- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Supeni, Penasehat Delegasi Indonesia Di Konferensi Asia Afrika 1955


TS
comANDRE
Supeni, Penasehat Delegasi Indonesia Di Konferensi Asia Afrika 1955

Pada April 1955, Indonesia khususnya kota Bandung mencatat sejarah sebagai kota yang menjadi pusat pertemuan negara-negara di Asia dan Afrika yang dihadiri oleh 29 negara. Peristiwa tersebut dikenal dengan Konferensi Asia Afrika (KAA) yang menjadi cikal bakal terbentuknya Gerakan Non-Blok pada 1961. Dan kini, 60 tahun kemudian masih pada bulan April, Bandung kembali menjadi pusat perhatian dunia. Pasalnya, kali ini Bandung dan juga Jakarta menjadi tuan rumah peringatan Konferensi Asia Afrika-KAA ke 60. Terkait dengan KAA, Warna Warni kali ini mengetengahkan profil seorang perempuan yang berperan sebagai penasehat delegasi Indonesia pada KAA pertama pada tahun 1955, yakni Supeni.
Supeni adalah salah satu perempuan yang menjadi saksi penting sejarah perjuangan bangsa Indonesia. Melalui kiprahnya di Persatuan Wanita Republik Indonesia (Perwari) dan Kongres Wanita Indonesia (Kowani) pada periode perang dan pascakemerdekaan, 1945-1955. Selain dua organisasi wanita tadi, ternyata perjalanan hidup perempuan yang lahir di Tuban, Jawa Timur, pada 17 Agustus 1917 ini, juga tercatat sebagai salah seorang aktivis politik di masa pergerakan nasional. Ketertarikannya pada pergerakan kemerdekaan dimulai pada usia 16 tahun dengan menjadi Wakil Ketua Indonesia Muda (IM) Cabang Blitar dan anggota Jong Islamiten Bond.
Di era kemerdekaan, Partai Nasional Indonesia-PNI menjadi tempat perjuangannya hingga menjadi anggota Dewan Pimpinan Pusat-DPP PNI, dan anggota Badan Pekerja Kongres PNI (1960-1966). Supeni pernah duduk sebagai anggota Majelis Permusyawaratan Partai PNI pada 1972, sampai akhirnya PNI difusikan ke dalam Partai Demokrasi Indonesia (PDI).
karier politiknya terus melaju mulai dari anggota Dewan Perwakilan Rakyat pada tahun 1956-1960, penasihat delegasi Indonesia dalam Konferensi Asia Afrika I di Bandung 1955, Duta Besar Keliling RI dengan tugas menyiapkan Konferensi Tingkat Tinggi Non-Blok I tahun 1961, memimpin delegasi Indonesia di Sidang Umum PBB tahun 1962. Selain itu juga, Supeni beberapa kali menjadi utusan khusus Presiden Soekarno untuk menjelaskan kebijaksanaan politik luar negeri Indonesia kepada Filipina, Kamboja, dan negara Asia Tenggara lain.
Dunia jurnalistik juga sempat digelutinya, mulai dari Pemimpin Redaksi Majalah Pembimbing (1951-1954), Ampera Review (1964-1972), dan Dwiwarna (1968-1972). Di sela-sela kesibukannya di dunia politik dan jurnalistik, perempuan kelahiran Tuban ini bermain bridge untuk menghilangkan seluruh ketegangan, dan menjadi anggota Persatuan Bridge Wanita. Pada 26 Oktober 1995, Supeni mendirikan kembali PNI dan dideklarasikan pada 20 Mei 1998. Partainya terkenal dengan sebutan PNI Supeni, karena pada Pemilu 1999, ada sejumlah partai dengan nama yang
serupa, walaupun berbeda. Pada Pemilu 2004 lalu, PNI Supeni berganti bendera menjadi PNI Marhaenisme dengan Ketua Umum Sukmawati Soekarnoputri. Pengagum Soekarno ini adalah salah satu dari sedikit tokoh perempuan di bidang politik yang berkiprah di era pemerintahan berbeda. Mulai dari era Soekarno, Soeharto, Habibie, Gus Dur, hingga kembali ke dinasti Soekarno yakni ketika pemerintahan Megawati Soekarno. Kini, perempuan penasehat delegasi Indonesia pada KAA 1955 itu telah tiada. Tepatnya pada 24 Juni 2004 diusianya 87 tahun, perempuan pejuang ini menghembuskan napas terakhirnya setelah dirawat karena menderita stroke.// Devy
sumber
======
mantab betul !

0
2.6K
7


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan