Kaskus

Hobby

terkelintrgAvatar border
TS
terkelintrg
Kesaktian Guru Karo
Menguji kesaktian Guru Diden di
tanah Karo (Legenda)
Salah satu dari mereka berkata
“Sebaiknya kita adu ilmu saja, kita
bertujuh dengan guru dari Karo itu !“.
Sontak salah satu orang yang ada di
pertemuan itu sangat gusar. Saat itu
memang sedang dilakukan sebuah
pertemuan, sebuah pertemuan yang
dilakukan secara mendadak. Bukan
sembarang pertemuan. Tapi
pertemuan yang dilakukan oleh tujuh
orang-orang sakti di negeri Pakpak.
Ketujuh orang sakti ini disebut warga
sebagai Guru Pakpak Pitu Sedalanen.
Di negeri Pakpak mereka semua
dikabarkan memiliki ilmu yang sangat
tinggi, sangat sakti, sangat disegani
dan bahkan juga sangat ditakuti. Tapi
apa hendak mau dikata, mereka
semua gusar saat mengetahui ada
kabar berita yang katanya ada orang
yang juga sangat sakti di negeri
seberang sana. Seorang guru sakti di
tanah Karo, Guru Diden namanya.
Ketujuh Guru Pakpak Pitu Sedalanen
ini merasa penasaran dan juga
tersaingi. Karena berita kesaktian
guru Karo ini dengan cepat tersebar
luas, padahal lokasi tanah Karo dan
negeri Pakpak sendiri bisa ditempuh
dengan cara berjalan kaki selama
berhari-hari.
Guru Diden, yang membuat penasaran
dan gusar banyak orang, tinggal di
desa Raja Tengah, Tanah Karo. Dia
ditemani oleh seorang istri. Sudah
banyak cerita mengenai kesaktian
guru dari Karo ini. Ada yang
mengatakan bila sang guru dapat
mengobati segala macam penyakit,
menolak bala dan kutukan,
menguasai berbagai macam ilmu
mistik hingga dapat meramal masa
depan termasuk menentukan suatu
hari itu baik atau buruk. Banyak
penduduk di desa Raja Tengah yang
mendengar wejangan dan arahan dari
sang guru. Bila ada petani yang ingin
menanam padi, sang guru dapat
menentukan hari tanam yang baik.
Termasuk juga mengusir hama
maupun roh-roh jahat yang
mengganggu petani mengolah
sawahnya.
Kembali ke pertemuan orang-orang
sakti di negeri Pakpak. Nampaknya
para Guru Pitu Sedalenan sudah
sangat “gatal”. Hingga akhirnya
sebuah mufakat tercapai sudah.
Mereka memutuskan sesegera
mungkin berangkat ke Tanah Karo,
dengan hanya satu tujuan. Menguji
tingkat kesaktian sang Guru Diden.
Siapa yang lebih sakti, guru dari Karo
atau mereka bertujuh yang berasal
dari Pakpak. Dengan kaki telanjang
mereka berjalan kaki menempuh
waktu berhari-hari dalam perjalanan
menuju tanah Karo. Mereka bertujuh
pun sepakat tidak akan membocorkan
niat mereka untuk mengadu ilmu
dengan Guru Diden, kepada siapapun
yang mereka temui dalam perjalanan
hingga sampai di Tanah Karo. Hasrat
dan rasa penasaran yang meluap-
luap kepada Guru Diden, seorang
guru yang mereka dengar sangat
sakti, meskipun mereka bertujuh
belum pernah sama sekali bertemu
dengan sosoknya.
Setelah menempuh waktu beberapa
hari, meninggalkan kampung
halamannya, menembus dinginnya
pagi dan pekatnya malam. Maka
tibalah Guru Pakpak Pitu Sedalenan
di bumi Karo. Mereka tidak tahu bila
perjalanan mereka sudah sampai di
desa Raja Tengah, desa di mana sang
Guru Diden yang mereka cari tinggal.
Bahkan mereka pun tidak tahu bila
orang yang berpapasan dengan
mereka di jalan adalah Guru Diden.
Guru Diden sendiri yang berpapasan
dengan mereka tahu bila ketujuh
orang yang baru dijumpainya ini
bukan berasal dari kampungnya.
Terlihat jelas olehnya, ketujuh
musafir ini telah melakukan
perjalanan yang panjang dan sangat
kelelahan. Dengan ramah Guru Diden
menegur mereka dan langsung
mengundangnya untuk singgah ke
rumahnya untuk sekedar melepaskan
rasa letih dan dahaga. Jelas ketujuh
guru sakti itu tak menampik tawaran
yang ramah itu.
Tibalah mereka semua di rumah Guru
Diden, rumah yang indah dan rindang
yang juga banyak dikelilingi oleh
banyak pohon-pohon kelapa. Pohon-
pohon kelapa yang buahnya masih
hijau, yang sangat mengundang
selera. Karena sangat kehausan maka
salah seorang dari guru Pakpak itu
meminta agar tuan rumah memberikan
kelapa muda untuk melepas haus
dahaganya. “Tolonglah turunkan
tujuh tandan kelapa muda itu. “ ujar
salah satu dari mereka. Lantas sambil
keheranan Guru Diden kembali
bertanya “Untuk apa kelapa muda
sampai tujuh tandan ? Tujuh buah
saja cukup untuk kalian semua”.
Mungkin karena mereka sangat
kehausan, salah satu dari Guru
Pakpak Pitu Sedalanen ngotot, “Tujuh
buah tidak cukup untuk kami.
Turunkanlah tujuh tandan, kami
sangat haus.“
Malas untuk berdebat lagi, maka Guru
Diden menuruti nafsu para tamunya.
Diturunkanlah tujuh tandan kelapa
muda itu dan dijamunya kelapa muda
itu kepada ketujuh musafir yang
tengah kehausan, merindukan
berliter-liter air mengalir di
tenggorokannya. Masing-masing
musafir tersebut mendapatkan satu
buah kelapa muda. Namun ternyata
terjadi sebuah keanehan. Ketika air
kelapa itu diminum ternyata tak satu
pun dari mereka yang sanggup
menghabiskan satu pun kelapa muda
itu. Setiap air kelapa yang telah
mereka minum ternyata bertambah
kembali. Air kelapa tak habis-habis.
Guru Pakpak Pitu Sedalenan pun
bingung. Apa soal, ternyata pada saat
itu Guru Diden sudah menggunakan
kesaktiannya, sehingga air kelapa tak
habis habis.
Saat mereka kebingungan, akhirnya
berkatalah Guru Diden. “Tadi kan
sudah kubilang, tujuh buah kelapa
saja sudah cukup. Tapi kalian malah
minta tujuh tandan.” Sambil berkata
kesal Guru Diden pun berdiri dan
menyepak semua kelapa muda yang
belum sempat dilepaskan dari
tandannya. Anehnya, kelapa itu
melompat dan terbang melekat
kembali pada tempatnya semula,
pada pucuk pohon kelapa yang
tinggi. Terkejutlah ketujuh tamu yang
diundang, ternyata tuan rumah yang
tengah menjamunya juga memiliki
kesaktian. Setelah melihat ini,
semakin banyak pula permintaan dari
Guru Pitu Sedalanen. Mungkin karena
penat dan kepanasan setelah
menempuh perjalanan berhari-hari.
Mereka pun meminta hujan, tak
setengah hati Guru Diden pun
menurunkan hujan yang sangat lebat.
Bahkan hujan pun berhenti ketika
saat malam tiba.
Hujan deras yang berhenti saat
malam telah larut, yang akhirnya
membuat Guru Diden menyarankan
agar ketujuh tamunya ini menginap
semalam, sebelum besok meneruskan
perjalannya kembali. Sekali lagi para
musafir jelas susah menolaknya.
Namun lancang kali para Guru Pakpak
Pitu Sedalanen, mereka kembali minta
dijamu oleh tuan rumah. Tak
tanggung-tanggung dimasakkan nasi
dalam tujuh periuk nasi untuk mereka
bertujuh. Masing-masing akan
mendapatkan porsi satu periuk nasi.
Sudah sangat malas Guru Diden
bertanya dan berdebat kembali, dan
sebagai tuan rumah yang baik dia
meminta istrinya untuk segera
memasakkan nasi dalam tujuh buah
periuk itu.
Mungkin guru dari Karo ini juga kesal
kok tidak jera-jeranya para tamunya
ini. Namun tujuh nasi dalam tujuh
periuk yang berbeda akhirnya
disediakan. Tak ubahnya dengan air
kelapa tadi maka berapa pun
banyaknya nasi yang mereka makan
keadaannya tak berkurang sedikit
pun. Tak berubah jumlah butir-butir
nasi yang mereka makan dengan
posisi saat awal nasi dalam periuk
disajikan. Pada saat ini beberapa dari
Guru Pitu Sedalanen sudah merasa
curiga jangan-jangan tuan rumah
yang menjamu mereka ini adalah
sosok yang sedang mereka cari, yaitu
Guru Diden.
Setelah selesai bersantap makan
malam, memakan nasi dari tujuh
periuk yang nasinya tak habis-
habisnya. Mereka saling ngobrol
tentang kisah perjalanan dan niat
mereka. Setelah mendengar niat dari
Guru Pitu Sedalenan, Guru Diden
dengan tenang namun tegas berkata,
“Akulah Guru Diden yang sedang
kalian cari itu. Kalau kalian memang
mau mengadu kesaktian dengan aku,
sebaiknya besok saja kita lakukan.
Karena kalian sudah capek, sebaiknya
kalian tidur dulu.“ Terkejutlah ketujuh
musafir dari Pakpak ini. Saat hendak
beranjak tidur pun mereka susah
untuk memejamkan mata barang
sedikit pun. Pikiran mereka semua
berkelebat seperti apa pertarungan
ilmu yang akan mereka lakukan esok
harinya. Bayangkan saja kelapa
ditendangnya bisa kembali ke pucuk
pohon, hujan pun bisa diturunkannya.
Kesaktian apa lagi yang akan
ditunjukkan oleh Sang Guru Diden, si
sakti dari dataran bumi Karo.
Hari yang ditunggu pun tiba. Saat
surya “memanggil” dan setelah
selesai bersantap makan pagi. Guru
Diden mengajak para Guru Pakpak
Pitu Sedalanen berjalan-jalan melihat
keadaan di sekeliling desa, sampai
berjalan menuju ke tempat yang
paling tepat untuk beradu ilmu.
Tibalah mereka di tempat itu. Guru
Diden mengajak Guru Pakpak Pitu
Sedalanen ke lokasi yang tanahnya
terdapat tujuh lobang di atas tanah.
Di dalam tujuh lobang itu terdapat
tujuh buah telur ayam. Kemudian
Guru Diden meminta agar ketujuh
guru tersebut masing-masing
mengambil telur yang terdapat di
dalam lobang tersebut. Sambil
tertawa, jelas ketujuh guru dari
Pakpak ini kembali memandang
enteng tantangan yang diberikan oleh
Guru Diden. Dengan sigap dan ligat
mereka masing-masing memasukkan
tangannya ke dalam lobang dan
berupaya mengambil telur ayam. Tapi
apa yang terjadi, ternyata tangan
mereka semua tidak bisa lepas
kembali dari lobang tanah itu. Lobang
di tanah itu tiba-tiba seperti
mengecil dan mencengkram erat
ketujuh tangan para guru-guru ini.
Semakin berupaya mereka
mengeluarkan tangannya, semakin
erat pula cengkeraman lobang dari
tanah itu. Akhirnya salah satu dari
para guru Pakpak yang merupakan
pemimpin mereka itu berteriak dan
menjerit, “Guru Diden, kami bertujuh
mengaku kalah. Kami mengakui
kesaktianmu lebih hebat dari pada
kami semua. Kami menyerah.”
Lantas apa kata Guru Diden. Dia
hanya berkata dengan tenang dan
perlahan,“ Aku hanya orang biasa
saja. Dan aku tidak pernah bermaksud
mengadu kesaktian dengan siapapun
juga. Karena kesaktian dan ilmu tidak
berarti apa apa.” Setelah berkata itu,
sang guru pun memanggil seekor
burung elang, dan menyuruh burung
elang itu terbang ke negeri asal Guru
Pakpak Pitu Sedalanen, jauh ke
negeri Pakpak. Dengan maksud agar
seluruh orang di negeri Pakpak
diberitahu bila Guru Pitu Sedalenan
sudah menyerah kalah ilmunya oleh
Guru Diden. Dasar baik hatinya Guru
Diden, maka atas perasaan yang tidak
tega, akhirnya Guru Diden dengan
kesaktiannya melepaskan ketujuh
tangan guru yang telah menyerah
tadi. Tapi apa yang terjadi, setelah
ketujuh tangan itu tercabut.
Tersemburlah air yang memancar
sangat deras dari ketujuh lobang itu.
Air terus menerus memancar dan
mengalir. Kabarnya ketujuh mata air
itu sampai sekarang masih terdapat
di tanah Karo. Tempat yang orang-
orang percayai pernah terjadinya adu
ilmu antara Guru Diden dan Guru
Pakpak Pitu Sedalanen. )* Chris
Poerba
tien212700Avatar border
tien212700 memberi reputasi
1
4.9K
3
Thread Digembok
Urutan
Terbaru
Terlama
Thread Digembok
Komunitas Pilihan