Pendam dan makan di mie Atep malamnya. “Lho, mie atep itu Cuma buka setengah hari, jam 12 dia sudah tutup, jadi dari sini kita ke Mie Atep dulu aja, dekat ko dari sini” Kata Pak Yudhis. Mendengar informasi tersebut, kami ikuti saja, untung bapaknya informatif. Dari penginapan ke Mie Atep Cuma 5 menit aja sudah sampai. Letaknya memang dekat yakni di bundaran Batu Satam.

Ternyata suasana Mie Atep ini sangat ramai dan diantara keramaian tersebut salah satunya adalah ibu baptis dari Finna, mereka pun saling menyapa. Kami segera memesan mie atep dan es jeruk kunci, tak lama menunggu sudah terhidang dihadapan kami mie atep serta es jeruk kunci. Mie Atep itu berupa mie kuning beserta taburan toge, irisan timun, beberapa potongan kentang rebus ditambah tahu, satu ekor udang dan terakhir disiram kuah udang kental berwarna coklat. Rasanya? Tentu enak, Aroma kuah kaldunya yang berbau udang sangat menggugah selera apalagi dimakan saat panas.

Keberadaan Mie Atep sudah sangat terkenal terbukti dengan banyaknya foto artis bahkan mantan presiden RI Ibu Megawati yang terpajang di dinding saat mencicipi mie atep ini. Harga untuk seporsi Mie Atep dan Es Jeruk kunci ini Rp 18.000, lumayanlah sebagai kuliner pembuka kami di Belitung.

Spoiler for makan di mie atep:



Wisata Religi di Masjid Al – Ikhlas dan Kelenteng Sijuk
Setelah puas makan Mie Atep, kami singgah dulu di sebuah minimarket untuk membeli air minum ukuran 1,5 liter 1 lusin. Lalu, kami melanjutkan perjalanan menuju Masjid Al – ikhlas yang menurut cerita yang kami dapatkan merupakan masjid tertua di Pulau Belitung, rencananya kami akan shalat Jum’at disana. Pak Yudhis pun siap mengantarkan kami ke sana. Dari Tanjung Pandan kami mengarah ke Sijuk. Perjalanan memakan waktu 1 jam. Ketika sampai di Sijuk dari jalan utama nantinya terdapat Tugu Perjuangan, kami belok ke arah kiri menuju Masjid Al – ikhlas. Kami sampai disana jam 11.00, Ternyata tidak ada aktifitas, tidak ada suara – suara orang mengaji, atau lantunan ayat suci Al – qur’an dari pengeras suara layaknya masjid yang menyelenggarakan shalat jum’at.

Karena waktu shalat jum’at masih cukup lama, kami beralih menuju Kelenteng Sijuk yang letaknya tidak jauh dari Masjid Al – ihklas, hanya 200 meter saja. Kelenteng Sijuk merupakan salah satu cagar budaya yang terdapat di Pulau Belitung yang dibangun pada tahun 1815. Kelenteng Sijuk dijaga oleh pasangan suami istri yang sudah tua namun saling setia. Saat itu Kelenteng Sijuk masih dihiasi oleh hiasan khas Imlek yang didominasi oleh warna merah. 30 menit kami berada disini, kemudian kami menuju ke masjid untuk shalat Jum’at. Di masjid tempat kami shalat jum’at ada yang unik yaitu tempat wudhunya dibuat rendah lalu diberi tempat duduk untuk berwudhu, mungkin maksudnya adalah supaya kita tetap merendah hati terlebih saat kita akan berhadapan dengan Tuhan.

Setelah selesai shalat Jum’at kami menghampiri para ladies yang telah menunggu di bawah rindangnya pohon karet. Lalu bergantian kami yang menunggu para gadis yang shalat zuhur. Finna bercerita bahwa saat menunggu kami mereka bermain dengan anak – anak kecil yang menghampiri mereka, mereka bermain dengan memanfaatkan buah karet yang sudah mengering, dijepit menggunakan jari telunjuk dan jempol dan ditiup dan berputarlah buah karet itu, kami pun mencoba, hanya Dypta dan Guruh saja yang bisa, anetidak bisa. Haha.

Setelah semuanya selesai shalat kami lanjutkan perjalanan kembali ke Masjid Al – ikhlas untuk mengetahui sejarahnya. Masjid al – ikhlas terletak di Jalan Penghulu Desa Sijuk, Kecamatan Sijuk. Didirikan pada tahun 1817, masjid Al – ikhlas merupakan satu – satunya yang masih ada dari 4 masjid di Belitung yang dibangun dengan bentuk bangunan yang sama, masjid pertama di daerah Parang Bulo, masjid kedua di daerah Buding, Masjid ketiga di daerah Badau kemudian masjid keempat adalah Masjid Al – ikhlas ini yang masih ada sampai saat ini, yang tiga masjid sebelumnya sudah tidak ada lagi.

Masjid Al – ikhlas ditopang oleh 4 pilar tiang utama yang bahan bakunya adalah kayu yang hanya tumbuh di daerah hutan bakau. Kayu ini disebut Kayu Teruntum. Kayu ini yang didapat dari daerah hutan Mengguru di Desa Sungai Padang. Kayu ini dibawa dengan rakit selama berbulan – bulan mengingat pada waktu itu belum ada alat transportasi seperti sekarang. Untuk dindingnya terbuat dari papan dan atapnya terbuat dari sirap (belahan kayu tipis) yang berasal dari Pulau Kalimantan (informasi ini didapat dari pamphlet yang berisi informasi mengenai Masjid Al – ikhlas Sijok)

Spoiler for Kelenteng dan Masjid Sijuk:


Pantai Tanjung Tinggi
Dari Masjid Al – ikhlas kami menuju Pantai Tanjung Tinggi, pantai yang menjadi populer semenjak digunakan sebagai lokasi syuting Laskar Pelangi pada tahun 2008. Rasanya sangat menyenangkan berada di pantai ini karena semenjak menyaksikan keindahan pantai di dalam film Laskar Pelangi, kami ingin menyaksikannya secara langsung dan hari itu kami dapatkan hal tersebut. Bermain di pantai dengan ombak yang relatif tenang, berfoto – foto bersama teman – teman dengan latar batu granit yang beraneka ragam ukurannya sebagai latar untuk foto kami. Sungguh menyenangkan.

Spoiler for pantai tanjung tinggi:


Makan di Rumah Makan Sari Rasa
Puas bermain di Pantai Tanjung Tinggi, kami lanjut mencari makan siang, sebenarnya di Tanjung Tinggi juga banyak terdapat tempat makan namun harganya mahal yakni Rp 45.000 per orangnya, jadi kami cari makan di dekat Tanjung Pendam, disini ada Rumah makan Sari Rasa yang menyediakan banyak varian menu prasmanan. Harganya juga terbilang murah. Untuk menu yang anemakan berupa nasi sayur, dengan lauk telur ceplok hanya Rp 8.000

Ngopi Cantik di Kopi Kong Djie
Awalnya ngopi cantik di Kopi Kong Djie ini di itin yang kami buat adalah malam hari karena ketidaktahuan kami mengenai jam buka warung Kopi Kong Djie. Namun, berkat informasi dari Pak Yudhis yang mengatakan bahwa Kopi Kong Djie hanya buka sampai sore saja membuat kami memutuskan untuk kesana setelah makan siang di Sari Rasa.

Awalnya Pak Yudhis membawa kami ke Warung Kopi Kong Djie yang asli yang letaknya di jalan Pelabuhan Tanjung Panda (Jembatan Siburik), namun karena penuh kami beralih ke cabang Warung Kopi Kong Djie yang letaknya di Jalan Anwar (perum Bukit Marakasa Indah) depan kantor Dispora Tanjung Panton, dekat dengan Pantai Tanjung Pendam. Semuanya memesan Kopi susu kecuali Dypta, dia memesan Kopi O atau kopi hitam. Tak menunggu lama (iyalah kan Cuma nyeduh kopi, hehe) sudah siap kopi susu dan kopi o untuk disruput. Kalo mau cemilan juga ada berupa gorengan, kue dadar dan lainnya. Kalo menurut ku rasa kopinya cukup nendang dan beda dengan kopi yang lain, katanya sih memang rasa Kopi Kong Djie sangat khas karena diracik dengan mencampur kopi robusta dengan kopi Arabica. Untuk menikmati secangkir kopi susu maupun kopi o cukup dengan Rp 8.000 saja.

Spoiler for Kopi Kong Dji:


Menanti Sunset di Pantai Tanjung Pendam
Habis ngopi – ngopi cantik di Kopi Kong Djie, kami lanjutkan menuju Tanjung Pendam untuk menghabiskan waktu sore sekaligus menyaksikan matahari terbenam. Tiket masuk Pantai Tanjung Pendam hanya Rp 2.000 per orangnya. Pak Yudhis membawa kami ke spot terbaik untuk menyaksikan sunset yaitu disebelahnya markas TNI AL, katanya dari sisi tersebut kita bisa melihat bulatan matahari yang terbenam yang bersebelahan dengan Pulau Kalimuak.

Dan memang benar, pemandangan sunset disisi itu menjadi lebih indah karena keberadaan Pulau Kalimuak itu, ditambah lagi dengan aktifitas para nelayan yang sedang mencari kijing atau sejenis kerang di tepian pantai semakin mepercantik suasana sore itu. Namun, kami tidak mendapatkan sunset yang sempurna karena awan menutupi matahari sehingga tidak bisa kami melihat matahari terbenam seutuhnya, tapi kami tetap bisa menkreasikan hal tersebut dengan foto bersama yang membentuk siluet yang cantik (menurut kami, hehe) makasih ya Pak Yudhis yang sudah bersedia untuk mengambil gambar untuk kami.

Spoiler for sunset di Pantai Tanjung Pendam:



Kulineran Malam di Sop Kepiting Diva
Alhamdulillah, rasanya seharian ini begitu menyenangkan, kebersamaan ini begitu sangat terasa. Terima kasih untuk rekan – rekan trip ini, Dypta, Guruh, Finna, Dewi, Gita, Ilma, dan Efril. Kalian luar biasa. Selepas menyaksikan panorama sunset kami menuju masjid yang masih berada dalam lokasi Pantai Tanjung Pendam. Kami shalat di masjid (lupa namanya), bentuk masjid ini beda dari umumnya yang biasanya berbentuk persegi dan kubah di atasnya, kalo masjid ini berupa bangunan limas. Unik kan.

Selepas shalat maghrib kami lanjut menuju tempat makan Diva yang lokasinya masih sederatan dengan Mie Atep. Yang direkomendasikan dari Diva adalah Sop Kepitingnya, kami memesan 2 sop kepiting, 2 mie goreng kepiting 1 mie kuah kepiting dan cumi goreng tepun. Kami menunggu cukup lama sampai makanan dihidangkan karena memang tempat makan ini cukup ramai. Akhirnya setelah menunggu datanglah pesanan kami, ternyata sop kepitingnya itu dalam porsi yang sangat besar, bisa untuk 4 orang. Kami disediakan mangkok – mangkok kecil untuk tiap orangnya. Masing – masing dari kami menuangkan sop kepiting itu ke dalam mangkok kecil dan langsung disruput, karena sop ini lebih nikmat ketika masih panas, rasanya ya enak. Karena bukan blog kuliner anegag bisa membahasnya secara detail, hehe.. Harganya semangkuk besar sop kepiting adalah Rp 40.000

Selain Sop Kepiting, pesanan kami lainnya Mie Kuah Kepiting dan Mie goreng kepiting. Sempat kecewa karena kepiting yang disajikan dalam mie itu hanya capitnya saja, nampaknya si kepiting ini hanya menjadi aksesoris aja karena yang lebih dominan justru telur, jadi rasanya ya seperti makan mie goreng telur aja. Begitu juga dengan mie kuahnya. Tapi wajar sih toh mie goreng dan mie kuahnya hanya dibandrol Rp 20.000 aja. .

Spoiler for makan malam:


Puas makan makanan yang serba kepiting itu, kami pun membayar semua pesanan kami, totalnya kami harus patungan Rp 25.000 aja, worth it lah.

Kami kembali menuju penginapan untuk beristirahat, tapi sebelum tidur kami main Uno dulu untuk menentukan posisi hot seat alias kursi depan keesokan harinya. Tujuan kami besok adalah Pantai Tanjung Kelayang, snorkeling di Pulau Lengkuas dan hoping island di Pulau Kepayang, Pulau Batu Berlayar dan Pulau Pasir. Lalu diakhiri dengan sunset di Bukit Berahu.

Pengeluaran Hari Pertama
Airport Tax Bandara Soetta Rp 40.000
Mie Atep + Jeruk Kunci Rp 18.000
Air minum kemasan Rp 57.600/8 = Rp 7200
Tiket Masuk Bukit Berahu Rp 2.000
Makan Siang Sari Rasa Rp 8.000
Kopi Kong Djie Rp 8.000
Tiket Masuk Tanjung Pendam Rp 2.000
Makan malam Diva Rp 195.000/8 = Rp 24.375
Total Rp 109.575


Diubah oleh mcnugraha 30-04-2015 09:51
0
2K
8
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan