- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
[Pahlawan Dwikora] KRI Usman Harun Gantikan KRI Bung Tomo Cari AirAsia


TS
n4z1
[Pahlawan Dwikora] KRI Usman Harun Gantikan KRI Bung Tomo Cari AirAsia
KRI Usman Harun Gantikan KRI Bung Tomo Cari AirAsia
SEMARANG, suaramerdeka.com - KRI Usman Harun 359 menggantikan KRI Bung Tomo 357, dalam operasi pencarian korban dan pesawat AirAsia QZ8501 yang jatuh di Selat Karimata.
Komandan KRI Usman Harun Kolonel Laut (P) Didong Rio Duta Purwo menyatakan, pergantian ini sesuai dengan perintah Kepala Staf Angkatan Laut (KSAL).
“Sesuai perintah KSAL, kami akan menggantikan peran dari KRI Bung Tomo yang sudah delapan hari di lokasi pencarian. Mereka tidak libur tahun baru, maka akan digantikan,” kata Didong kepada wartawan, Senin (5/1).
KRI Usman Harun ini mempunyai kemampuan yang sama dengan KRI Bung Tomo yang telah diterjunkan sebelumnya.
Kapal perang baru TNI AL jenis Perusak Kawal Rudal MRLF (Multi Role Light Fregate) sedang berlabuh di Pelabuhan Tanjung Emas Semarang untuk mengisi bahan bakar dan logistik sebelum berangkat ke lokasi pencarian.
Kapal produksi BAE System Maritime Navalship Inggris ini dilengkapi, radar penjejak I/J-band BAE Insyte 1802SW I/J-band, radar navigasi Kelvin Hughes Type 1007, radar Thales Nederland Scout, dan penangkal serangan Thales Sensors Cutlass 242.
Untuk keperluan bawah air, kapal perang ini dilengkapi radar berbasis sonar di lambung Thales Underwater Systems TMS 4130C1, radar permukaan dan udara E-band dan F-band BAE Systems Insyte AWS-9 3D.
Komandan KRI Usman Harun Kolonel Laut (P) Didong Rio Duta Purwo menyatakan, pergantian ini sesuai dengan perintah Kepala Staf Angkatan Laut (KSAL).
“Sesuai perintah KSAL, kami akan menggantikan peran dari KRI Bung Tomo yang sudah delapan hari di lokasi pencarian. Mereka tidak libur tahun baru, maka akan digantikan,” kata Didong kepada wartawan, Senin (5/1).
KRI Usman Harun ini mempunyai kemampuan yang sama dengan KRI Bung Tomo yang telah diterjunkan sebelumnya.
Kapal perang baru TNI AL jenis Perusak Kawal Rudal MRLF (Multi Role Light Fregate) sedang berlabuh di Pelabuhan Tanjung Emas Semarang untuk mengisi bahan bakar dan logistik sebelum berangkat ke lokasi pencarian.
Kapal produksi BAE System Maritime Navalship Inggris ini dilengkapi, radar penjejak I/J-band BAE Insyte 1802SW I/J-band, radar navigasi Kelvin Hughes Type 1007, radar Thales Nederland Scout, dan penangkal serangan Thales Sensors Cutlass 242.
Untuk keperluan bawah air, kapal perang ini dilengkapi radar berbasis sonar di lambung Thales Underwater Systems TMS 4130C1, radar permukaan dan udara E-band dan F-band BAE Systems Insyte AWS-9 3D.
(Puthut Ami Luhur/ CN33/ SM Network)
Spoiler for KRI Usman Harun:
Spoiler for Usman-Harun:
Sekelumit Penamaan kapal Perang Usman-Harun
Usman & Harun digantung, Marinir siap tenggelamkan Singapura
Merdeka.com - Sebagai bentuk penghormatan kepada prajurit yang berjasa bagi bangsa dan negara, TNI AL berniat menamai kapal perangnya dengan nama KRI Usman Harun. Sersan Dua Usman Janatin dan Kopral Harun Said merupakan anggota KKO (Korps Komando Operasi; kini disebut Marinir) yang tewas di tiang gantung Singapura.
Pemberian nama Usman Harun kepada kapal perang itu mendapat tentangan keras dari pemerintah Singapura. Kepada Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa , Menlu Singapura K Shanmugam mengajukan keberatan. Alasannya penamaan kapal perang tersebut akan melukai perasaan rakyat negeri jiran itu.
Usman dan Harun sendiri merupakan anggota satuan elite KKO yang ditugaskan mengebom pusat keramaian di Singapura pada 1965. Setelah tertangkap, keduanya kemudian dieksekusi dengan cara digantung pada 17 Oktober 1968.
Digantungnya dua prajurit KKO mengakibatkan aksi demonstrasi terjadi di mana-mana. Rakyat menuntut agar Presiden Soeharto menyatakan perang dengan Singapura.
Dalam buku 'Singapura Basis Israel Asia Tenggara', Rizki Ridyasmara menuliskan; "Kala itu bahkan terdengar suara bahwa KKO sudah siap menyerang Singapura dan dalam tempo dua jam sanggup menenggelamkan negara kecil tersebut ke dasar Selat Malaka".
Dalam buku setebal 212 halaman tersebut, Rizki menuliskan, ancaman KKO tersebut bukan gertakan semata. Saat itu, kekuatan armada perang Republik Indonesia warisan Presiden Soekarno sangat ditakuti di Asia Tenggara.
"Australia pun kecut untuk berbuat macam-macam dengan Indonesia. Soekarno telah mewariskan armada perang yang kuat kepada Soeharto", tulis Rizki dalam Bab IV: Moncong Meriam di Jidat Indonesia.
Namun sayang, Soeharto yang baru memimpin republik ini tidak berani menyatakan perang dengan negara yang luasnya tidak lebih dari dua kali Kabupaten Karawang itu. Oleh Soeharto , keduanya langsung diberi gelar pahlawan dan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta.
Pemberian nama Usman Harun kepada kapal perang itu mendapat tentangan keras dari pemerintah Singapura. Kepada Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa , Menlu Singapura K Shanmugam mengajukan keberatan. Alasannya penamaan kapal perang tersebut akan melukai perasaan rakyat negeri jiran itu.
Usman dan Harun sendiri merupakan anggota satuan elite KKO yang ditugaskan mengebom pusat keramaian di Singapura pada 1965. Setelah tertangkap, keduanya kemudian dieksekusi dengan cara digantung pada 17 Oktober 1968.
Digantungnya dua prajurit KKO mengakibatkan aksi demonstrasi terjadi di mana-mana. Rakyat menuntut agar Presiden Soeharto menyatakan perang dengan Singapura.
Dalam buku 'Singapura Basis Israel Asia Tenggara', Rizki Ridyasmara menuliskan; "Kala itu bahkan terdengar suara bahwa KKO sudah siap menyerang Singapura dan dalam tempo dua jam sanggup menenggelamkan negara kecil tersebut ke dasar Selat Malaka".
Dalam buku setebal 212 halaman tersebut, Rizki menuliskan, ancaman KKO tersebut bukan gertakan semata. Saat itu, kekuatan armada perang Republik Indonesia warisan Presiden Soekarno sangat ditakuti di Asia Tenggara.
"Australia pun kecut untuk berbuat macam-macam dengan Indonesia. Soekarno telah mewariskan armada perang yang kuat kepada Soeharto", tulis Rizki dalam Bab IV: Moncong Meriam di Jidat Indonesia.
Namun sayang, Soeharto yang baru memimpin republik ini tidak berani menyatakan perang dengan negara yang luasnya tidak lebih dari dua kali Kabupaten Karawang itu. Oleh Soeharto , keduanya langsung diberi gelar pahlawan dan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta.
Pengakuan Saksi Hidup Usman Harun
Kuku Usman-Harun Dicabut Agar Mengaku Eksekutor Bom
TRIBUNNEWS.COM, BATAM-- Saksi perjalanan hidup prajurit KKO Usman-Harun menuju tiang gantungan di Singapura, Herman Thio mengatakan, pada saat dipenjara, keduanya mendapatkan siksaan yang sangat berat sehingga akhirnya mengaku sebagai pelaku pengeboman di Orchad.
Usman dan Harun mengaku melakukan pengeboman di gedung MDH, setelah tidak tahan disiksa polisi Singapura. Jika mereka tidak mengaku, tambah Herman, polisi Singapura tidak akan tahu sampai saat ini karena tidak ada bukti.
Sementara ia yang juga bertugas melawan Singapura, tidak pernah mengaku walaupun disiksa seberat apapun. Akhirnya ia dibebaskan karena tidak ada bukti apapun.
"Usman dan Harus setelah mengaku yang melakukan pengeboman di gedung MDH, keduanya mendapatkan fasilitas yang enak-enak. Berbeda saat sebelum mengaku, sebelumnya keduanya disiksa habis-habisan. Sama dengan saya, selain ditelanjangi, juga dipaksa duduk diatas es batu tanpa sehelai pakaian yang menempel di badan. Polisi Singapura menyiksanya tidak tanggung-tanggung, sebelum mengaku seluruh jari kuku-kuku ditusuk dengan jarum. Badan dipukul lebih dari binatang,"kenang Herman.
Setelah keduanya mengaku karena sudah tidak tahan, turut Herman, Usman dan Harun mendapatkan fasilitas yang enak-enak. Makan dan rokok tidak pernah terlambat. Bahkan apapun yang diminta selalu dipenuhi.
"Tiga hari sebelum tiba waktunya saya dihukum gantung, saya kembali ditanya oleh Polisi Singapura. Tapi sebelumnya saya sudah habis-habisan disiksa, saya tidak mengaku sebagai pejuang RI. Terakhir saat ditanya itu, saya mengaku keberatan akan dihukum gantung. Saya mengaku bukan warga negara Singapura, saya mengaku lahir di Tanjung Batu. Akhirnya Polisi Singapura itu memeriksa ke Tanjung Batu tempat kelahiran saya, setelah ditemukan keluarga saya di Tanjung Batu, akhirnya saya tidak jadi di hukum gantung. Saya dikembalikan ke Malaysia karena tidak terbukti bersalah,"ungkap Herman.
Sehari sebelum dikembalikan ke Malaysia, ingat Herman, Usaman dan Harun sempat menitipkan satu pucuk surat untuk keluarganya di Indonesia. Surat tersebut tidak jadi diberikan kekeluarganya, karena saat akan dikirim ke Malaysia satu helaipun pakaian nya tidak diperbolehkan dibawa oleh polisi Singapura.
"Surat yang dititipkan Usman dan Harun itu, saya simpan dalam jahitan baju yang saya pakai. Ternyata baju yang saya pakai itu tidak boleh dibawa, baju yang boleh dibawa, baju yang sudah dipersiapkan Polisi Singapura. Tinggal lah surat itu dalam jahitan baju itu, entah masih ada baju itu disimpan pemerintah Singapura, kalau masih ada, tentu bisa kita baca isi surat itu,"ungkap Herman.
Setelah sampai di Malaysia, ia bersama ribuan sukarelawan Indonesia yang membantu Malaysia dijemput oleh pemerintah Indonesia menggunakan kapal perang buatan Tokyo, Jepang. Setelah sampai di Tanjung Priok, Jakarta, kata Herman, ribuan sukeralawan RI kalau itu disambut oleh Ibu Tien Soeharto. Saat Itu Presiden RI, Soeharto sedang melakukan perundingan dengan pejabat tertinggi pemerintah Singapura, Lee Kuan Yew di Tokyo.
"Entah bagaimana, perundingan untuk pembebasan Usman dan Harun itu gagal. Akhirnya beberapa bulan saya bebas, terdengar kabar dua KKO RI, Usman dan Harun dieksekusi dengan cara di gantung. Mendengar kabar itu, seluruh KKO di Indonesia sudah siap-siap melakukan perlawanan ke Singapura. Markas di Pulau Sambu tempat keduanya berangkat pun juga sudah siaga penuh untuk berangkat ke Singapura. Tapi tidak jadi, Soeharto cepat datang dari Tokyo menghentikan perlawanan KKO. Kalau tidak cepat turun, mungkin Singapura tidak seperti sekarang ini,"ungkap Herman.
Terkait protes pemberian nama kapal perang baru KRI Usman-Harun yang akan melukai rakyat Singapura, terutama korban bom Mac Donald House (MDH), kata Herman, pemerintah Singapura sudah berlebihan. Pemerian nama kapal KRI TNI AL dengan nama Usman-Harun, tambahnya, sudah menjadi hak negara Indonesia untuk mengenang jasa para pahlawannya.
"Singapura terlalu berlebihan mengatur negara Indonesia, mentang-mentang uang pemerintah Singapura itu sudah banyak dimakan pejabat Indonesia. Tidak bisa seenaknya mengatur negara orang, yang punya negara Indonesia ini bukan pejabat-pejabat Indonesia yang sudah menerima uang pemerintah Singapura itu. Negara Indonesia ini yang punya raknyat Indonesia. Usman dan Harun itu gugur dalam melakukan tugas negara, bukan tugas pejabat negaranya. Keduanya pahlawan seluruh rakyat Indonesia,"pungkas Herman kepada Tribun. (Aprizal)
Usman dan Harun mengaku melakukan pengeboman di gedung MDH, setelah tidak tahan disiksa polisi Singapura. Jika mereka tidak mengaku, tambah Herman, polisi Singapura tidak akan tahu sampai saat ini karena tidak ada bukti.
Sementara ia yang juga bertugas melawan Singapura, tidak pernah mengaku walaupun disiksa seberat apapun. Akhirnya ia dibebaskan karena tidak ada bukti apapun.
"Usman dan Harus setelah mengaku yang melakukan pengeboman di gedung MDH, keduanya mendapatkan fasilitas yang enak-enak. Berbeda saat sebelum mengaku, sebelumnya keduanya disiksa habis-habisan. Sama dengan saya, selain ditelanjangi, juga dipaksa duduk diatas es batu tanpa sehelai pakaian yang menempel di badan. Polisi Singapura menyiksanya tidak tanggung-tanggung, sebelum mengaku seluruh jari kuku-kuku ditusuk dengan jarum. Badan dipukul lebih dari binatang,"kenang Herman.
Setelah keduanya mengaku karena sudah tidak tahan, turut Herman, Usman dan Harun mendapatkan fasilitas yang enak-enak. Makan dan rokok tidak pernah terlambat. Bahkan apapun yang diminta selalu dipenuhi.
"Tiga hari sebelum tiba waktunya saya dihukum gantung, saya kembali ditanya oleh Polisi Singapura. Tapi sebelumnya saya sudah habis-habisan disiksa, saya tidak mengaku sebagai pejuang RI. Terakhir saat ditanya itu, saya mengaku keberatan akan dihukum gantung. Saya mengaku bukan warga negara Singapura, saya mengaku lahir di Tanjung Batu. Akhirnya Polisi Singapura itu memeriksa ke Tanjung Batu tempat kelahiran saya, setelah ditemukan keluarga saya di Tanjung Batu, akhirnya saya tidak jadi di hukum gantung. Saya dikembalikan ke Malaysia karena tidak terbukti bersalah,"ungkap Herman.
Sehari sebelum dikembalikan ke Malaysia, ingat Herman, Usaman dan Harun sempat menitipkan satu pucuk surat untuk keluarganya di Indonesia. Surat tersebut tidak jadi diberikan kekeluarganya, karena saat akan dikirim ke Malaysia satu helaipun pakaian nya tidak diperbolehkan dibawa oleh polisi Singapura.
"Surat yang dititipkan Usman dan Harun itu, saya simpan dalam jahitan baju yang saya pakai. Ternyata baju yang saya pakai itu tidak boleh dibawa, baju yang boleh dibawa, baju yang sudah dipersiapkan Polisi Singapura. Tinggal lah surat itu dalam jahitan baju itu, entah masih ada baju itu disimpan pemerintah Singapura, kalau masih ada, tentu bisa kita baca isi surat itu,"ungkap Herman.
Setelah sampai di Malaysia, ia bersama ribuan sukarelawan Indonesia yang membantu Malaysia dijemput oleh pemerintah Indonesia menggunakan kapal perang buatan Tokyo, Jepang. Setelah sampai di Tanjung Priok, Jakarta, kata Herman, ribuan sukeralawan RI kalau itu disambut oleh Ibu Tien Soeharto. Saat Itu Presiden RI, Soeharto sedang melakukan perundingan dengan pejabat tertinggi pemerintah Singapura, Lee Kuan Yew di Tokyo.
"Entah bagaimana, perundingan untuk pembebasan Usman dan Harun itu gagal. Akhirnya beberapa bulan saya bebas, terdengar kabar dua KKO RI, Usman dan Harun dieksekusi dengan cara di gantung. Mendengar kabar itu, seluruh KKO di Indonesia sudah siap-siap melakukan perlawanan ke Singapura. Markas di Pulau Sambu tempat keduanya berangkat pun juga sudah siaga penuh untuk berangkat ke Singapura. Tapi tidak jadi, Soeharto cepat datang dari Tokyo menghentikan perlawanan KKO. Kalau tidak cepat turun, mungkin Singapura tidak seperti sekarang ini,"ungkap Herman.
Terkait protes pemberian nama kapal perang baru KRI Usman-Harun yang akan melukai rakyat Singapura, terutama korban bom Mac Donald House (MDH), kata Herman, pemerintah Singapura sudah berlebihan. Pemerian nama kapal KRI TNI AL dengan nama Usman-Harun, tambahnya, sudah menjadi hak negara Indonesia untuk mengenang jasa para pahlawannya.
"Singapura terlalu berlebihan mengatur negara Indonesia, mentang-mentang uang pemerintah Singapura itu sudah banyak dimakan pejabat Indonesia. Tidak bisa seenaknya mengatur negara orang, yang punya negara Indonesia ini bukan pejabat-pejabat Indonesia yang sudah menerima uang pemerintah Singapura itu. Negara Indonesia ini yang punya raknyat Indonesia. Usman dan Harun itu gugur dalam melakukan tugas negara, bukan tugas pejabat negaranya. Keduanya pahlawan seluruh rakyat Indonesia,"pungkas Herman kepada Tribun. (Aprizal)
Spoiler for Saksi Hidup:
Sepanjang hidupnya, Usman-Harun telah mengabdikan dirinya bagi bangsa dan negara indonesia. Sekarang, Kapal Perang dengan nama merekapun tetap gagah menjaga wibawa dan kedaulatan NKRI, termasuk menjalankan misi kemanusiaan.
Perduli setan dengan Singapura yang juga tengah membantu pencarian pesawat dan korban Air Asia. Ini bicara tentang hak Indonesia sebagai negara merdeka yang berdaulat, pun di wilayah NKRI.

Diubah oleh n4z1 05-01-2015 22:12
0
4.3K
15


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan