- Beranda
- Komunitas
- Food & Travel
- Cerita Pejalan Domestik
[GO SHOW] Semalam di Sabang


TS
PriNx
[GO SHOW] Semalam di Sabang
Cerita ini saya tulis dengan sebenar-benarnya tanpa paksaan dari pihak manapun. Tanpa bermaksud seperti yang tidak kita maksudkan.
Quote:
Nyaris pukul 1 dinihari ketika jenuh melanda apartement (Rusun-red) tercinta. Melipirlah dalam kegelapan malam, menyibak hujan mencari kehangatan roti bakar Bandung. Hingga awak putuskan merapat ke lapak nguli tercinta untuk sekedar cari lawan main batu (gaple). Rupanya kurang kawan sedangkan hujan semakin riang. Tidak ada film kartun pagi buta begini. Jadilah merapatkan diri ke sofa bukan milik saya. Pagi sekali sudah datang kembali. Masih pukul 6 pagi ketika awak membasuh muka dengan air keran. Duduk manis merapat ke Kede Kupi Elcomandante, letaknya di depan terminal bus. Lumayan ada sedikit tontonan bus bus yang baru masuk dengan balutan debu debu intan, ah bukan, debu Jalinsum (Jalur Lintas Sumatera). Hampir 2x60 menit, bosan juga duduk disini. Jadilah awak putar-putar sembari cari pertamax. Kalau lagi sial gan, pertamax meski mahal jadi barang langka disini gan. Sayang mamak itu penting, sayang kereta (sepeda motor) juga penting. Sayangilah apa apa saja yang kalian anggap penting (mantan boleh juga gan). Kerennya pagi itu, dari SPBU Batoh, SPBU Museum Tsunami, SPBU Ulhe Lhee tiada pertamax gan. Masih ada sikit minyak di tanki, jadilah pusing-pusing ke arah Pelabuhan. Eh kok niat pusing-pusing malah masuk ke pelabuhan. Bayar seribu jadinya. Parkiran mobil sudah tampak bejibun sedangkan parkiran kereta masih kosong. Awak jadi bepikir kenapa gak iseng maen aja ke Sabang? Belom mandi, belom sikat gigi, belom punya pacar
masa bodolah
. Jadilah awak merapat ke lapak penjualan tiket. Antri manis bersama dengan bule bule manis. Sambil liat liat orang yang celingukan malas antri (pasti bukan orang Aceh, padahal awak juga bukan) Titip tiket sama orang lain, sampai di muka bingunglah dia karena tak tau mau dibeli atas nama siapa tiketnya. Tiket kereta 30K tiket saya 20K plus retribusi dan plus sumbangan kota jadilah total 55K damage pagi ini. Sembari keberangkatan kapal pukul 10.00 an kalau gak salah, kembali lah saya menuju sebuah kede kupi. "Kupi Bang, bek make saka beuh" (Kopi Bang, jangan pakai gula ya). Gelas kedua hari ini yang sudah mendarat ke lambung. Seperti pada waktu yang telah diprediksi bahwa kapal ontime berlabuh di Ulhe Lhee. Kapal belum lagi bongkar sauh, banyak pengendara sepeda motor yang telah menyalakan mesinnya. Entah mereka banyak minyak, atau gak sadar asap kenalpot itu mengganggu pengantri lainnya. "Pat Gampong, Gam?" (Dimana Kampung, Gam?). Gam itu panggilan untuk anak laki laki sebaya. Beruntungnya pengendara kereta hari itu, petugas hanya memasukkan 25antrian roda empat. Sehingga semua kereta bisa masuk kapal. Beberapa mata masih melihat kereta awak yang kampungan, mungkin karena matic pakai ban tahu. Tapi gak usah liat liat kali lah wak, tau nya awak kereta ini kredit. Menjadi mahfum awak kalo liat pengguna jasa layanan ferry ini berfoto-foto ria di dalam kapal. Baru sebentar update di instagram, facebook, friendster eh udah gak jamannya lagi, sekarang mainnya path. Ya kan Jan?


Spoiler for Ulhe Lhee:
![[GO SHOW] Semalam di Sabang](https://s.kaskus.id/images/2015/02/11/2499515_20150211082652.jpg)
Spoiler for Ulhe Lhe:
![[GO SHOW] Semalam di Sabang](https://s.kaskus.id/images/2015/02/11/2499515_20150211081629.jpg)
Spoiler for di kapal:
![[GO SHOW] Semalam di Sabang](https://s.kaskus.id/images/2015/02/11/2499515_20150211081740.jpg)
Quote:
Nyaris dua jam kapal berlayar tanpa gangguan apapun. Pelayaran cukup cerah membuat indah suasana. Sehingga awak lupa belum mandi ya kan. Untuk pesan saja bila agan agan bawa kereta di pelayaran Sabang harap segera merapat ke kereta ketika mau sandar kapal. Atau jangan kunci stang kereta nya biar bisa dipindahkan petugas. Karena setelah itu akan ada pelayaran lainnya gan
. Masih dengan kereta kampung, awak cuek aja melintasi beberapa pengendara lainnya. Ada yang terlihat dari jauh sepertinya, tampak pakai body protektor (barusan awak cari kalimat itu dari ebay). Kali ini mau ke Sabang dengan cara yang berbeda. Lewat simpang koramil awak ambil kanan menuju jalan baru. Inilah enaknya Sabang, jalanan sepi. Cuma hati hati kadang ada sapi. Awak rada ragu juga apa bisa kereta ini mendaki. Tapi udah sampe Sabang masa balek lagi ya kan. Singgahlah awak di Kelok Ampek Puluah Ampek macam di lagu lagu itu ya kan. Eh bukan itu ding namanya. Pokoknya asik gan jalan baru tanjak menukik. Dari sini bisa kita liat pelabuhan dan teluk Sabang. 10 menitan menikmati suasana ketinggian. Ingin berlama lama tapi panas gan. Lanjut perjalanan melintasi Anoi Hitam tembak terus ke Sumur Tiga. Kenapa Sumur Tiga? Awak udah lapar lah, jadinya mau duduk cantik dulu ke lapak nya Freddy.

Spoiler for Jalan Baru:
![[GO SHOW] Semalam di Sabang](https://s.kaskus.id/images/2015/02/11/2499515_20150211081806.jpg)
Spoiler for Jalan Baru:
![[GO SHOW] Semalam di Sabang](https://s.kaskus.id/images/2015/02/11/2499515_20150211081826.jpg)
Spoiler for Jalan Baru:
![[GO SHOW] Semalam di Sabang](https://s.kaskus.id/images/2015/02/11/2499515_20150211081921.jpg)
Quote:
Tiba di lapak Freddy rupanya dapur kantin sudah berpindah. Makanya awak bingung pas datang kok ruangannya kosong. Bule-bule sedikit malas nengok awak. Mungkin karena ada orang Indo yang belum mandi ya kan. Tenang gan, awak ada triknya. "Hallo Sep, kumaha damang? Urang can bisa balik ka Bandung euy. Nitip salam nya ka si akew, hampura can bisa datang. Sing langgeng weh nya rumah tangga na. Salam oge ka si neng nya. Oke Sep nuhun". Semoga mereka menganggap saya pengunjung sehingga akan cuek kembali. Kalem aja bray, saya gak berniat liat bikini situ, situ aja yang liat liat ane pake baju. Waktu awak mau pesan makan, si bibik bilang duluan, "gak ada B*R, Om". Awak lapar bi, mau makan nasi goreng, kalok pizza lagi gak minat
sama sekalian Jus Semangka, maklum duit awak cuma ada sedikit, yang banyak bapak awak. Freddy ini cocok untuk ngadem, apalagi ente ente yang demen baca buku sama baca mimik wajah cewe cewe bule. Seperti layaknya tempat wisata lainnya, jangan pernah memandangi orang asing secara berlebihan. Biasanya mereka akan tersinggung. Waktu bayar nasi 24K, Jus 10K eh rupanya kena pajak lagi 10persen. Tapi gpp lah, setidaknya Freddy gak mangkir dari pajak. Toh Sabang sendiri yang diuntungkan. Lanjut lagi ke kota mencari SPBU. Udah beberapa kali kemari tetap saja lupa dimana letak SPBU. Alhasil si kereta kampung ternoda dengan bensin eceran. Maklum gan prinsip hidup biar miskin asal sombong.

Spoiler for Freddy:
![[GO SHOW] Semalam di Sabang](https://s.kaskus.id/images/2015/02/11/2499515_20150211081903.jpg)
Quote:
Dari kota langsung awak pacu kereta ini menuju Gapang. Singgah sejenak di tikungan U untuk melihat Kota Sabang dari ketinggian. Sepi sekali jalanan itu hari, mungkin kerana libur sudah usai. Awak salah set rupanya, di Gapang sudah ada parte-parte (kelompok-red) yang sedang Out Bond. 100 lebih tampaknya. Inilah kenapa awak sukak kali ke Gapang. Selalu sepi meskipun disini pusat diving Lumba Lumba berada. Hamparan pasir putih yang panjang, dengan pepohonan kelapa sebagai pagarnya. Terlihat keluarga sedang snorkeling santai. Merekalah penguasa Gapang untuk siang ini. Apa jadinya pantai tanpa kelapa muda? 10ribu perak siang ini digantikan kesegarannya gan. Disini tak bisa berlama lama karena rupanya ada kretek yang sudah habis. Dengan santai melaju menuju Teupin Layeu / Iboih. Makjang tekejut awak liat ada 4 minibus teparkir disana. Bakal padat nih Iboih. Selepas turunan melewati kafe wak jon, benarlah yang awak pikirkan. Parkiran penuh dengan mobil dan kereta. Niat hati pengen snorkeling jadi hilang. Semak kurasa Iboih siang ini
. Kembali jenuh siang itu karena rokok BOSS (made in Siantar yang dipasarkan di Thailand, dan bisa nyasar ke Sabang) gak ada gan. Duduk di tepi pantai melihat-melihat pengunjung yang asik snorkeling, naik turun kapal kaca wisata, hingga beberapa pengunjung yang baru kembali dari diving. (awak mulai cerita ulang, kayanya keedit kemarin). Nyaris pukul lima awak pacu kereta ke nol km. Sebenarnya waktunya kurang tepat karena masih terlalu siang. Kekurang tepatan itu bertambah dengan adanya penjaga di jalur masuk Tugu Nol KM. "Dari pemkot Bang", "Brapa orang?" ujar penjaga. "satu saja", jawabku. Langsung kembali memacu si roda dua untuk naik ke Tugu Nol KM. Oh iya saya gak bohong kalau dari Pemkot, tadi dari kota kan melintasi Kantor Pemkot Sabang, jadi saya gak bohong kalau dari Pemkot. Aselinya mah saya bukan pegawai pemkot, da saya mah apa atuh, pergi juga cuma naik motor. Jadinya naik ke Tugu gak perlu bayar, da kemarin kemarin juga gak bayar kan A? Rupanya Tugu sedang dalam renovasi, jadi makin kurang sreg untuk berlama-lama disana. Jadi sirna niat hati hendak bercumbu dengan sunset.

Quote:
Belum lagi jam 6 sore, suara putaran ban tahu mencium hangat aspal Pulau Weh yang terkenal kualitas terbaik itu. Menderu mendesir membuat tangan sesekali memacu ringan. Klakson yang dibunyikan sesekali memecah kesunyian. Tak jarang juga ada lambaian tangan dari masyarakat Sabang. Meski hanya seberkas lambaian, kehangatan tutur sapa terlihat dari senyum simpul penduduk Sabang. Ini juga yang membuat kenapa Sabang begitu memukau seperti Lombok juga pedalaman Borneo sana. Menikmati segelas kopi tanpa gula adalah kebiasaan sekarang sejak berada di Tanah Rencong. "Kupi sikan, Bang. Bek make saka beuh" (Kopi setengah, Bang. Jangan pakai gula ya). Masih ada lelucon singkat dari kawan di Jepang sana. Kopi terbuat dan terlahir menjadi sesuatu produk yang mahal harganya, sedangkan gula tidak. Jadi jangan pernah mencampurkan barang berharga dengan barang kurang berharga. Di tepi kampung nelayan ini aroma kopi pantai sangat khas. Obrolan pengunjung masih seputaran harga ikan dan hasil tangkapan ikan semalam. Tak ada terdengar bagaimana update status dan tentang hot thread atau sekedar membahas trending topic. Ada suasana kekeluargaan yang sengaja dibangun kepada setiap pengunjung kede kupi ini. Bahkan pemilik kede kupi menghapal sesiapa saja yang pernah mengunjungi kede kupi ini. Hingga saya digratiskan dari setengah gelas kopi tanpa gula. Toh hanya air kopi ujarnya. Saya menjadi bingung atas pernyataan pemilik kede kupi ini. Terakhir saya baru tahu bahwa kede kupi ini kerap menghapus catatan hutang warga sekitar. Terutama ketika ombak besar memecah kede kupi ini hingga luluh lantak. Tak sebersit pun niatan beliau membangun kembali dari uang tagihan hutang. Karenanya warga sekitar turut membantu untuk mendirikan kede kupi ini tegak kembali pasca dihantam gelombang badai.
Selepas ngopi sore, saya lupa sudah gelas keberapa untuk hari ini. Niat hati untuk menyaksikan sunset di Kota. Apa daya waktu disibukkan dengan mencari penginapan. Entah sudah berapa kali Kota Sabang ini saya putari, bahkan ada beberapa penginapan yang nyaris saya datangi dua kali. Hingga saya putuskan mengunjungi Piyoh untuk membeli kaos ganti. Maklum gan, awak kan gak bawa baju salin. Sempat singgah ke PUM Hotel, rupanya kamar 60K sudah naik jadi 80K. Sialnya yang tersisa hanya kamar 110K belum pajak. Mendengar suara azan, kebiasaan di Aceh untuk menghentikan aktivitas. Lalu singgahlah awak di Sabang Foodcourt dekat Sabang Fair untuk menikmati seporsi Sate Gurita dan jus timun. Awak sedikit lupa, tapi sepertinya total 26K harga nya. Kembali lagi beputar putar kota mencari penginapan murah, sebenarnya banyak yang murah di kota. Mungkin karena lagi banyak wisatawan sehingga kamar kamar mahal saja yang tersisa. Sudah habis dalam ingatan tentang nama nama penginapan di Kota Sabang. Sementara sinyal three kurang bersahabat. Jadilah saya membeli paket data dari exel, karena kata si penjual cukup baik. Rupanya sinyal kurang bersahabat juga. Sial kurasa sudah membelinya. Kalau sudah tiada baru terasa, begitu rupanya lagu Om Rhoma. Baterai hp lemah dan padam, memaksa awak mencari sumber arus listrik. Alhasil dipilihlah PUM Hotel dengan rate 110K, ruangan ber AC. PUM selalu menyajikan kamar dengan dua ranjang, jadi bisa dijadikan rekomendasi bila menginap di Kota. Hanya saja kelemahannya adalah kamar mandi berada di luar. Niat hati jalan jalan selepas mandi, apa daya migren datang tiba-tiba. Terbangun dari lelap sejenak, jam menunjukkan pukul 00.10 dini hari. Pantas saja terdengar raungan suara kenalpot sepeda motor yang melintas. Jalanan sudah sangat sepi untuk ukuran Kota Sabang. Terbangun kembali menjelang subuh, tanpa mandi, cuci muka apalagi, semangat pagi ini untuk mengejar sunrise. Gelap masih Sabang Fair minggu ini. Niat hati ingin melihat sunrise, apadaya saya salah lokasi. Kurang dari pukul 6 pagi saya kembali ke dermaga Balohan. Sudah ramai rupanya, terlihat antrian sepeda motor sudah terisi separuh. Yang harus diperhatikan di Balohan adalah banyaknya orang yang menawarkan jasa membelikan tiket sepeda motor. Tak apa sih kalau kalian ikhlas. Toh Balohan bukan Lombok yang calo nya sangat memaksa. Ini sudah jaman milenium Bung, Sudah gak jamannya lagi premanisme ala Rajabasa. Setelah isi lambung kiri dengan nasi gurih dan segelas teh hangat, maka berakhir juga sensasi Go Show kali ini. Oh iya, nyaris tegang karena kereta awak jadi kendaraan terakhir yang masuk ke kapal, sementara banyak lagi antrian lainnya di belakang.
Selepas ngopi sore, saya lupa sudah gelas keberapa untuk hari ini. Niat hati untuk menyaksikan sunset di Kota. Apa daya waktu disibukkan dengan mencari penginapan. Entah sudah berapa kali Kota Sabang ini saya putari, bahkan ada beberapa penginapan yang nyaris saya datangi dua kali. Hingga saya putuskan mengunjungi Piyoh untuk membeli kaos ganti. Maklum gan, awak kan gak bawa baju salin. Sempat singgah ke PUM Hotel, rupanya kamar 60K sudah naik jadi 80K. Sialnya yang tersisa hanya kamar 110K belum pajak. Mendengar suara azan, kebiasaan di Aceh untuk menghentikan aktivitas. Lalu singgahlah awak di Sabang Foodcourt dekat Sabang Fair untuk menikmati seporsi Sate Gurita dan jus timun. Awak sedikit lupa, tapi sepertinya total 26K harga nya. Kembali lagi beputar putar kota mencari penginapan murah, sebenarnya banyak yang murah di kota. Mungkin karena lagi banyak wisatawan sehingga kamar kamar mahal saja yang tersisa. Sudah habis dalam ingatan tentang nama nama penginapan di Kota Sabang. Sementara sinyal three kurang bersahabat. Jadilah saya membeli paket data dari exel, karena kata si penjual cukup baik. Rupanya sinyal kurang bersahabat juga. Sial kurasa sudah membelinya. Kalau sudah tiada baru terasa, begitu rupanya lagu Om Rhoma. Baterai hp lemah dan padam, memaksa awak mencari sumber arus listrik. Alhasil dipilihlah PUM Hotel dengan rate 110K, ruangan ber AC. PUM selalu menyajikan kamar dengan dua ranjang, jadi bisa dijadikan rekomendasi bila menginap di Kota. Hanya saja kelemahannya adalah kamar mandi berada di luar. Niat hati jalan jalan selepas mandi, apa daya migren datang tiba-tiba. Terbangun dari lelap sejenak, jam menunjukkan pukul 00.10 dini hari. Pantas saja terdengar raungan suara kenalpot sepeda motor yang melintas. Jalanan sudah sangat sepi untuk ukuran Kota Sabang. Terbangun kembali menjelang subuh, tanpa mandi, cuci muka apalagi, semangat pagi ini untuk mengejar sunrise. Gelap masih Sabang Fair minggu ini. Niat hati ingin melihat sunrise, apadaya saya salah lokasi. Kurang dari pukul 6 pagi saya kembali ke dermaga Balohan. Sudah ramai rupanya, terlihat antrian sepeda motor sudah terisi separuh. Yang harus diperhatikan di Balohan adalah banyaknya orang yang menawarkan jasa membelikan tiket sepeda motor. Tak apa sih kalau kalian ikhlas. Toh Balohan bukan Lombok yang calo nya sangat memaksa. Ini sudah jaman milenium Bung, Sudah gak jamannya lagi premanisme ala Rajabasa. Setelah isi lambung kiri dengan nasi gurih dan segelas teh hangat, maka berakhir juga sensasi Go Show kali ini. Oh iya, nyaris tegang karena kereta awak jadi kendaraan terakhir yang masuk ke kapal, sementara banyak lagi antrian lainnya di belakang.
Diubah oleh PriNx 16-02-2015 14:11
0
3.1K
Kutip
21
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan