Setelah sebelumnya diberitakan pemerintah menurunkan asumsi makro ekonomi dari RAPBN-P 2015 seperti PDB, inflasi dan suku bunga SBN, Bank Indonesia menyatakan penurunan asumsi kurs rupiah. Pemerintah telah menurunkan asumsi PDB menjadi 5,7 persen, tingkat inflasi 5,0 persen dan suku bunga SPN 3 bulan sebesar 6,2 persen, dan untuk asumsi kurs Rupiah BI turunkan Rp300.

BI beralasan penurunan asumsi kurs Rupiah terhadap RAPBN-P 2015 ini disesuaikan dengan kondisi pertumbuhan ekonomi global dan prospeknya, selain itu faktor penurunan asumsi nilai tukar ini adalah defisit neraca transaksi berjalan. BI lemahkan asumsi Rupiah tersebut dari Rp12.200, menjadi Rp12.500.

Alasan kondisi perekonomian global, BI melihat kondisi ekonomi Amerika Serikat semakin melaju pertumbuhannya sehingga otomatis mengangkat nilai tukar dollar AS terhadap mata uang lainnya. Dan semakin tingginya dollar AS maka semakin menekan laju pergerakan nilai tukar Rupiah terhadap kurs dollar tersebut.

Melihat dampak potensi penguatan dollar terhadap nilai tukar Rupiah tersebut, penurunan asumsi kurs sebesar Rp300 masih sesuai dengan anggaran belanja dan pendapatan negara yang diinginkan pada perubahan APBN tahun 2015. Selanjutnya bagi BI nilai tukar Rp12.500/dolar lebih mencerminkan APBN-P 2015.

Alasan dari neraca transaksi berjalan yang masih alami defisit dalam tiga tahun belakangan, namun tahun terakhir diperkirakan berkurang pasca penghematan anggaran yang dilakukan pemerintah. Tahun 2013 defisit neraca transaksi berjalan 29,1 miliar dolar AS atau 3,3 persen terhadap PDB, dan tahun lalu diperkirakan BI defisit di kisaran 3 persen terhadap PDB atau sekitar 26 miliar dolar AS. Dan tahun 2015 BI proyeksikan defisit tetap di atas 3 persen terhadap PDB, menyusul proyeksi dari proyek pemerintah untuk pembangunan infrastruktur.


sumber