- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Detik Mendebarkan Regu Tembak Eksekusi Hukuman Mati
TS
comANDRE
Detik Mendebarkan Regu Tembak Eksekusi Hukuman Mati
JAKARTA - Hari pelaksanaan eksekusi mati sangat mendebarkan bagi eksekutor. Mereka diminta tidak ragu menyasar titik tubuh yang mematikan, lalu menekan picu.
Hal demikian akan dilakukan sejumlah anggota regu tembak yang akan mengeksekusi sembilan terpidana mati narkoba, di Nusakambangan, Cilacap, Jawa Tengah, yang kuat diduga akan dilakoni dini hari ini, Rabu (29/4/2015).
Ketegangan biasanya terjadi di antara para personel regu tembak dengan target. Perasaan yang sama ternyata juga dirasakan seorang mantan jaksa berinisial S, yang pernah memvonis mati seorang terpidana.
“Tak hanya terpidana yang harus siap secara psikologis, tetapi kita sebagai eksekutor juga harus siap. Akan tetapi, sesiap apa pun pasti ada rasa takut dan tak tega juga,” tutur S kepada Okezone.
Ia menambahkan, proses hukuman mati harus sesuai prosedur. Tahapannya diatur dalam Undang- Undang Nomor 2 PNPS Tahun 1964 serta Peraturan Kapolri Nomor 12 tahun 2010. S lalu bercerita detik-detik menegangkan yang ia rasakan.
Target dihadapkan pada 12 eksekutor dari Polri. Dari 12 eksekutor itu, hanya tiga orang yang senjatanya berisi peluru.
“Tujuannya agar tidak ada rasa bersalah saat menembak terpidana mati. Karena baik penembak maupun jaksa eksekutor, hanyalah manusia biasa yang memiliki dampak psikologis yang harus diantisipasi sebelum dan setelah eksekusi,” ungkap S.
Saat memasuki lokasi yang dijadikan tempat eksekusi, target sudah mengenakan pakaian berwarna putih dengan tanda sasaran bidik di bagian dada, tepatnya di bagian jantung. Hal ini telah sesuai prosedur untuk memastikan terpidana tidak akan merasa sakit saat ditembak.
Sebelum ditembak, target juga dipersilahkan menetukan posisi nyaman. Berdiri atau duduk, mata tertutup atau terbuka, semua diizinkan. “Itu kita tawarkan,” jelasnya.
Setelah semuanya siap, seorang di antara eksekutor memberikan aba-aba untuk bersiap menembak. Setelah itu, peluru meluncur ke sasaran. Apakah ketegangan hanya sampai di situ?
S mengaku tetap tegang saat ia mendapatkan tugas menemani dokter untuk memeriksa mati tidaknya target. Jika mati, maka proyektilnya dikeluarkan.
“Setelah dicek semuanya, mereka (tim dokter) ambil proyektil lalu dijahit kembali, dimandikan, lalu dipakaikan kain kafan. Selanjutnya, diserahkan kepada pihak keluarga. Kami perlakukan layaknya orang mati pada umumnya,” kenang S.
S juga menceritakan, tim dari jaksa eksekutor dengan tim regu penembak tidak saling mengenal. Pertemuan mereka hanyalah terjadi di lokasi penembakan saja.
“Bayangin, terpidana itu bukan saudara kita. Enggak ada ikatan emosi apa pun tiba-tiba disuruh matiin, tega enggak tuh?,” ucapnya sambil mengelus dada.
Baginya, adanya hukuman mati seharusnya menjadi ancaman dan efek jera bagi siapa saja yang melakukan kejahatan. Terlebih, mereka yang terlibat dalam kejahatan narkotika.
“Dibilang setuju hukuman mati, sebenarnya sih enggak juga. Kalau para penjahat itu banyak merugikan masyarakat, ya mau bagaimana lagi,” pungkasnya.
sumber
======
mantab betul !
0
11.9K
71
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan