- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Kapasitas Kilang Digenjot Dua Kali Lipat
TS
bobbin
Kapasitas Kilang Digenjot Dua Kali Lipat
Quote:
Kapasitas Kilang Digenjot Dua Kali Lipat

JAKARTA - PT Pertamina (Persero) tengah mengerjakan Refining Development Masterplan Progam (RDMP) guna meningkatkan kapasitas kilang dalam negeri. Program ini akan mendongkrak kapasitas pengolahan minyak menjadi dua kali lipat dari saat ini.
Vice President Strategic Planning, Business Development, and Operation Risk Direktorat Pengolahan Pertamina Achmad Fathoni Mahmud mengatakan, pengembangan kapasitas tahap pertama akan dilakukan di tiga kilang, yakni di Balongan, Cilacap, dan Balikpapan, yang ditargetkan bisa selesai pada 2020-2021. Sedangkan, dalam tahap kedua dilakukan di Kilang Dumai dan Plaju yang ditargetkan selesai 2025.
“Apabila proyek ini tuntas, maka kita akan memiliki daya saing tinggi di kawasan Asia Pasifik,” kata Achmad di Kantor Pusat Pertamina Jakarta, kemarin. Menurut dia, program RDMP telah berhasil menggaet tiga calon investor, yaitu Saudi Aramco, Sinopec, dan JX Nippon Oil and Energy Japan.
Perusahaan ini digandeng untuk mengolah minyak mentah jenis sour yang memiliki kandungan sulfur tinggi. Dengan kualifikasi kilang demikian, Pertamina nantinya akandapatmemanfaatkan minyak mentah yang lebih murah dan dengan jumlah produk yang lebih banyak. Achmad menuturkan, saat ini kilangBBMPertaminakebanyakan menggunakan minyak mentah jenis light sweet crude yangharganya relatiflebihmahal.
“Di dukung dengan kompleksitas yang tinggi, margin akan semakin baik sehingga secara rata-rata akan menjadi yang paling kompetitif di kawasan Asia Pasifik,” jelasnya. Program RDMP ini akan mendongkrak kapasitas pengolahan minyak mentah dari posisi saat ini sekitar 820.000 barel per hari (bph) menjadi 1,68 juta bph atau dua kali lipat.
Fleksibilitas kilang juga akan meningkat, di antaranya kemampuan untuk mengolah minyak mentah dengan tingkat kandungan sulfur setara 2% di mana saat ini kandungan sulfur pada minyak mentah yang dapat ditoleransi hanya 0,2%. Dengan kompleksitas tinggi, lanjutnya, produksi BBM yang dihasilkan akan naik sekitar 2,5 kali lipat dari 620.000 bph saat ini menjadi 1,52 juta bph dengan produk utama gasoline (bensin) dan diesel (solar).
“Produk-produk tersebut akan memiliki kualitas tinggi yang comply terhadap standar Euro IV,” terangnya. Di tempat yang sama, VP Refining Technology Direktorat Pengolahan Budi Santoso Syarif mengungkapkan, kondisi kilang Pertamina rata-rata sudah tua. Kilang-kilang itu juga didirikan antara tahun 1920-1990, yang desain awalnya adalah untuk mengolah minyak mentah lokal yang umumnya jenis light sweet.
“Hasilnya disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat Indonesia pada saat itu, yaitu premium, kerosene (minyak tanah), dan solar,” ujarnya. Budi mengatakan, dengan fluktuasi harga minyak mentah, regulasi produk yang berubah dan tuntutan akan perlindungan terhadap lingkungan yang semakin ketat, maka program itu menjadi sangat relevan untuk menjawab tantangan-tantangan tersebut.
RDMP diharapkan juga akan meningkatkan ketahanan energi nasional karena akan mengurangi ketergantungan impor BBM. Achmad mengatakan, ketahanan energi Indonesia dalam menyuplai BBM ke masyarakat masih jauh dari harapan. Negara hanya mampu memproduksi kebutuhan BBM bagi masyarakat sebesar 48%, yang terdiri dari mogas, diesel, dan minyak tanah.
Persentase itu, kata dia, berdasarkan survei statistik pada 2013. Menurutnya, jika tidak dilakukan tindakan dalam memperbesar porsi peran domestik dalam menyuplai kebutuhan BBM, maka persentase ini akan terus turun. “Kalau tidak melakukan apapun, maka peran domestik untuk menyuplai BBM ke masyarakat hanya sebesar 38%,” tuturnya.
Namun dibandingkan Vietnam, Indonesia masih lebih bersaing dan mandiri dalam menyuplai kebutuhan BBM. Vietnam menurutnya menjadi salah satu negara yang cukup bergantung dengan negara lain dalam memenuhi kebutuhan BBM. “Vietnam lebih parah dari Indonesia. Dia impor BBM lebih banyak dari kita,” ucapnya. Namun dibandingkan dengan negara tetangga seperti Thailand, Malaysia, dan Australia, Indonesia jauh tertinggal dalam rangka kemandirian energi.
Sumber
Quote:
Pertamina Tingkatkan Kapasitas Kilang
JAKARTA - PT Pertamina tengah mengerjakan Refining Development Program Masterplan Progam (RDMP) guna meningkatkan kapasitas kilang bahan bakar minyak (BBM) di dalam negeri.
Vice President Strategic Planning, Business Development, and Operation Risk Direktorat Pengolahan Pertamina Achmad Fathoni Mahmud mengatakan, pegembangan kapasitas kilang tahap pertama akan dilakukan di tiga kilang, yakni Balongan, Cilacap, dan Balikpapan, yang ditargetkan beroperasi pada 2020-2021.
Sedangkan dalam tahap kedua dilakukan di Kilang Dumai dan Plaju, dengan target rampung pada 2025.
"Apabila proyek ini tuntas maka akan memiliki daya saing tinggi di kawasan Asia Pasifik," kata dia di Kantor Pusat Pertamina, Jakarta, Jumat (23/1/2015).
Menurut Achmad, program RDMP telah berhasil menggaet tiga calon investor, yaitu Saudi Aramco, Sinopec dan JX Nippon Oil and Energy Japan. Perusahaan ini digaet untuk mengolah minyak mentah sour yang memiliki kandungan sulfur tinggi.
"Dengan demikian, program kilang Pertamina ini akan dapat memanfaatkan minyak mentah lebih murah sekaligus dengan hasil produk yang lebih banyak," katanya.
Dia menuturkan, saat ini kilang BBM Pertamina banyak menggunakan minyak mentah light sweet crude yang harganya relatif lebih mahal, sehingga penerapan RDMP kilang-kilang Pertamina akan mampu mengolah minyak-minyak sour crude yang lebih murah.
"Di dukung dengan kompleksitas yang tinggi, margin akan semakin baik, sehingga secara rata-rata akan menjadi yang paling kompetitif di kawasan Asia Pasifik," terang Achmad.
Tidak hanya itu, program RDMP juga akan mendongkrak kapasitas pengolahan minyak mentah dari posisi saat ini sekitar 820 ribu barel per hari (bph) menjadi 1,68 juta bph atau dua kali lipat.
Di samping itu, fleksibilitas kilang juga akan meningkat, di antaranya kemampuan untuk mengolah minyak mentah dengan tingkat kandungan sulfur setara 2%, di mana saat ini kandungan sulfur pada minyak mentah yang dapat ditoleransi hanya 0,2%.
Dengan kompleksitas tinggi, produksi BBM yang dihasilkan akan naik sekitar 2,5 kali lipat dari 620 ribu bph saat ini menjadi 1,52 juta bph dengan produk utama gasoline dan diesel.
"Produk-produk tersebut akan memiliki kualitas tinggi yang comply terhadap standar Euro IV," terangnya.
VP Refining Technology Direktorat Pengolahan Budi Santoso Syarif mengungkapkan, kilang-kilang yang didirikan antara tahun 1920-1990, desain awalnya untuk mengolah minyak mentah lokal, umumnya light sweet crude.
"Hasilnya disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat Indonesia pada saat itu, yaitu premium, kerosene, dan solar," terangnya.
Budi mengatakan dengan fluktuasi harga minyak mentah, regulasi produk yang berubah, dan tuntutan akan perlindungan terhadap lingkungan yang semakin ketat maka program RDMP menjadi sangat relevan untuk menjawab tantangan-tantangan tersebut.
"RDMP juga akan meningkatkan ketahanan energi nasional karena akan mengurangi Indonesia terhadap ketergantungan impor BBM," kata dia.
Sumber
Quote:
Swasembada BBM, RI Perlu Bangun Tiga Kilang Minyak
JAKARTA – PT Pertamina (Persero) saat ini tengah mengerjakan proyek pengembangan kilang minyak guna mengurangi ketergantungan impor Bahan Bakar Minyak (BBM). Hal tersebut lantaran Indonesia menjadi negara nett importir BBM karena produksi dalam negeri tidak dapat memenuhi kebutuhan nasional.
VP Strategic Planning Business Development dan Operational Risk-Refining Pertamina Achmad Fathoni Mahmud mengatakan, saat ini Pertamina sedang mengerjakan proyek Refining Development Master Plan (RDMP) dan Grass Root Refinery (GRR).
Melalui RDMP, Pertamina akan berupaya untuk memperbarui kilang nasional yang saat ini dimiliki untuk menjawab kebutuhan energi nasional. Tahap pertama tiga kilang yakni Balongan, Cilacap, dan Balikpapan, ditargetkan akan beroperasi pada 2020-2021. Sementara tahap kedua Kilang Dumai dan Plaju direncanakan pada 2025.
"Produksi minyak kita turun, sehingga dominan impor minyak mentah dan BBM. Maju kena mundur kena. Ini situasi yang kita hadapi," kata Fathoni di Kantor Pertamina Pusat, Jakarta, Jumat (23/1/2015).
Fathoni menjelaskan, dengan RDMP ini untuk mengampanyekan bahwa saat ini Indonesia butuh penyelamatan dengan bagaimana kilang-kilang minyak Pertamina ini ditingkatkan produksinya, sehingga mampu bersaing untuk berbisnis. Jika tidak, akan terbebani dengan harga minyak yang tinggi.
"Ditargetkan ini dapat memproduksi BBM hingga 2 juta kilo liter per tahun," kata dia.
Namun, diakui Fathoni proyek RDMP ini masih belum mampu menghapus Indonesia ketergantungan impor BBM. Untuk menghapus impor ini, Indonesia juga membutuhkan pembangunan dua hingga tiga kilang minyak baru.
"Dengan RDMP ini hanya menutup gap besarnya impor. Kita akan bebas impor BBM jika bangun dua-tiga kilang baru, setelah itu ada kebijakan dari pemerintah untuk menghemat dan menekan konsumsi pertumbuhan BBM, sehingga itu akan bebas. Kuncinya itu ada di pemerintah," tukasnya
Sumber
yang kaya begini musti dikawal

Diubah oleh bobbin 25-01-2015 20:51
0
1.6K
Kutip
2
Balasan
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan