ACTNews, VANUATU - Sejumlah agensi menyebut kondisi Kepulauan Vanuatu yang dihantam Badai Siklon Pam jauh lebih menantang dari area lainnya sejauh ini.

Bantuan kemanusiaanmulai berdatangan ke ibu kota Port Villa, setelah Siklon Pam mengobrak-abrik Vanuatu pada Jumat malam pekan lalu dengan kecepatan angin hingga 320 kilometer per jam.

Para relawan mengaku sulit menyalurkan bantuan ke 80 pulau kecil yang tersebar di Vanuatu. Dibutuhkan waktu berhari-hari untuk menjangkau desa terpencil yang hancur terkena badai.

"Saya ada di Filipina setelah Topan Haiyan menerjang. Saya yakin 100 persen masalah penyaluran logistik di sini (Vanuatu) jauh lebih sulit," ucap Kepala Agensi Save the Children Tom Skirrow pada AFP, Senin (16/3/2015).

"Jumlah bantuan logistik lebih sedikit, tapi persentase populasi yang terkena dampak bencana jauh lebih besar," sambung dia.

Laporan kematian resmi yang dikeluarkan pemerintah Vanuatu adalah enam orang dengan 30 lainnya terluka. Sejumlah pakar meyakini itu hanyalah sebagian kecil dari jumlah korban sesungguhnya.

Juru bicara agensi CARE International Tom Perry mengatakan 90 persen permukiman di Vanuatu rusak ringan hingga parah.


"Permukiman rata dengan tanah, pohon-pohon tumbang. Sulit mencari sebuah rumah yang tidak terkena badai," sebut Perry pada Australian Broadcasting Corporation.

Presiden Kepulauan Vanuatu Baldwin Lonsdale menyebut perubahan iklim sebagai faktor kunci terjadinya badai siklon yang menghancurkan negaranya.

Dalam konferensi penanggulangan bencana di PBB, Lonsdale meminta komunitas global untuk membantu negaranya.

"Saya berbicara dengan hati yang sangat berat. Saya berbicara di sini mewakili pemerintah dan warga Vanuatu, dan meminta komunitas global untuk membantu merespon bencana yang menghantam kami," ucap sang presiden. (ajm, metrotv)