artmyjunkieAvatar border
TS
artmyjunkie
Rappeling di Situs Gunung Munara
07-08 Juni 2014

Sebenernya ini event kedua bareng temen-temen @ChapterBogor setelah sebelumnya saya sudah pernah turun bukit pake tali yang dipasang pada tebing dengan menggunakan harnes. Situs Gunung Munara terletak di Desa Kampung Sawah Kecamatan Rumpin Kabupaten Bogor, tidak jauh dari Parung. Apabila bertanya ke orang Rumpin pasti sudah tahu Munara itu dimana. Atau situs gunung Munara. Sebenarnya Munara ini lebih pantas disebut sebagai bukit karena ketinggiannya tidak lebih dari 2000 m (diatas permukaan laut). Bukit Munara belum terlalu ramai dikunjungi wisatawan lokal maupun mancanegara hanya orang yang ingin berziarah saja ke petilasan sang proklamator, terbukti disana terdapat goa yang bernama goa Soekarno. Gunung Munara sangat kental dengan wisata ziarahnya, karena di gunung ini banyak petilasan-petilasan dan goa-goa, salah satu goanya ada yang bernama goa Sukarno konon di goa itu Bung Karno pernah bersemedi. Selain itu ada juga batu tapak si Kabayan, goa batu belah, dan batu menara adzan, konon di batu yang terletak di dekat puncak ini jaman dahulu digunakan untuk mengumandangkan adzan. Sebelumnya saya akan membahas apa itu Rappeling? Rappeling adalah metode turun dari tempat tinggi ke tempat yang lebih rendah, bisa diterapkan di gedung-gedung tinggi maupun tebing yang menjulang. Alat-alat yang biasa digunakan adalah:

Tali Kernmantel

Tali kernmantel adalah tali yang digunakan untuk menuruni tebing, tali ini biasanya berukuran 9-11 mm. Tali ini bisa menahan beban kira-kira 1360-2720 Kg (1-2 ton). Tali kernmantel ada dua jenis, yaitu statis dan dinamis. Tali statis memiliki daya renggang sekitar 0 – 6 %. Karena daya renggangnya rendah dan tidak melar, maka tali ini sering digunakan untuk descending rappel (turun). Sedangkan tali dinamis memiliki daya renggang sampai dengan 25%, artinya tali ini mudah renggang atau melar. Dengan sifat ini maka sering digunakan untuk climbing/ ascending(naik). Dan juga perbedaan antara tali statis dan dinamins terletak pada warnanya. Statis hanya ada warna tunggal sedangkan dinamis memiliki kombinasi warna.

Harness

Harness adalah sebuah alat untuk mengamankan tubuh supaya tidak jatuh apabila dikaitkan atau diikat ke tali kernmantel. Ada dua macam harness, yaitu sit harness dan full body harnesss.

Carabiner

Carabiner atau biasa disebut cincin kait yang berbentuk oval atau menyerupai huruf “D”. Alat ini kebanyakan terbuat dari alumunium alloy dengan kemampuan menahan beban antar 1500 – 3500 Kg (1,5 – 3,5 ton). Ada dua jenis carabiner, yaitu carabiner snap dan carabiner screw. Carabiner snap tidak memiliki sekrup pengunci, sedangkan carabiner scew dilengkapi skrup pengunci.

Descender

Sebuah alat yang digunakan untuk memperlambat laju orang yang melakukan rappeling dengan prinsip gesekan. Gesekan yang terjadi antara tali kernmantel dengan descender akan memperlambat laju, sehingga orang yang rappeling dapat dengan mudah menguasai pengereman dengan tangan. Descender banyak jenisnya tapi yang sering digunakan untuk rappeling adalah jenis figure of 8.

Tali Webbing

Tali yang berbentuk pipih dengan lebar antara 1,5-2,5 cm yang bersifat lentur, biasanya digunakan untuk membuat tali pangkal untuk tambatan tali kernmantel di ujung tebing. Bisa juga digunakan sebagai pengganti Harness.

Meetpoin pasar Parung pukul 20.00 WIB, saya berangkat dari kota Bogor setelah menunaikan shalat Maghrib. Sampai di pasar Parung pukul 19.30, dikarenakan macet dimana-mana berhubung ini malam minggu. Tidak lama menunggu kawan-kawan akhirnya kami semua berkumpul lalu singgah sebentar di Basecamp kawan saya yang kebetulan orang Parung, beres repacking dan cek peralatan untuk main rappeling kami langsung menuju bukit Munara. Melewati jalan raya Ciseeng, lampu merah pertama lurus terus mengambil arah Rumpin apabila berangkat dari pasar Parung, kalo berangkat dari jalan raya Ciseeng setelah bertemu lampu merah pertama langsung saja belok kiri. Penunjuk arah ke situs bukit Munara cukup jelas, hanya saja jalanannya kurang rapih, beberapa tempat terlihat sedang di perbaiki oleh pemerintah daerah kabupaten Bogor. Setengah jam kami bermotor ria akhirnya tiba di Kampung Sawah dimana desa terakhir untuk bisa ke bukit Munara.

Hampir semua rumah warga sudah tertutup pintunya, hanya penerangan kecil di teras rumah. Saya melihat jam tangan ternyata sudah pukul 22.00 WIB. Dua orang pria tetiba menghampiri rombongan kami ternyata mereka adalah juru parkir yang menjual jasa untuk menjaga sepeda motor pengunjung apabila ingin ke bukit Muara, tarif parkir disini cukup murah, yaitu Rp.5000/motor.

Kami memulai treking setelah menggunakan headlamp yang nyangkut di kepala, waktu normal untuk sampai di puncak bukit belah adalah satu sampai dua jam, tidak lupa kami berdoa meminta perlindungan dan keberkahan untuk kelancaran acara kami sampai selesai kepada Tuhan YME, dari tempat parkir berjalan menuju kebun melewati jembatan, di bawahnya terdapat sungai dan batu-batu kali, jembatan ini penghubung antara pemukiman dan perkebunan warga. Setelah melewati jembatan saya meniti jalan setapak diantara rerimbunan pohon bambu, sesekali saya terpeleset karena tanah yang cukup licin, setengah jam tiba di pos pertama, disini terdapat warung yang sudah tutup dan batu yang cukup besar menakjubkan, walaupun itungannya bukit tapi situs gunung Munara ini tidak dapat diremehkan karena tanjakannya lumayan dapat menguras tenaga malam-malam dan berkeringat. Suhu disini tidak terlalu dingin, karena mungkin dekat dengan tambang kapur.

Tanjakan terakhir saya dapat melihat akar-akar yang melilit dari goa ke goa tepat diatas kepala saya, sungguh kejadian alam yang luar biasa, setelah melewati akar dan himpitan batu goa ini kami tiba di bukit belah, disini terdapat sebuah warung, berjalan sedikit ke belakang terdapat mushola dan penampung air, juga tanah datar untuk mendirikan beberapa tenda dan Goa Soekarno, buat yang tidak bawa tenda kalian bisa tidur di Goa Soekarno karena ruangan disini cukup besar.

Selesai mendirikan tenda beberapa kawan saya masak air untuk membuat kopi, sebagian ada yang makan nasi bungkus bawa dari bawah, berhubung pasti sampainya malam dan keadaan tidak memungkinkan kami untuk masak maka disiasati dengan membawa nasi bungkus emoticon-Big Grin. Obrolan santai malam ini mendominasi telinga saya, karena mata sudah tidak kuat menahan kantuk akhirnya saya istirahat duluan buat mempersiapkan tenaga main tali besok. Sedangkan teman-teman lain masih menikmati malam dengan bercengkrama satu sama lain.

Minggu pagi setelah sarapan dengan aneka gorengan yang kami pesan di kampung sawah kami langsung menuju bukit belah untuk diberikan materi dan pelatihan singkat tentang bagaimana caranya rappeling dan alat-alat apa saja yang dipakai oleh temen-temen Parung berhubung mereka sudah memiliki jam terbang banyak untuk main di bukit belah.

Sebagian ada yang memasang alat dan sebagian memberi pengaarahan kepada kami, pukul 08.00 WIB kami mulai rappeling di bukit latihan yang tingginya hanya 5 meter, setelah lancar barulah bebas mau mencoba yang lebih tinggi juga boleh. Kalo di tebing 5 meter saya berani tapi kalo tebing yang 80 meter nanti dulu deh ucap saya dalam hati, rasanya deg-degan dan memang saya memiliki phobia terhadap ketinggian, jadi nyali ini ciut apabila liat ke bawah tebing yang 80 meter.

Matahari semakin tinggi merangsak naik ke langit, saya pun belum berani mencoba tebing yang ketinggiannya 80 meter, setelah para wanita turun barulah saya merasa tertantang, wanita saja berani masa saya tidak?! Setelah memasang Harness Akhirnya saya memberanikan diri walaupun sembari berkeringat dingin, langkah demi langkah saya perhatikan, mata ini sama sekali tidak berani melihat ke bawah, pemandangan pada saat menggantung di tali kermantel di balik tebing bukit belah ternyata mampu membuat saya takjub dan memberikan pengalaman tersendiri bagi saya mungkin juga teman-teman lainnya, pohon-pohon hijau, sawah yang menguning dan pemukiman warga terlihat jelas dari atas sini.

Untuk turun ke bawah hanya memerlukan waktu 15 menit sambil di tandem sama kawan-kawan Parung yang sudah berpengalaman. Tekhnisnya 3 orang ngurusin masang alat diatas dan 2 orang nunggu orang yang turun di bawah. Namun ini sangat menyenangkan, turun dari bukit dengan pemandangan indah, setelah di bawah lalu saya mendongak ke atas, rsanya tidak percaya jika baru saja menuruninya.

Tidak semenakutkan ketika melihat teman-teman lain yang turun. Saya yakin hal yang sama pasti menghantui mereka. Ini pengalaman pertama saya turun tebing dan langsung ketagihan, ingin turun terus dan terus.


*banyak akar besar-besar

*akhirnya turun juga

*ketagihan

*itu cewek loh gan

*view kalo pagi




Kalo ada yang mau ditanyakan bisa mention ke @setiadiirwan gan.

Terimakasih udah main ke postingan ane. ditunggu cendolnya
emoticon-Blue Guy Cendol (L)
0
4.7K
4
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan