- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Tiket Pesawat Murah Ditiadakan. Setuju atau Tidak?


TS
xrofiqx
Tiket Pesawat Murah Ditiadakan. Setuju atau Tidak?
Baca. Komen, Rek HT, supaya yang lain tahu
Quote:
*Tiket 0 Rupiah Air Asia
Apakah kalian pernah naik pesawat dengan tiket 0 rupiah? Saya pernah. Tahun 2010, bareng istri saya pergi ke Singapore dengan Air Asia. Berapa yang kami bayar untuk tiket berdua? 0 rupiah. Berangkat pagi dari Jakarta, tiba di Singapore, makan siang di pedestrian Orchard, sorenya pulang ke Jakarta. Dan itu bukan sesuatu yang "amazing", karena puluhan ribu traveller lainnya, memiliki kesempatan sama, cerita mereka lebih keren. Mereka juga mendapatkan tiket promosi dari maskapai Air Asia. Jauh sebelum itu, saya juga pernah bersama geng ke Lombok, naik Air Asia ke Denpasar, lagi-lagi menggunakan tiket super murah. Tidak spesial.
Minggu2 ini, maskapai Air Asia sedang berkabung atas jatuhnya pesawat mereka. Banyak orang marah. Ngamuk-ngamuk. Sambil bawa wartawan, marahnya bila perlu sekalian "live". Tidak cukup marah, bahkan pemerintah melalui pejabat terasnya bilang akan menghapus "penerbangan murah", agar tidak lagi terjadi pesawat jatuh. Puh, benaran nih Pak, mau dihapus "penerbangan murah"?
Tahun 2014, Air Asia membawa sekitar 9 juta penumpang di Indonesia. Baiklah, kalau memang mau dihapus, kita usir saja mereka dari Indonesia. Tutup. Bumi hanguskan. Bila perlu kita ganyang habis2an biar puas. Untuk kemudian so what? Mereka terbang ilegal dari Surabaya, pantas dong kita habisi. Tapi bagaimana kalau kita buka urusan ini seterang-terangnya, maka saya khawatir, yang perlu dihabisi lebih dahulu adalah pejabat2 teras di pemerintahan kita. Sudah terlalu lama omong kosong ini, Tuan, Nyonya, mana ada sih peraturan yang kalian ciptakan yang sungguh2 kalian tegakkan? Coba tengak bandara Soekarno Hatta, orang2 bisa merokok sembarangan di lorong2 dengan petugas berdiri di depannya. Kalau soal merokok saja, hal yang paling upil, kalian tidak bisa bereskan, apalagi soal ijin hantu. So what? Marah-marah mungkin sekarang jadi trend pejabat.
Hingga kita lupa, Air Asia itu jangan-jangan justeru korban dari tidak becusnya kita menegakkan peraturan. Mereka beroperasi ilegal berbulan2, tidak ada yang negur. Loh, kok dibiarkan? Jangan-jangan air Asia itu korban dari persekongkolan kita! Untuk kemudian kita banting dia jadi tersangka, kriminal terbesar. Catat saja, negeri kita ini pernah dan masih di ban oleh Eropa (termasuk Garuda dulu), mereka tidak sudi ada penerbangan dari maskapai Indonesia ke negara mereka, hasil audit mereka mencemaskan, jadi daripada nanti masalah, mereka ketiban getahnya, ban saja. Itu seharusnya jadi PR besar sejak dulu, bukan sebaliknya, setiap ada kejadian, baru rusuh.
Saya tidak tahu apa yang telah dilakukan pejabat kementerian perhubungan untuk saya, tapi saya tahu persis apa yang telah dilakukan Air Asia untuk saya. Air Asia itu membuat tiket pesawat terjangkau bagi banyak orang. Rute Bandung-Yogya, jika hanya dikuasai satu maskapai, maka kalian tahu tiketnya berapa? Ada di angka 900.000. Bandingkan Jakarta-Yogya yang lebih jauh, tiketnya bisa dapat 300-400rb. Lihat saja, rute2 lain yang hanya dikuasai satu maskapai, tiketnya otomatis gila-gilaan. Situ nggak ada uang? ya monggo, tidak usah naik pesawat. Logika hebat dari pejabat. 9 juta penumpang yang dibawa Air Asia, menghubungkan Bandung ke Kuala Lumpur, Singapore, turis luar negeri itu datang ke Bandung naik Air Asia. Mereka melakukan sesuatu yang sangat kongkret. Penerbangan murah tidak identik dengan safety murahan. Tiket promo, tidak identik dengan promo keselamatan.
Nah, kalau pejabat memang masih mau mara-marah. Silakan. Tapi marahlah lebih dulu ke diri sendiri. Itu lebih bermanfaat. Kami ini capek lihatnya, Pak. Semua orang bicara tentang safety, tapi bapak harus tahu, justeru pak pejabat-lah yang paling susah disuruh matikan HP di atas pesawat. Saya nggak bohong, Pak. Yang nampar pramugari (saat diingatkan soal HP), yang nampar petugas loket (karena tidak sabaran, emosi), itu bukankah geng kalian? Pejabat! Yang sok berkuasa betul di atas pesawat, lihat saja, bukankah teman-teman sejenis kalian?
Monggo kalau mau dilanjutkan
Apakah kalian pernah naik pesawat dengan tiket 0 rupiah? Saya pernah. Tahun 2010, bareng istri saya pergi ke Singapore dengan Air Asia. Berapa yang kami bayar untuk tiket berdua? 0 rupiah. Berangkat pagi dari Jakarta, tiba di Singapore, makan siang di pedestrian Orchard, sorenya pulang ke Jakarta. Dan itu bukan sesuatu yang "amazing", karena puluhan ribu traveller lainnya, memiliki kesempatan sama, cerita mereka lebih keren. Mereka juga mendapatkan tiket promosi dari maskapai Air Asia. Jauh sebelum itu, saya juga pernah bersama geng ke Lombok, naik Air Asia ke Denpasar, lagi-lagi menggunakan tiket super murah. Tidak spesial.
Minggu2 ini, maskapai Air Asia sedang berkabung atas jatuhnya pesawat mereka. Banyak orang marah. Ngamuk-ngamuk. Sambil bawa wartawan, marahnya bila perlu sekalian "live". Tidak cukup marah, bahkan pemerintah melalui pejabat terasnya bilang akan menghapus "penerbangan murah", agar tidak lagi terjadi pesawat jatuh. Puh, benaran nih Pak, mau dihapus "penerbangan murah"?
Tahun 2014, Air Asia membawa sekitar 9 juta penumpang di Indonesia. Baiklah, kalau memang mau dihapus, kita usir saja mereka dari Indonesia. Tutup. Bumi hanguskan. Bila perlu kita ganyang habis2an biar puas. Untuk kemudian so what? Mereka terbang ilegal dari Surabaya, pantas dong kita habisi. Tapi bagaimana kalau kita buka urusan ini seterang-terangnya, maka saya khawatir, yang perlu dihabisi lebih dahulu adalah pejabat2 teras di pemerintahan kita. Sudah terlalu lama omong kosong ini, Tuan, Nyonya, mana ada sih peraturan yang kalian ciptakan yang sungguh2 kalian tegakkan? Coba tengak bandara Soekarno Hatta, orang2 bisa merokok sembarangan di lorong2 dengan petugas berdiri di depannya. Kalau soal merokok saja, hal yang paling upil, kalian tidak bisa bereskan, apalagi soal ijin hantu. So what? Marah-marah mungkin sekarang jadi trend pejabat.
Hingga kita lupa, Air Asia itu jangan-jangan justeru korban dari tidak becusnya kita menegakkan peraturan. Mereka beroperasi ilegal berbulan2, tidak ada yang negur. Loh, kok dibiarkan? Jangan-jangan air Asia itu korban dari persekongkolan kita! Untuk kemudian kita banting dia jadi tersangka, kriminal terbesar. Catat saja, negeri kita ini pernah dan masih di ban oleh Eropa (termasuk Garuda dulu), mereka tidak sudi ada penerbangan dari maskapai Indonesia ke negara mereka, hasil audit mereka mencemaskan, jadi daripada nanti masalah, mereka ketiban getahnya, ban saja. Itu seharusnya jadi PR besar sejak dulu, bukan sebaliknya, setiap ada kejadian, baru rusuh.
Saya tidak tahu apa yang telah dilakukan pejabat kementerian perhubungan untuk saya, tapi saya tahu persis apa yang telah dilakukan Air Asia untuk saya. Air Asia itu membuat tiket pesawat terjangkau bagi banyak orang. Rute Bandung-Yogya, jika hanya dikuasai satu maskapai, maka kalian tahu tiketnya berapa? Ada di angka 900.000. Bandingkan Jakarta-Yogya yang lebih jauh, tiketnya bisa dapat 300-400rb. Lihat saja, rute2 lain yang hanya dikuasai satu maskapai, tiketnya otomatis gila-gilaan. Situ nggak ada uang? ya monggo, tidak usah naik pesawat. Logika hebat dari pejabat. 9 juta penumpang yang dibawa Air Asia, menghubungkan Bandung ke Kuala Lumpur, Singapore, turis luar negeri itu datang ke Bandung naik Air Asia. Mereka melakukan sesuatu yang sangat kongkret. Penerbangan murah tidak identik dengan safety murahan. Tiket promo, tidak identik dengan promo keselamatan.
Nah, kalau pejabat memang masih mau mara-marah. Silakan. Tapi marahlah lebih dulu ke diri sendiri. Itu lebih bermanfaat. Kami ini capek lihatnya, Pak. Semua orang bicara tentang safety, tapi bapak harus tahu, justeru pak pejabat-lah yang paling susah disuruh matikan HP di atas pesawat. Saya nggak bohong, Pak. Yang nampar pramugari (saat diingatkan soal HP), yang nampar petugas loket (karena tidak sabaran, emosi), itu bukankah geng kalian? Pejabat! Yang sok berkuasa betul di atas pesawat, lihat saja, bukankah teman-teman sejenis kalian?
Monggo kalau mau dilanjutkan
Quote:
*Bagaimana tiket 0 rupiah bisa ada?
Bagaimana sih, kok bisa-bisanya, ada maskapai yang menjual tiket 0 rupiah? Tidak masuk akal dong? Jawabannya: masuk akal. Kalau situ tidak bisa memahaminya, bukan berarti sesuatu itu tidak masuk akal. Akan saya jelaskan dengan cara awam urusan ini.
Apa sih itu yang disebut Low Cost Airlines (LCC)? Itu artinya, maskapai yang mengoperasikan penerbangannya dengan biaya rendah. LCC itu maksudnya efisien. Bukan murahan. Air Asia misalnya, bagaimana mereka disebut LCC?
Kita bahas dengan contoh paling simpel. Pramugari dan pramugara. Kalau kalian naik Garuda, flight terakhir ke Bandung-Surabaya misalnya, maka itu pramugari dan pramugaranya akan menginap di hotel (rata2 bintang 4). Itu tentu saja butuh biaya semua, biaya hotel, jemputan, makan, uang saku, dsbgnya. Air Asia tidak, mereka membuat skedul penerbangan sedemikian rupa sehingga pramugari yang bertugas di pesawat, pada flight terakhir kembali ke kota asal mereka. Pramugari ini bisa kembali ke rumah masing2, dan tidak perlu biaya hotel, untuk bertugas kemudian. Atau dalam strategi lain, mereka menyediakan mess yang sama baiknya sebagai pengganti hotel. LCC mengatur hal seperti ini dengan baik, rapi, hingga mereka bisa memangkas banyak biaya operasional. Mereka mengatur efisiensi boarding, efisiensi staf operasional, cara memesan tiket, dsbgnya. TAPI mereka tidak memangkas biaya SAFETY. Keliru sekali kalau ada yang mikir, LCC itu menyepelekan keselamatan. Tidak ada yang bisa dipangkas dari safety.
LCC juga menjual tiket dengan pendekatan "apa yang situ butuhkan"? Situ hanya bawa bagasi tas ransel, maka tidak perlu membeli bagasi 20kg, apalagi 40kg. Buat apa? Apakah situ butuh duduk di kursi paling nyaman? Jika iya, maka monggo nambah bayarnya. Mau masuk pesawat paling dulu? Silakan, nambah lagi bayarnya. Mau makan? Juga nambah lagi bayarnya. Silahkan saja total-totalkan semuanya, jatuhnya tidak akan beda dengan maskapai lain. Tapi dengan adanya pilihan seperti ini, penumpang bisa terbang lebih efisien. Bukan kayak ngirim paket lewat kurir, mau suratnya hanya 10gram, mau 990gram, sama2 dihitung 1 kg oleh kurir.
Nah, LCC juga khas dengan promo harga. Apa itu? Begini, dek. Misalkan pesawat itu ada 100 kursi. Maka, mau isi pesawat itu 20 orang, mau 100 orang pol, tetap saja sama biayanya bagi maskapai. Jadi, mereka peduli dengan tingkat okupansi alias keterisian sebuah pesawat. Mereka riset, dan tahu, oh, okupansi kita ini rata2 di 90% saja. Ada sisa 10% yang selalu kosong. Maka, digelarlah promo harga. Jauh-jauh hari, jika Anda beli tiket untuk tahun depan, kami kasih 0 rupiah. Tapi itu hanya untuk 1-2 kursi saja. Karena toh, mau ada promo atau tidak rata-rata memang 90% terisi, mending promo, sekaligus bikin happy calon penumpang. Bagi maskapai itu adalah trik sederhana sekali. Tidak merugikan mereka. Toh 10 kursi itu secara rata2 memang akan tersedia alias kosong. Kecuali di masa2 sibuk (peak season), tidak akan ada itu promo, bahkan harga tiketnya bisa lebih mahal dibanding Garuda.
Tiket promo ini sangat penting bagi jutaan backpacker di seluruh dunia. Bukan hanya kalian Pak Pejabat saja yang mau naik pesawat.
Jadi, harga tiket murah itu bukan dosa! Bukan maksiat. Tidak berarti murahan safetynya. Catat baik2, Air Asia itu dapat penghargaan: The World's Best Airlines untuk kategori Low Cost Airlines. Mereka 5 tahun berturut2 memenangkan penghargaan bergengsi itu, 2010, 2011, 2012, 2013, 2014. Itu adalah penghargaan paling top. Garuda saja yang baru dapat tahun2 terakhir dalam kategori berbeda, bangganya minta ampun. Masa' maskapai yang sudah dapat berkali2, dianggap hina dina, tidak ada hargaya sama sekali. Seolah sistem, prosedur maskapai Air Asia itu jelek semua. Air Asia itu juga korban, mana ada maskapai yang mau pesawatnya jatuh.
Saya kecewa sekali dengan kebijakan pemerintah soal jatuhnya pesawat Air Asia ini. Bukannya mereka bergegas membuka habis2an apa yang sebenarnya terjadi di kementerian perhubungan. Kenapa ada izin hantu. Kenapa-kenapa, semua dibongkar habis2an regulasi, peraturan, dsbgnya. Eh malah bergegas sebaliknya. Hellowww... kotak hitam belum ditemukan, KNKT masih jauh dari memberi kesimpulan, Anda sudah membuat keputusan: tidak ada lagi tiket murah penerbangan.
Aduh, dek, penerbangan murah tidak identik dengan safety murahan. Harga promo tidak identik dengan promo keselamatan. Kalau begini caranya, ada teman yg bergurau bilang, kasus ini sama persis kayak orang ngeluh pusing migren, malah dikasih obat cacing. Sakitnya apa, obatnya apa. Tapi perumpamaan kawan saya ini sih belum nendang, menurut saya, kasus ini ibarat: ada orang ngeluh pusing migren, belum selesai didiagnosis, kita sudah langsung teriak (dengan gaya marah-marah sambil diliput wartawan):
"Kasih Mastin. Pasti good!"
Jaka sembung naik ojek, nggak nyambung, jek! Batalkan rencana kebijakan kalian mengatur tarif bawah penerbangan.
Bagaimana sih, kok bisa-bisanya, ada maskapai yang menjual tiket 0 rupiah? Tidak masuk akal dong? Jawabannya: masuk akal. Kalau situ tidak bisa memahaminya, bukan berarti sesuatu itu tidak masuk akal. Akan saya jelaskan dengan cara awam urusan ini.
Apa sih itu yang disebut Low Cost Airlines (LCC)? Itu artinya, maskapai yang mengoperasikan penerbangannya dengan biaya rendah. LCC itu maksudnya efisien. Bukan murahan. Air Asia misalnya, bagaimana mereka disebut LCC?
Kita bahas dengan contoh paling simpel. Pramugari dan pramugara. Kalau kalian naik Garuda, flight terakhir ke Bandung-Surabaya misalnya, maka itu pramugari dan pramugaranya akan menginap di hotel (rata2 bintang 4). Itu tentu saja butuh biaya semua, biaya hotel, jemputan, makan, uang saku, dsbgnya. Air Asia tidak, mereka membuat skedul penerbangan sedemikian rupa sehingga pramugari yang bertugas di pesawat, pada flight terakhir kembali ke kota asal mereka. Pramugari ini bisa kembali ke rumah masing2, dan tidak perlu biaya hotel, untuk bertugas kemudian. Atau dalam strategi lain, mereka menyediakan mess yang sama baiknya sebagai pengganti hotel. LCC mengatur hal seperti ini dengan baik, rapi, hingga mereka bisa memangkas banyak biaya operasional. Mereka mengatur efisiensi boarding, efisiensi staf operasional, cara memesan tiket, dsbgnya. TAPI mereka tidak memangkas biaya SAFETY. Keliru sekali kalau ada yang mikir, LCC itu menyepelekan keselamatan. Tidak ada yang bisa dipangkas dari safety.
LCC juga menjual tiket dengan pendekatan "apa yang situ butuhkan"? Situ hanya bawa bagasi tas ransel, maka tidak perlu membeli bagasi 20kg, apalagi 40kg. Buat apa? Apakah situ butuh duduk di kursi paling nyaman? Jika iya, maka monggo nambah bayarnya. Mau masuk pesawat paling dulu? Silakan, nambah lagi bayarnya. Mau makan? Juga nambah lagi bayarnya. Silahkan saja total-totalkan semuanya, jatuhnya tidak akan beda dengan maskapai lain. Tapi dengan adanya pilihan seperti ini, penumpang bisa terbang lebih efisien. Bukan kayak ngirim paket lewat kurir, mau suratnya hanya 10gram, mau 990gram, sama2 dihitung 1 kg oleh kurir.
Nah, LCC juga khas dengan promo harga. Apa itu? Begini, dek. Misalkan pesawat itu ada 100 kursi. Maka, mau isi pesawat itu 20 orang, mau 100 orang pol, tetap saja sama biayanya bagi maskapai. Jadi, mereka peduli dengan tingkat okupansi alias keterisian sebuah pesawat. Mereka riset, dan tahu, oh, okupansi kita ini rata2 di 90% saja. Ada sisa 10% yang selalu kosong. Maka, digelarlah promo harga. Jauh-jauh hari, jika Anda beli tiket untuk tahun depan, kami kasih 0 rupiah. Tapi itu hanya untuk 1-2 kursi saja. Karena toh, mau ada promo atau tidak rata-rata memang 90% terisi, mending promo, sekaligus bikin happy calon penumpang. Bagi maskapai itu adalah trik sederhana sekali. Tidak merugikan mereka. Toh 10 kursi itu secara rata2 memang akan tersedia alias kosong. Kecuali di masa2 sibuk (peak season), tidak akan ada itu promo, bahkan harga tiketnya bisa lebih mahal dibanding Garuda.
Tiket promo ini sangat penting bagi jutaan backpacker di seluruh dunia. Bukan hanya kalian Pak Pejabat saja yang mau naik pesawat.
Jadi, harga tiket murah itu bukan dosa! Bukan maksiat. Tidak berarti murahan safetynya. Catat baik2, Air Asia itu dapat penghargaan: The World's Best Airlines untuk kategori Low Cost Airlines. Mereka 5 tahun berturut2 memenangkan penghargaan bergengsi itu, 2010, 2011, 2012, 2013, 2014. Itu adalah penghargaan paling top. Garuda saja yang baru dapat tahun2 terakhir dalam kategori berbeda, bangganya minta ampun. Masa' maskapai yang sudah dapat berkali2, dianggap hina dina, tidak ada hargaya sama sekali. Seolah sistem, prosedur maskapai Air Asia itu jelek semua. Air Asia itu juga korban, mana ada maskapai yang mau pesawatnya jatuh.
Saya kecewa sekali dengan kebijakan pemerintah soal jatuhnya pesawat Air Asia ini. Bukannya mereka bergegas membuka habis2an apa yang sebenarnya terjadi di kementerian perhubungan. Kenapa ada izin hantu. Kenapa-kenapa, semua dibongkar habis2an regulasi, peraturan, dsbgnya. Eh malah bergegas sebaliknya. Hellowww... kotak hitam belum ditemukan, KNKT masih jauh dari memberi kesimpulan, Anda sudah membuat keputusan: tidak ada lagi tiket murah penerbangan.
Aduh, dek, penerbangan murah tidak identik dengan safety murahan. Harga promo tidak identik dengan promo keselamatan. Kalau begini caranya, ada teman yg bergurau bilang, kasus ini sama persis kayak orang ngeluh pusing migren, malah dikasih obat cacing. Sakitnya apa, obatnya apa. Tapi perumpamaan kawan saya ini sih belum nendang, menurut saya, kasus ini ibarat: ada orang ngeluh pusing migren, belum selesai didiagnosis, kita sudah langsung teriak (dengan gaya marah-marah sambil diliput wartawan):
"Kasih Mastin. Pasti good!"
Jaka sembung naik ojek, nggak nyambung, jek! Batalkan rencana kebijakan kalian mengatur tarif bawah penerbangan.
Quote:
Saya baru saja membuka daftar maskapai di dunia yang di ban oleh Uni Eropa, alias dilarang terbang masuk kawasan mereka. Daftarnya seru (silahkan google untuk melihatnya):
1. Afganistan, Kongo, Liberia, Mozambiq, Djibouti, Eritria, seluruh maskapainya di ban. Tanpa ampun, ban.
2. Indonesia? Semua diban, kecuali: Garuda, Airfast Indonesia, Republic Express Airlines, dan Air Asia Indonesia.
Saya juga baru membuka website The World's Airline Awards. Nangkring di daftar pemuncak Low Cost Airlines terbaik sedunia, selama lima tahun 2010, 2011, 2012, 2013, 2014: Air Asia.
Nah, sekarang saya tiba di pertanyaan paling naif. Bagaimana bisa, maskapai yang bisa terbang direct ke Eropa, penerima penghargaan terbaik 5 tahun berturut-turut, bisa terbang "ilegal" dari Surabaya? Ada apa sebenarnya? Apakah Air Asia ini memang maskapai brengsek? Kriminal? Atau birokrasi dan regulasi kita yang penuh jebakan betmen? Jangan-jangan, Air Asia itu adalah korban dari ketidakbecusan kita menegakkan peraturan, untuk kemudian kita banting dia jadi penjahatnya, dikorbankan.
Saya tidak tahu jawabannya. Karena biasanya, kalau sudah urusan begini, yang kena libas paling hanya manajer kelas kroco. Atasannya yang seharusnya bertanggung-jawab mengawasi anak-buahnya sih selamat, bisa senyum lebar di media massa.
*Tere Liye
**I dont care apapun afiliasi politik kalian, mau kalian fans pemerintah, mau fans KMP; saya hanya peduli dengan masa depan travelling saya. Honestly, saya butuh maskapai seperti Air Asia agar bisa melihat dunia. Harga murah, safety prioritas pertama.
1. Afganistan, Kongo, Liberia, Mozambiq, Djibouti, Eritria, seluruh maskapainya di ban. Tanpa ampun, ban.
2. Indonesia? Semua diban, kecuali: Garuda, Airfast Indonesia, Republic Express Airlines, dan Air Asia Indonesia.
Saya juga baru membuka website The World's Airline Awards. Nangkring di daftar pemuncak Low Cost Airlines terbaik sedunia, selama lima tahun 2010, 2011, 2012, 2013, 2014: Air Asia.
Nah, sekarang saya tiba di pertanyaan paling naif. Bagaimana bisa, maskapai yang bisa terbang direct ke Eropa, penerima penghargaan terbaik 5 tahun berturut-turut, bisa terbang "ilegal" dari Surabaya? Ada apa sebenarnya? Apakah Air Asia ini memang maskapai brengsek? Kriminal? Atau birokrasi dan regulasi kita yang penuh jebakan betmen? Jangan-jangan, Air Asia itu adalah korban dari ketidakbecusan kita menegakkan peraturan, untuk kemudian kita banting dia jadi penjahatnya, dikorbankan.
Saya tidak tahu jawabannya. Karena biasanya, kalau sudah urusan begini, yang kena libas paling hanya manajer kelas kroco. Atasannya yang seharusnya bertanggung-jawab mengawasi anak-buahnya sih selamat, bisa senyum lebar di media massa.
*Tere Liye
**I dont care apapun afiliasi politik kalian, mau kalian fans pemerintah, mau fans KMP; saya hanya peduli dengan masa depan travelling saya. Honestly, saya butuh maskapai seperti Air Asia agar bisa melihat dunia. Harga murah, safety prioritas pertama.
Sumber: facebook.com/darwistereliye
Diubah oleh xrofiqx 08-01-2015 09:54
0
5.9K
Kutip
95
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan