http://www.tempo.co/read/news/2015/0...elarangan-Buku
Quote:
Kamis, 16 April 2015 | 17:57 WIB
London Book Fair, Indonesia Masih Dihantui Pelarangan Buku
TEMPO.CO, London - Untuk pertama kalinya, Indonesia berpartisipasi dalam London Book Fair, pameran buku internasional terbesar di dunia setelah Frankfurt Book Fair. Namun para penerbit Indonesia masih dihantui ancaman pelarangan buku.
Duta Besar RI untuk Inggris Raya Hamzah Thayeb menjelaskan bahwa pemerintah memahami peranan strategis penerbit dalam perkembangan bangsa dan saat ini Indonesia mengalami perubahan yang mendasar.
"Dahulu karya Pramoedya Ananta Toer atau Mochtar Lubis sulit diakses karena dianggap produk dari oposisi. Namun sekarang karya mereka menjadi salah satu buku yang terlaris," kata Thayeb saat membuka diskusi Indonesia's Publishing Industry: The Role of Publishers in Promoting Freedom of Expression, Democracy and Literacy di Gedung Olympia, area pameran London Book Fair di London, Inggris, Rabu, 15 April 2015, waktu setempat.
Namun Vice President of Operations Mizan Publika (Mizan Group) Putut Widjanarko justru memaparkan, pada era kebebasan informasi saat ini, masih terdapat tantangan dalam kebebasan berpendapat, seperti beberapa wartawan yang menghadapi ancaman fisik, terutama di daerah, serta masih adanya ancaman dari penerapan Undang-Undang Teknologi Informasi dan sensor yang dilakukan pemerintah terhadap laman-laman yang dianggap radikal.
"Tantangan masih dihadapi penerbit, terutama untuk pelarangan penerbitan beberapa buku dan ancaman pelarangan buku dari masyarakat dengan melakukan demo kekerasan," ucap Putut.
Namun, ujar dia, diubahnya peraturan bahwa pelarangan penerbitan buku hanya bisa melalui keputusan pengadilan telah menunjukkan adanya kemajuan dalam politik perbukuan Indonesia.
Keikutsertaan Indonesia di London Book Fair ini sebagai "pemanasan" menjelang hadirnya Indonesia sebagai tamu kehormatan di Frankfurt Book Fair pada Oktober mendatang.
Di London, selain membuka stan yang memajang berbagai karya pilihan, delegasi Indonesia menggelar berbagai diskusi. Hari ini Indonesia menggelar acara bincang-bincang bertema "Digital Books/Animated Books in Indonesia" yang menghadirkan Ardian Elkana. Ardian adalah Presiden Asosiasi Animasi dan Konten Indonesia serta Kepala Divisi Multimedia, Animasi, dan Games di Kamar Dagang dan Industri Indonesia.
Besok Indonesia akan menghadirkan penulis muda Agustinus Wibowo bersama Elizabeth Pisani, penulis Indonesia etc. Agustinus akan menceritakan perjalanan mencari identitas dirinya di daerah terpencil di Afganistan, Asia Tengah, Cina, dan Papua Nugini, yang telah dibukukan dengan judul Garis Batas, Selimut Debu, dan Titik Nol.
"Saya akan menerangkan mengenai genre travel writing, bagaimana orang Indonesia melihat dunia luar," kata Agustinus.
VISHNU JUWONO
Hari ini yang lebih mengganggu bagi penerbit bukan lagi pemerintah yang represif, melainkan kelompok-kelompok masyarakat yang suka memaksakan kehendak dan pendapatnya. Semoga lewat buku-buku, masyarakat secara umum akan makin tercerahkan dan kelompok anti-buku itu bisa punah.