--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Quote:
Nah yang satu ini emang sangat inovatif. Beberapa peneliti dari University of Illinois udah nemuin cara untuk membuat bahan bakar diesel dan produk minyak lainnya dari tas belanjaan yang digunakan oleh masyarakat disana. Kreatif kan!
Quote:
Nah yang ini memang agak anti mainstream, Biasanya jalan pake aspal, nah yang ini pake daur ulang plastik. Adalah Ahmed Khan, seorang pengusaha dari India, doi ngediriin perusahaan Pengelolaan Sampah plastik di awal tahun 1990-an. Perusahaannya berinovasi untuk mencampur plastik dari tempat pembuangan sampah dengan aspal untuk membentuk senyawa yang dapat digunakan untuk membangun jalan. Alhasil, hampir 1.000 mil jalan telah dibangun sampai saat ini. Bukan maen gan
Quote:
Dimana-mana batu bata dibuat dari tanah. Namun berbeda dengan Henry Miller, lulusan dari program Magister Arsitektur di Rensselaer Polytechnic University di Albany, New York. Doi mengembangkan cara buat mengolah kantong plastik dengan beton untuk membentuk batu bata dengan manfaat lingkungan yang keren abis. Inovatif bukan?
Quote:
Kabar ini beasal dari sebuah perusahaan bernama Trex®. Perusahaan ini memimpin pengembangan decking komposit yakni bahan yang jadi alternatif kayu kayu pada awal 1990-an. Tentunya kalo kayu terus digubakan untuk pembuatan bahan kebutuhan sehari-hari bakal membuat hutan banyak yang gundul nantinya. Namun mereka berinovasi dengan membuat daur ulang plastik yang diccampur serbuk besi yang kemudian bisa digunakan untuk bahan pembuat sandal, tas dll. Keren kan ?
Andaikan bukan lima milyar manusia menghuni bumi, melainkan
lima milyar harimau; tidak ada jarak seratus meter pun di Pulau Jawa tanpa anda bertemu seekor harimau. Apa anda tidak akan mengalami trauma/frustrasi dihantui begitu banyak harimau?
Bagi umat bumi yang beruntung tidak dibudidayakan, melihat manusia ibarat melihat harimau yang lebih harimau daripada harimau yang sebenarnya; karena “manusia harimau” ini tidak puas memakan daging saja, melainkan juga hasil tumbuh-tumbuhan, ya buah, daun, bunga, kayu bahkan juga bahan bakar, logam, plastik, semen, beton dan lain-lain lagi.
Bayangkan, untuk memenuhi kebutuhan lima milyar “manusia harimau” itu, betapa banyak makhluk bumi harus dibudidayakan (alias dicalon-korbankan), diburu, ditembak, dijerat, dijaring, dipancing, dibabat, digergaji. Perut bumi pun dibor dan diledakkan. Dan pengotorannya tidak tanggung-tanggung mencemari tanah, sungai, laut, udara bahkan menyebabkan hujan asam, merusak lapisan
ozon diudara dan meningkatkan suhu bumi.
Jika dibiarkan, dalam tahun 2025 menurut ramalan, umat manusia akan mencapai jumlah 8,5 milyar. Naik sekitar 3,5 milyar dalam 35 tahun menuju malapetaka dimana bumi berikut umat insan akan meratap dan
berkabung.
Sebaliknya, andaikan bukan kenaikan melainkan penurunan 3,5 milyar jumlah penduduk itu bisa diwujudkan, bumi dan umat insan akan berseri. Begitulah pesan bumi.
Sadar akan “menghamanya” umat manusia, di Indonesia, terutama dikota-kota besar yang padat penduduk, pasangan-pasangan subur sibuk ber-KB untuk menurunkan jumlah populasi sampai serendah-rendahnya. Memang lebih baik, daripada menurunkannya melalui peperangan atau membiarkan orang-orang mati konyol melalui kelaparan atau penyakit. “Satu anak saja demi masa depan tanpa polusi, tanpa kemacetan lalu-lintas, tanpa pengangguran, tanpa kemiskinan, tanpa harus hidup berhimpit dalam kampung kumuh/rumah susun, tanpa transmigrasi, tanpa penggusuran, tanpa cemas kehamilan, tanpa pengguguran,…”
Begitulah semboyan mereka. Semoga menjadi kenyataan.