Kaskus

News

adidananto.88Avatar border
TS
adidananto.88
Meski Pemerintah Berusaha Angkat Harga CPO, Emiten Sawit Bergerak Dalam Koreksi
Meski Pemerintah Berusaha Angkat Harga CPO, Emiten Sawit Bergerak Dalam Koreksi


Pemerintah tengah mengkaji penurunan ambang batas pengenaan bea keluar (BK) minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO), menyusul masih rendahnya harga komoditas andalan ekspor RI ini di pasar dunia. Hal tersebut menjaga komitmen pemerintah dalam menciptakan hilirisasi minyak sawit serta menyukseskan kewajiban (mandatory) biodiesel 15 persen serta menjaga keseimbangan pasokan dalam negeri.

Sebagai informasi sebelumnya, Badan Kebijakan Fiskal sedang menggodok penurunan batas bawah harga untuk Bea Keluar CPO ini dengan tujuan menggenjot penerimaan negara dari sektor pajak. Salah satu usulannya adalah batas bawah diturunkan menjadi US$ 600 per ton, dari sekarang ini sebesar US$ 750 per ton. Dari 12 hingga 17 Maret 2015, harga CPO bergerak di kisaran US$ 650 merosot menjadi US$ 630 per ton. Selama empat bulan terakhir, ekspor CPO tidak terkena pajak karena harga berada dibawah US$ 750 per ton.

Rencana pemerintah yang akan memangkas ambang batas (treshold) Bea Keluar CPO ditolak asosiasi hulu dan hilir kelapa sawit yang bernaung dalam Dewan Minyak Sawit Indonesia (DMSI). Pasalalnya, petani kelapa sawit dipastikan ikut menanggung kerugian apabila ambang batas bawah bea keluar minyak kelapa sawit (crude palm oil/CPO) diturunkan dari US$750 per ton menjadi antara US$600-US$650 per ton sebab penurunan ambang batas BK akan langsung menurunkan harga tandan buah segar (TBS) di tingkat petani. Eksportir diperkirakan bersedia membeli harga TBS dengan taksiran yang lebih rendah karena tingginya bea keluar padahal harga dan permintaan dunia terhadap CPO masih lesu. Hal itu bisa membuat pendapatan petani menurun sehingga berdampak pada pengurangan perawatan kebun kelapa sawit.

Penurunan ambang batas BK CPO berpotensi menurunkan harga TBS petani sawit dan menekan daya saing ekspor CPO Indonesia. Harga TBS di tingkat petani sekita Rp 1.000 per kilogram. Walaupun, harga TBS untuk pabrik sebesar Rp 1.300-Rp 1.400 per kilogram.

Rencana pemerintah tersebut tak ayal juga berpengaruh terhadap kinerja emiten berbasis perkebunan sawit. Pemerintah memang tengah menggenjot raihan pajak, namun penurunan batas bawah pengenaan Bea Keluar ekspor akan menekan kinerja daya saing ekspor mereka ditengah harga CPO yang masih cukup rendah. Emiten CPO dapat berharap dari penguatan Dollar sehingga dapat meningkatkan laba selisih kurs bagi emiten perkebunan.

Sementara menilik pergerakan harga emiten perkebunan pada perdagangan hari ini, beberapa emiten mengalami tekanan seperti yang dialami saham PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI ) yang terpantau tertekan 3.4% ke level 24.875. Sementara Sampoerna Agro Tbk (SGRO) juga tengah mengalami tekanan sebesar 3.21% ke level 1960. Adapun emiten PT London Sumatera Indonesia Tbk ( LSIP) tergerus sejak tiga hari perdagangan dan hari ini dalam tekanan sebesar 2.18% ke level 1795.

Pergerakan emiten perkebunan pada Senin (23/3/15) hingga pk 15.50 WIB.

Meski Pemerintah Berusaha Angkat Harga CPO, Emiten Sawit Bergerak Dalam Koreksi



Sumber http://securitiesacademy.co.id/2015/...dalam-koreksi/
0
588
0
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan