- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Pasola, Tradisi Masyarakat Sumba yang Mengorbankan Darah


TS
fadlifuad
Pasola, Tradisi Masyarakat Sumba yang Mengorbankan Darah
Assalamualaikum agan-agan 
Selamet Dateng di Thread ane
Semoga Bermanfaat
Sebelumnya keatas dulu bantu ane rate gan



Selamet Dateng di Thread ane

Semoga Bermanfaat

Sebelumnya keatas dulu bantu ane rate gan



Pertama cek repos dulu :
Spoiler for cek repost:
Pasolaberasal dari kata "sola" atau "hola", yang berarti sejenis lembing kayu yang dipakai untuk saling melempar dari atas kuda yang sedang dipacu kencang oleh dua kelompok yang berlawanan. Setelah mendapat imbuhan `pa' (pa-sola, pa-hola), artinya menjadi permainan. Jadi pasola atau pahola berarti permainan ketangkasan saling melempar lembing kayu dari atas punggung kuda yang sedang dipacu kencang antara dua kelompok yang berlawanan. Pasola merupakan bagian dari serangkaian upacara tradisional yang dilakukan oleh orang Sumba yang masih menganut agama asli yang disebut Marapu (agama lokal masyarakat sumba). Permainan pasola diadakan pada empat kampung di kabupaten Sumba Barat. Keempat kampung tersebut antara lain Kodi, Lamboya, Wonokaka, dan Gaura. Pelaksanaan pasola di keempat kampung ini dilakukan secara bergiliran, yaitu antara bulan Februari hingga Maret setiap tahunnya.
Spoiler for 1:
Spoiler for 2:
Spoiler for 3:
Spoiler for 4:
Spoiler for 5:
Spoiler for 6:
Spoiler for 7:
Spoiler for 8:
Spoiler for 9:
Spoiler for 10:
Spoiler for 11:
Spoiler for 12:
Spoiler for 13:
Spoiler for 14:
Spoiler for 15:
Spoiler for 16:
Sejarah Pasola
Menurut cerita rakyat Sumba, pasola berawal dari seorang janda cantik bernama Rabu Kaba di Kampung Waiwuang. Rabu Kaba mempunyai seorang suami yang bernama Umbu Amahu, salah satu pemimpin di kampung Waiwuang. Selain Umbu Amahu, ada dua orang pemimpin lainnya yang bernama Ngongo Tau Masusu dan Bayang Amahu. Suatu saat, ketiga pemimpin ini memberitahu warga Waiwuang bahwa mereka akan melaut. Tapi, mereka pergi ke selatan pantai Sumba Timur untuk mengambil padi.
Warga menanti tiga orang pemimpin tersebut dalam waktu yang lama, namun mereka belum pulang juga ke kampungnya. Warga menyangka ketiga pemimpin mereka telah meninggal dunia, sehingga warga pun mengadakan perkabungan.Dalam kedukaan itu, janda cantik dari almarhum Umbu Dula, Rabu Kaba terjerat asmara dengan Teda Gaiparona yang berasal dari Kampung Kodi. Namun keluarga dari Rabu Kaba dan Teda Gaiparona tidak menyetujui perkimpoian mereka, sehingga mereka mengadakan kimpoi lari. Teda Gaiparona membawa janda tersebut ke kampung halamannya.
Beberapa waktu berselang, ketiga pemimpin warga Waiwuang (Ngongo Tau Masusu, Bayang Amahu dan Umbu Amahu) yang sebelumnya telah dianggap meninggal, muncul kembali di kampung halamannya. Umbu Amahu mencari isterinya yang telah dibawa oleh Teda Gaiparono. Walaupun berhasil ditemukan warga Waiwuang,
Rabu Kaba yang telah memendam asmara dengan Teda Gaiparona tidak ingin kembali. Kemudian Rabu Kaba meminta pertanggungjawaban Teda Gaiparona untuk mengganti belis yang diterima dari keluarga Umbu Dulla. Belis merupakan banyaknya nilai penghargaan pihak pengambil isteri kepada calon isterinya, seperti pemberian kuda, sapi,kerbau, dan barang-barang berharga lainnya.
Teda Gaiparona lalu menyanggupinya dan membayar belis pengganti. Setelah seluruh belis dilunasi diadakanlah upacara perkimpoian pasangan Rabu Kaba dengan Teda Gaiparona. Pada akhir pesta pernikahan, keluarga Umbu Dulla berpesan kepada warga Waiwuang agar mengadakan pesta nyale dalam wujud pasola untuk melupakan kesedihan mereka karena kehilangan janda cantik, Rabu Kaba.
Warga menanti tiga orang pemimpin tersebut dalam waktu yang lama, namun mereka belum pulang juga ke kampungnya. Warga menyangka ketiga pemimpin mereka telah meninggal dunia, sehingga warga pun mengadakan perkabungan.Dalam kedukaan itu, janda cantik dari almarhum Umbu Dula, Rabu Kaba terjerat asmara dengan Teda Gaiparona yang berasal dari Kampung Kodi. Namun keluarga dari Rabu Kaba dan Teda Gaiparona tidak menyetujui perkimpoian mereka, sehingga mereka mengadakan kimpoi lari. Teda Gaiparona membawa janda tersebut ke kampung halamannya.
Beberapa waktu berselang, ketiga pemimpin warga Waiwuang (Ngongo Tau Masusu, Bayang Amahu dan Umbu Amahu) yang sebelumnya telah dianggap meninggal, muncul kembali di kampung halamannya. Umbu Amahu mencari isterinya yang telah dibawa oleh Teda Gaiparono. Walaupun berhasil ditemukan warga Waiwuang,
Rabu Kaba yang telah memendam asmara dengan Teda Gaiparona tidak ingin kembali. Kemudian Rabu Kaba meminta pertanggungjawaban Teda Gaiparona untuk mengganti belis yang diterima dari keluarga Umbu Dulla. Belis merupakan banyaknya nilai penghargaan pihak pengambil isteri kepada calon isterinya, seperti pemberian kuda, sapi,kerbau, dan barang-barang berharga lainnya.
Teda Gaiparona lalu menyanggupinya dan membayar belis pengganti. Setelah seluruh belis dilunasi diadakanlah upacara perkimpoian pasangan Rabu Kaba dengan Teda Gaiparona. Pada akhir pesta pernikahan, keluarga Umbu Dulla berpesan kepada warga Waiwuang agar mengadakan pesta nyale dalam wujud pasola untuk melupakan kesedihan mereka karena kehilangan janda cantik, Rabu Kaba.
Oke, kita lanjut lagi.
Spoiler for 17:
Spoiler for 18:
Spoiler for 19:
Spoiler for 20:
Spoiler for 21:
Spoiler for 22:
Spoiler for 23:
Spoiler for 24:
Spoiler for 25:
Spoiler for 26:
Spoiler for 27:
Spoiler for 28:
Spoiler for 29:
Spoiler for 30:
Spoiler for 31:
Spoiler for 32:
Spoiler for 33:
Spoiler for 34:
Spoiler for 35:
Spoiler for 36:
Spoiler for 37:
Spoiler for 38:
Pasola tidak sekadar menjadi bentuk keramaian, tetapi menjadi salah satu bentuk pengabdian dan aklamasi ketaatan kepada sang leluhur. Pasola merupakan kultur religius yang mengungkapkan inti religiositas agama Marapu. Pasola menjadi perekat jalinan persaudaraan antara dua kelompok yang turut dalam pasola dan bagi masyarakat umum. Pasola menggambarkan rasa syukur dan ekspresi kegembiraan masyarakat setempat, karena hasil panen yang melimpah.
Pasola dapat dijadikan tonggak kemajuan pariwisata Sumba, karena atraksi budaya ini sudah diketahui banyak wisatawan mancanegara. Hal ini terlihat dalam setiap acara pasola selalu ada turis asing yang datang. Warisan budaya ini merupakan aset untuk meningkatkan pendapatan asli daerah.
Pasola dapat dijadikan tonggak kemajuan pariwisata Sumba, karena atraksi budaya ini sudah diketahui banyak wisatawan mancanegara. Hal ini terlihat dalam setiap acara pasola selalu ada turis asing yang datang. Warisan budaya ini merupakan aset untuk meningkatkan pendapatan asli daerah.
Demikian Thread sederhana ane 
Semoga bermanfaat buat agan-agan.
Sumber didapat dari artikel yang ditulis pada Businessinsider
Sedikit penjelasan dari Wikipedia
Untuk melihat koleksi photo nya secara lengkap silahkan kunjungin James Morgan Gallery

Semoga bermanfaat buat agan-agan.

Sumber didapat dari artikel yang ditulis pada Businessinsider
Sedikit penjelasan dari Wikipedia
Untuk melihat koleksi photo nya secara lengkap silahkan kunjungin James Morgan Gallery
Jika thread ane ini bermanfaat boleh Rekomendasikan HT
Jika agan berkenan tolong bagi ane cendol gan

Paling enggak bantu ane rate ya gan


Terimakasih


Diubah oleh fadlifuad 06-03-2015 14:06
0
2.6K
9


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan