Seringkali kita merasa takut atau minder ketika mempunya impian setinggi langit. Seakan-akan melihat sebuah tembok tinggi dan tebal yang mustahil untuk dilalui. Saya bilangnya itu adalah sebuah kewajaran, Terlebih impian itu adalah sesuatu yang penuh dengan jalan berliku dan resiko, maka pastilah terlintas banyak sekali pertanyaan dalam pikiran,

"Bisa gak ya saya melakukanya?"
"jangan-jangan nanti begini..."
"jangan-jangan nanti begitu..."

Bukan tidak mungkin tembok itu roboh sehingga bisa dilalui. berikut adalah sebagian dari ratusan cara untuk merobohkanya.

1. Mengubah cara pandang

Buatlah cara pandang yang berbeda dengan yang lainya. misanya kata negatif dirubah menjadi kata positif seperti "Susah jadi gambang", "Tidak bisa jadi bisa" dan lain sebagainya. Dengan begitu apa yang kita pikirkan akan mempengaruhi semua gerak tubuh kita untuk selalu persikap positif.

Teringat pada kisah ibu dari seorang penemu terkenal di dunia Thomas Alfa Edison, yang mana semasa kecilnya anak dari ibu itu di anggap bodoh di sekoahnya, sehingga gurunya membuat surat untuk mengeluarkanya dari sekolah. apa yang dikatakan Ibu sang penemu kepada guru itu? Dia akan mendidik anak nya sendiri. Tidak disangka anak yang dianggap bodoh itu menjadi seorang penemu sukses yang bahkan mempunyai 1.093 paten atas penemuanya itu. siapakah ibu itu? dialah Nancy Matthews Elliott. Dia berhasil merubah cara pandang anaknya sehingga menjadi orang yang hebat dan lebih percaya diri.

2. Milikilah cita-cita

Banyak orang bilang, orang yang tidak memiliki cita-cita diibaratkan seperti halnya Zombie atau mayat hidup, --serem amat istilahnya, hehe-- . Tapi menurut saya memang begitu, karena Zombie hidup tanpa adanya tujuan. Sebagai makhluk ciptaan AllahSWT sudah semestinya kita mempunyai tujuan yang jelas. Tujuan hidup bisa kita awalai dari pertanyaan ini "Kenapa dan untuk apa kita diciptakan di dunia ini?"

Manusia diciptakan di bumi ini mempunyai dua tugas utama yaitu, untuk mengabdi kepada yang memciptakan kita, dan yang ke dua adalah untuk menjadi pemimpin di dunia ini.

Bentuk pengabdian kita kepada Allah SWT adalah dengan menjalankan perintahnya dan menjauhi laranganya. Yang wajib maupun yang tidak wajib. Yang wajib itu seperti halnya Sholat, Puasa, Zakat sedangkan yang tidak wajib lebih banyak lagi. nahh, cita-cita bisa kita mulai dari sini, misal Ingin menjadi pengusaha sukses, menjadi penulis yang handal, menjadi guru dan lain sebagainya. Yang pasti ujung dari cita-cita itu adalah untuk mengabdikan diri kepada Allah SWT.

selanjutnya adalah menjadi pemimpin, minimal menjadi pemimpin untuk diri sendiri, mengarahkan kaki kita untuk selalu menuju tempat yang baik, mengendalikan mata kita untuk senantiasa melihat hal-hal yang baik, dan menggerakkan tangan kita untuk senantiasa mengambil yang baik.

Dengan memiliki cita-cita yang jelas, hidup jadi lebih terarah dan tidak terlalu menghabiskan banyak energi untuk segala sesuatu yang tidak sesuai dengan cita-cita.

3. Atur Waktu

Jangan habiskan waktu untuk hal yang sia-sia. kurangilah waktu tidur. Bisa meneladani salah seorang ulama terkenal Imam Syafi'i yang tidak menghabiskan waktu malamnya untuk tidur saja, atau bahkan untuk begadang yang tidak menghasilkan apa-apa. Beliau membagi waktu malam nya menjadi tiga bagian, bagian pertama untuk menulis, kedua untuk tidur, dan yang ke tiga untuk Sholat malam.

4. Miliki Kemauan

Siapa punya kemauan disitu pasti ada jalan, memang begitulah adanya. semakin keras kemauan, semaikin luas jalan untuk menuju apa yang kita impikan. Sebaliknya, semakin lemah kemauan, ya.. semakin sempit pula jalan nya, karena Allah berjanji akan merubah keadaan kaumnya yang mereka berusaha keras untuk merubahnya.

5. BERGERAK

Kiranya inilah yang paling berat, tidak akan ada langkah ke seribu tanpa adanya langkah pertama. namun percayalah, setelah langkah pertama terlalui, langkah kedua ketiga ketiga dan seterusnya akan mudah dilalui, meskipun banyak sekali tantangan yang akan dihadapi. Tanpa disadari sudah sampai pada tujuan, wuhuu yeahh....

so.. sampai juga tulisan ini di ujungnya..

Mulai dari diri sendiri
Mulai dari yang kecil
Mulai dari SEKARANG

Sumber : Adib Khoirul