
Patung Abdurrahman Wahid atau Gus Dur semasa kecil di Taman Amir Hamzah, Menteng, Jakarta Pusat, diresmikan Sabtu (25/4/2015) siang.
Sabtu, 25 April 2015 | 13:00 WIB
JAKARTA, KOMPAS.com - Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama menyebut Abdurrahman Wahid atau Gus Dur sebagai Laksamana Cheng Ho orang Indonesia. Hal itu disampaikan Basuki saat menghadiri peresmian patung Gus Dur kecil di Taman Amir Hamzah, Menteng, Jakarta Pusat, Sabtu (25/4/2015).
"Kalau buat orang Tionghoa, Gus Dur itu kayak Cheng Ho. Ya, sudah kayak dewanya (orang Tionghoa) lah," kata Basuki sambil tertawa.
Cheng Ho adalah pelaut dan penjelajah muslim asal Tiongkok yang melakukan penjelajahan dari tahun 1405 hingga 1433. Dia telah memimpin tujuh ekspedisi ke tempat-tempat di sekitar Samudera Indonesia.
Ahok, sapaan Basuki, menyamakan Gus Dur dengan Cheng Ho karena hanya Gus Dur yang berani membela kaum minoritas seperti kaum Tionghoa di Indonesia. Sementara di saat itu masyarakat Indonesia keturunan etnis Tionghoa masih dipandang sebelah mata dan mengalami diskriminasi oleh pemerintah.
"Cuma Gus Dur lho yang berani bilang kalau saya orang Tionghoa, marga saya ini, langsung terang-terangan ngomong. Pas reformasi saya yakin ada kambing hitamnya itu, untung Gus Dur berani," tambah Basuki.
Selain berpendapat soal figur Gus Dur, Basuki juga menceritakan masa-masa awal dia merintis karir di bidang politik. Gus Dur sendiri saat itu merupakan salah satu orang yang mati-matian mendukung Basuki dan menyemangati agar dia bisa menjabat sebagai gubernur di Bangka Belitung.
"Kata saudara saya, mau jadi gubernur, enggak tahu malu. Si Koko Ahok enggak tahu diri. Jadi gubernur mah malu-maluin. Tapi si Gus Dur bisik-bisik, bilang kamu bisa jadi gubernur. Gus Dur yang dukung. Itulah Gus Dur, dia bisa buat kita jadi berani karena semangatnya yang luar biasa," ujar Basuki.