Quote:
Jakarta -Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) beberapa waktu terakhir bergerak cenderung melemah. Bahkan dolar AS telah menembus level Rp 13.000, terkuat sejak 1998.
Presiden Joko Widodo (Jokowi) menegaskan bahwa pelemahan rupiah merupakan peringatan bahwa Indonesia harus melakukan perbaikan. Misalnya dengan menekan defisit transaksi berjalan (current account deficit).
"Lemahnya rupiah adalah sinyal bahwa kita harus melakukan perbaikan. Modernisasi pada ekonomi kita," tegas Jokowi di Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta, Minggu (22/3/2015).
Meski begitu, Jokowi menyebutkan ada Indonesia juga diuntungkan dengan pelemahan rupiah. Sebab, produk ekspor Indonesia bisa lebih kompetitif di pasar dunia.
"Depresiasi rupiah melindungi daya saing kita secara regional dan internasional. Depresiasi rupiah menjadikan investasi di Indonesia menjadi sangat menarik, juga menjadikan sangat kompetitif sebagai basis produksi," paparnya.
Akhir pekan lalu, dolar AS ditutup di posisi Rp 13.115. Sepanjang Jumat (20/3/2015), dolar AS terendah di Rp 13.040 dan tertinggi Rp 13.115.
Sebelumnya, dolar AS sempat meninggalkan level Rp 13.000 tetapi tidak lama. Dolar AS sempat melemah akibat Gubernur The Federal Reserve/The Fed (bank sentral AS) Janet Yellen menyatakan kenaikan suku bunga belum dilakukan. Dia tidak menyebutkan kapan The Fed akan menaikkan suku bunga, tetapi pelaku pasar memperkirakannya terjadi pada September 2015.
Pernyataan ini sempat membuat dolar AS melemah, karena investor kembali masuk ke negara-negara berkembang (termasuk Indonesia). Namun ternyata hal itu tidak bertahan lama.
Euforia pasca pernyataan Yellen hanya berumur sehari. Hari ini pelaku pasar kembali menahan diri dan harap-harap cemas soal langkah Yellen selanjutnya.
(hds/hds)
katanya bagus untuk export, ada tambahan untuk apbn, untuk wisatawan asing juga bagus... sekarang baru ngaku? solusinya? mau blusukan?